Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
TIM penyelidik jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines telah menemukan perekam data penerbangan atau Flight Data Recorder (FDR) dan perekam data kokpit atau Cokpit Data Recorder (CDR). Kedua benda itu sedang dipulihkan untuk mengetahui pasti penyebab jatuhnya pesawat tersebut.
"Perekam Data Penerbangan Digital dan Perekam Suara Cockpit ET302 telah dipulihkan," ungkap Ethiopian Airlines melalui akun Twitter resmi seperti dilansir Aljazeera, Senin (11/3).
Namun, salah seorang pejabat setempat mengatakan kondisi benda yang disebut juga kotak hitam itu sebagian sudah tidak lagi utuh atau dalam keadaan rusak. Ia belum tahu apakah data-data penerbangan itu masih bisa diselamatkan.
"Rusak sebagian" dan bahwa "Kita akan melihat apa yang dapat kita ambil darinya".
Baca juga: Pembebasan Siti Aisyah Buah Manis Perjalanan Panjang
Penemuan FDR dan CDR ini akan memudahkan para investigator menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat nahas itu. Para ahli dan penyelidik penerbangan Ethiopia telah dibantu para ahli dari Kenya dan Amerika Serikat (AS).
Pakar forensik dari Israel juga tiba pada Senin (11/3) di Ethiopia untuk membantu penyelidikan. Hal itu diungkapkan juru bicara Ethiopian Airlines Asrat Begashaw. Ethiopian Airlines berjanji akan melakukan proses penyelidikan ini dengan cepat.
Ethiopian Airlines mengatakan penumpang ET302 berasal dari 33 negara. Jumlah korban dari Kenya mencapai 32 orang, sementara Kanada 18.
Seorang warga Indonesia juga berada di deretan korban tewas. Ia diketahui sebagai seorang perempuan bernama Harina Hafitz yang bekerja untuk World Food Programme (WFP), salah satu organisasi terafiliasi PBB.
Sedikitnya 19 staf PBB juga dilaporkan tewas dalam kecelakaan tersebut. Jumlah pasti personel yang tewas belum dapat ditentukan, karena ada beberapa dari mereka tidak menggunakan paspor PBB. Kecelakaan terjadi menjelang sebuah konferensi Program Lingkungan PBB di Kenya.
Pilot penerbangan Ethiopian Airlines ET302 sempat melaporkan adanya masalah teknis dan meminta izin berbalik ke bandara, sesaat sebelum pesawat nahas itu jatuh di dekat Kota Bishoftu yang berjarak sekitar 62 kilometer dari Addis Ababa.
Pesawat tersebut jatuh enam menit usai lepas landas dari bandara Addis Ababa menuju Nairobi, Kenya, pada Minggu (10/3). Menara pengawas kehilangan kontak dengan Boeing 737 Max 8 itu pada pukul 08.44 waktu Ethiopia.
Penyebab kecelakaan belum diketahui. Chief Executive Officer Ethiopian Airlines Tewolde Gebremariam mengatakan sesi perawatan rutin sebelum ET302 lepas landas tidak menunjukkan adanya masalah
Kapten Yared Getachew yang menerbangkan pesawat tersebut juga sudah memiliki lebih dari 8.000 jam terbang dengan "catatan rekor luar biasa." (Medcom/OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved