JUTAAN warga Turki pada Minggu (31/3) mulai memberikan hak suara mereka dalam pemilihan lokal di 81 provinsi. Pemilih yang tinggal di kota-kota besar Turki akan memilih wali kota, pemimpin kota kabupaten, anggota dewan kota, mukhtars (pejabat lingkungan), dan anggota dewan kehormatan.
Pemilih akan memilih kandidat dari 12 partai politik yang bersaing dalam pemilihan lokal. Lebih dari 44 juta warga diharapkan memilih di 142.777 tempat pemungutan suara di 30 kota terbesar.
Sementara itu, 12,8 juta pemilih akan memilih di 51.851 tempat pemungutan suara di 51 provinsi. Turki mengadakan pemilihan lokal pertamanya di bawah sistem presidensial baru, yang diadopsi dalam referendum April 2017.
Pemilihan lokal sebelumnya diadakan pada 2014. Pemilihan kali ini dilihat sebagai referendum dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam memimpin negara.
Pemilihan dilakukan di tengah kemerosotan ekonomi Turki. Hal ini diprediksi akan berdampak pada pilihan pendukung Erdogan yang konservatif.
Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) yang berkuasa, khawatir akan kehilangan kendali atas Ankara dan Istanbul. Turki sedang dalam masa resesi dengan inflasi 20% dan mata uang Liranya yang anjlok sepertiga sehingga menyebabkan kebangkrutan.
Pemerintah mengatakan, setiap kandidat yang ditemukan mendukung kelompok-kelompok teror akan dibatalkan maju. Ini merupakan peringatan yang jelas kepada Partai Demokrasi Rakyat (HDP) pro-Kurdi, yang menurut presiden mendukung para militan PKK Kurdi meskipun partai membantahnya.
Erdogan menghadapi perjuangan kariernya. Ia mengatakan, pemungutan suara pada Minggu (31/3) ialah tentang kelangsungan partainya, dan negara yang telah ia pimpin selama 16 tahun. Beberapa tokoh terkenal tidak senang dengan garis otoriter Erdogan yang semakin meningkat sehingga spekulasi perpecahan partai dapat dipicu jika warga negara menghukum partai yang berkuasa dalam pemilihan.
Partai oposisi Partai Demokrasi Rakyat (HDP) menolak untuk mengajukan calon di beberapa kota dan mengatakan pemilihan tidak adil. Beberapa pemimpinnya telah dipenjara karena tuduhan teror.
Sebagian besar media propemerintah atau dikendalikan pendukung Erdogan, partai-partai oposisi berkampanye pada posisi yang kurang menguntungkan.
"Apa yang telah terjadi selama kampanye pemilihan lokal hari Minggu menunjukkan bahwa tidak seperti selama tahun-tahun pertama berkuasa AKP tidak lagi percaya diri memenangkan pemilihan yang adil," kata Gareth Jenkins, peneliti senior di Program Studi Jalan Sutra. (AFP/I-1)