Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Libia Terbelah, Perang Saudara Berkecamuk Hebat

DENNY PARSAULIAN SINAGA
09/4/2019 06:00
Libia Terbelah, Perang Saudara Berkecamuk Hebat
Batas teritorial Libia(AFP)

AMERIKA SERIKAT (AS) meminta penghentian segera serangan militer oleh orang kuat Libia, Khalifa Haftar. Hal itu disampaikan menyusul pertempuran yang sedang berkecamuk di dekat Tripoli meski ada seruan PBB untuk gencatan senjata.

Pasukan Haftar dan pemerintah persatuan yang didukung PBB saling­ menggelar serangan udara pada Minggu (7/4). Pertempuran tersebut memasuki hari ketiga setelah Haftar melancarkan serangan untuk merebut ibu kota.

Pemerintah persatuan Libia mengatakan akibat pertempuran, sebanyak 21 orang tewas. Di sisi lain,  menurut PBB tidak terjadi gencatan senjata meskipun ada seruan untuk jeda selama 2 jam guna memberi waktu kepada warga sipil dan yang terluka melarikan diri.

Libia yang kaya minyak terbelah oleh kekacauan sejak pemberontak­an yang didukung NATO pada 2011, menewaskan diktator Moamer Kadha­fi. Saat itu pemerintah dan kelompok-kelompok bersenjata berjuang untuk mendapatkan kekuasaan.

Sejauh ini, serangan Haftar telah mengancam menjerumuskan negara itu kembali ke dalam perang saudara penuh dan sekali lagi bakal menggagalkan upaya diplomatik tentatif untuk menemukan solusi bagi Libia.

“Kami telah menjelaskan bahwa kami menentang serangan militer oleh pasukan Khalifa Haftar dan mendesak penghentian segera ope­rasi militer terhadap ibu kota Libia,” kata Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, pada Minggu malam.

“Kampanye militer unilateral melawan Tripoli ini membahayakan warga sipil dan merusak prospek masa depan yang lebih baik bagi semua warga Libia,” tambahnya.

Pompeo menekankan bahwa tidak ada solusi militer untuk konflik Libia. Untuk itu, dia mendesak agar  semua pihak kembali ke negosiasi politik yang dimediasi PBB.

Kembali berkobar
Setelah jeda pada Sabtu, pertempuran sengit kembali berkobar pada Minggu (7/4) pagi di selatan Tripoli antara Tentara Nasional Libia (LNA) yang didukung Haftar dan pasukan yang mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui secara internasional.
Ketika bentrokan berkecamuk di daerah perdesaan Wadi Raba dan bandara internasional yang hancur di selatan ibu kota, seorang juru bicara pasukan pro-GNA mengumumkan serangan balasan.

Kolonel Mohamed Gnounou mengatakan kepada wartawan pada Minggu bahwa pasukan telah meluncurkan operasi Gunung Berapi Kemarahan (Volcano of Anger) yang bertujuan membersihkan semua kota Libia dari pasukan penyerang. Hal itu ditujukan kepada tentara Haftar.

Sebaliknya, LNA mengatakan pihaknya telah melakukan serangan udara pertama di pinggiran Tripoli dan menentang seruan internasional untuk gencatan senjata. Di sisi lain, Kementerian kesehatan pemerintah persatuan mengatakan, setidaknya 21 orang telah tewas dan 27 lainnya cedera sejak pertempuran dimulai.

Namun, kementerian tersebut tidak merinci apakah ada warga sipil di antara yang tewas. Di sisi lain, pasukan Haftar mengaku sebanyak 14 personel mereka terbunuh.

Kelompok Bulan Sabit Merah Libia­ melaporkan salah seorang dokter mereka tewas akibat pertempuran. Secara terpisah, juru bicara layanan darurat Oussama Ali meng­ungkapkan tim penyelamat belum bisa masuk zona pertempuran.

Menurut misi PBB untuk Libia, UNSMIL, pihaknya masih mengharapkan tanggapan positif atas seruannya sebelumnya yang meminta pasukan Haftar menghentikan gerak maju mereka. (AFP/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya