Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
PILOT pesawat Boeing 737 Max 8 yang dioperasikan Ethiopian Airlines, disebut mengambil langkah darurat seturut prosedur pabrik. Namun, sang pilot tetap tidak mengambil alih kendali pesawat yang akhirnya jatuh. Hal itu dilaporkan The Wall Street Journal, Rabu (3/4).
Pesawat tersebut jatuh setelah lepas landas dari Addis Ababa pada 10 Maret lalu. Kecelakaan kedua yang melibatkan seri 737 Max, menewaskan 157 orang. Peristiwa nahas itu terjadi selang waktu lima bulan dari kecelakaan pertama. Otoritas berwenang maupun maskapai penerbangan di penjuru dunia pun beramai-ramai mengandangkan seri pesawat Boeing tersebut.
Baca juga: Para Karyawan Jepang Bingung Diberi Libur Panjang
Pada kecelakaan pertama Boeing 737 Max 8 di Indonesia, sekitar 189 orang dinyatakan tewas. Pesawat yang dioperasikan Lion Air jatuh pada Oktober 2018. Peristiwa itu mendorong manajemen Boeing menerbitkan surat khusus yang mengingatkan para operator terkait pedoman darurat sistem anti-stall, yang dikembangkan secara khusus dalam pesawat seri Max.
Menyoroti kasus kecelakaan Ethiopian Airlines, pilot diketahui sempat mengikuti prosedur untuk mematikan Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver (MCAS). Akan tetapi, langkah itu gagal memulihkan kontrol pesawat. Dalam laporan pemberitaan ini, WSJ mengutip pernyataan beberapa sumber yang mengikuti pengarahan terkait temuan awal penyelidikan pesawat.
Selain itu, pilot disebut sempat mengganti sistem ketika berupaya menemukan cara lain untuk mengendalikan pesawat sebelum jatuh. Masih dari sumber, perincian teranyar itu berdasarkan data yang diunduh dari rekaman kotak hitam pesawat. Pemerintah Ethiopia menyatakan laporan awal mengenai kecelakaan pesawat tersebut kemungkinan akan dipublikasikan pekan ini.
MCAS diyakini menjadi faktor kunci dalam kedua peristiwa kecelakaan pesawat Boeing 737 Max 8. Pesawat itu dirancang otomatis untuk menurunkan hidung pesawat, apabila mendeteksi hilangnya kecepatan udara.
Sebelum jatuh, pilot Boeing 737 Max 8 milik Lion Air berjuang mengendalikan pesawat, ketika sistem MCAS berulang kali mendorong hidung pesawat ke arah bawah. Baik pesawat Lion Air maupun Ethiopian Airlines, dilaporkan mengalami penanjakan dan penurunan tajam yang tidak menentu. Pun kecepatan udara mengalami fluktuasi, sebelum akhirnya jatuh setelah lepas landas.
Baca juga: Ada Sampah Plastik 22 Kg dalam Jasad Paus Sperma
Otoritas Etiopia menyebut terdapat kesamaan yang jelas di antara dua kecelakaan pesawat. Pekan lalu, Boeing mengumpulkan ratusan pilot dan reporter untuk mengikuti presentasi mengenai perubahan sistem MCAS. Perubahan itu mencakup sistem yang yang tidak berulang kali melakukan koreksi, ketika pilot mencoba mengambil alih kendali. Perusahaan berjuang keras memenangkan persetujuan agar Boeing 737 Max bisa kembali mengudara.
Di lain sisi, Administrasi Penerbangan Federasi Amerika Serikat (FAA) menghadapi pertanyaan tajam dalam sidang Kongres pekan lalu, terkait pengawasaan terhadap Boeing. FAA menekankan produsen pesawat itu akan melakukan perbaikan berdasarkan usulan, selama beberapa pekan mendatang. (AFP/OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved