Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
MAESTRO musik dan aktor Djaduk Ferianto, 54, 'memprovokasi' mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar untuk lebih berani berekspresi dalam bermusik dan jangan takut kalau dianggap merusak tradisi.
"Generasi milenial memang sedang menciptakan tradisi (bermusik) baru,
tetapi sumbernya dari yang lama, dalam konteksnya interpretasi baru. Itu sah dan boleh, enggak ada larangan," katanya saat menjadi pemateri dalam Workshop Musik Hybrid di Kampus ISI Denpasar, beberapa waktu lalu.
Yang terpenting, ujarnya, dalam berekspresi lewat musik tetap cinta pada tradisi masing-masing. Hal itu sesuai dengan hakikat musik
hybrid yang mengandung pencangkokan-pencangkokan secara kebudayaan.
Baca Juga: Djaduk Ferianto Menemani Anak Muda
Menurutnya, kesenian Indonesia sangat hybrid sebab Indonesia bukan orang Jawa, Sumatra, dan Bali saja, melainkan semuanya memberikan percampuran.
Dalam konteks musik hybrid, kata Djaduk, sebenarnya ada pencangkokan-pencangkokan secara kebudayaan. Pada acara yang diselenggarakan Prodi Musik ISI Denpasar itu, ia menjelaskan, dalam musik tradisi Bali pun sebenarnya sudah melakukan model-model hybrid atau pencampuran, contohnya perkembangan gamelan gong gede, gong kebyar, dan semarandana. (Ant/H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved