Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Sikap Fanatik yang Melewati Batas Berbahaya

MI
18/3/2019 09:53
Sikap Fanatik yang Melewati Batas Berbahaya
Warga menangis setelah meletakkan karangan bunga sebagai ungkapan duka untuk korban penembakan di Masjid Al-Noor dan Masjid Lindwood Ace, Christchurch, Selandia Baru, Minggu (17/3/2019)(AFP/ANTHONY WALLACE)

PAHAM radikal terbukti tumbuh subur di atas rasa kebencian terhadap ras, agama, dan kelompok berbeda. Karena itu, penting untuk menghindari sikap fanatik yang melewati batas.

“Kejadian di Selandia Baru menunjukkan akar pemikiran ekstrem bisa terjadi di mana pun. Kita sebagai umat Islam jangan terpancing dan penting untuk menguatkan paham moderasi Islam,” ujar pimpinan ormas Nahdlatul Wathan (NW) Muhammad Zainul Majdi dalam keterangannya, kemarin (Minggu, 17/3/2019).

Pria yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) itu mengutuk keras aksi serangan teroris terhadap jemaah masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3). Menurutnya, pembunuhan brutal terhadap orang yang sedang beribadah ialah kekejian yang paripurna.

Peristiwa ini, kata TGB, menunjukkan bahwa terorisme tidak memiliki agama. “Pertama-tama saya ingin mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Selaku pribadi dan pimpinan Nahdlatul Wathan, saya mengutuk sekeras-kerasnya pembunuhan brutal yang menimpa saudara kita yang sedang melaksanakan ibadah salat Jumat,” katanya.

TGB juga terpukul mengingat­ pembantaian ini sengaja direkam dan disebar pelaku untuk mempromosikan kebenciannya terhadap Islam. Selama ini, kata TGB, umat Isam kerap menjadi korban. Rasa kebencian dan prasangka kerap menimpa umat Islam di berbagai wilayah. Namun, pria yang juga Ketua DPP Golkar Bidang Keumatan itu mengimbau umat Islam tidak membalas kebencian dengan kebencian. Dia berharap aksi di Selandia Baru bisa diadili secara maksimal. Pelaku penembakan yang bernama Brenton Tarrant yang berasal dari Australia menyita perhatian internasional atas aksi brutalnya terhadap jemaah seusai salat Jumat di dua masjid di Christchurch. Hingga kemarin jumlah korban tewas sebanyak 50 orang.

Senada, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Malikussaleh, Aceh, Kamaruddin Hasan, mengatakan lemahnya literasi tentang toleransi dan kemanusiaan menjadi aksi brutal Brenton Tarrant. Aksi teror itu, kata Kamaruddin, mengambarkan bahwa dirinya tidak mampu memahami makna toleransi dalam dimensi yang lebih lebih luas (global). 

“Semua yang ada di bumi ini memiliki nilai-nilai toleransi yang universal. Sikap dan sifat kemanusiaan dan kehidupan yang harmonis juga menjadi salah satu dasar bagi setiap penganutnya. Apa yang dipraktikkan oleh pelaku penembakan di masjid Selandia Baru ialah sebuah ketidakmampuan pelaku dalam memahami makna toleran­si,” kata Kamaruddin, Sabtu malam (16/3).(Mal/Ant/X-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya