Headline
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
Sebagian besar wilayah Venezuela gelap gulita pada Kamis waktu setempat akibat pemadaman listrik. Situasi itu menambah penderitaan warga Venezuela yang terbawa ke dalam krisis politik dan ekonomi berkepanjangan.
Pemerintahan Nicolas Maduro dengan cepat menyatakan pemadaman listrik disebabkan sabotase pembangkit listrik berbasis tenaga air. Tercatat sekitar 23 negara bagian mengalami pemadaman listrik massal.
Di Ibu Kota Venezuela, Caracas, lampu lalu lintas maupun sistem kereta bawah tanah berhenti beroperasi. Hal itu memicu kemacetan di sejumlah ruas jalan. Banyak warga yang tidak tahan menumpahkan amarah saat menempuh perjalanan jauh sesuai pulang dari kantor.
Pemadaman total di wilayah ibu kota tersebut terjadi pada pukul 04.50 sore, tepat sebelum malam tiba. Padahal, Caracas merupakan salah satu kota yang dipenuhi aksi kejahatan.
Oleh karena itu, mayoritas warga pulang kerja lebih awal, jauh sebelum matahari terbenam.
Tidak hanya itu, aktivitas perdagangan ditutup karena sebagian besar transaksi dilakukan melalui kartu debit atau kredit. Hiperinflasi menyebabkan mata uang lokal, bolivar, hampir tidak bernilai.
Jaringan telepon dan akses internet juga mati total. Operasional bandara internasional yang berlokasi di ibu kota pun terhambat. Saat malam tiba, pemadaman masih berlanjut.
Baca juga: Venezuela Putus Hubungan dengan Curacao
Setelah tujuh jam terjadi kekacauan, aliran listrik kembali normal di beberapa gedung utama wilayah Caracas Timur. Sebagai informasi, kini warga Venezuela sudah terbiasa dengan pemadaman listrik. Meski memiliki kekayaan minyak, negara itu mengalami krisis energi yang meluas ke berbagai daerah.
"Kami sudah lelah. Sangat menyedihkan setiap kali pemadaman listrik terjadi," ujar Estefania Pacheco, karyawan yang menempuh jarak 12 kilometer setiap hari untuk mencapai tempat kerjanya di Caracas.
Saling menyalahkan
Sementara itu, kalangan pengamat menyalahkan pemerintah karena gagal mengelola investasi pemeliharaan jaringan listrik. Namun, Maduro beserta jajarannya kerap menyalahkan aksi sabotase. Bahkan, Wakil Presiden Venezuela, Delcy Rodriguez, menuduh keterlibatan para ekstremis yang melakukan serangan secara besar-besaran. Dia meyakini kekuatan tersebut muncul di beberapa negara bagian timur.
Perusahaan listrik negara, Corpoelec, membenarkan aksi sabotase terhadap pembangkit listrik tenaga air berskala raksasa dengan nama Guri.
Namun, pihak korporasi enggan menjabarkan aksi sabotase yang dimaksud. Pembangkit tersebut merupakan salah satu tenaga listrik berskala besar di Amerika Latin.
"Ada yang melakukan sabotase listrik sebagai upaya melawan pemerintah. Kami tidak akan membiarkan hal itu dan mengusahakan pemulihan layanan," bunyi keterangan resmi Corpoelec melalui akun Twitter.
Tahun lalu, Maduro menginstruksikan militer Venezuela untuk melindungi fasilitas pembangkit listrik tenaga air. Akan tetapi, pemadaman listrik terus berlanjut. Pada akun Twitter-nya, Maduro menekanan aksi sabosate jaringan listrik merupakan straregi perlawanan yang dikendalikan Amerika Serikat (AS).
"Tidak ada dan tidak ada yang bisa mengalahkan rakyat Bolivar dan Chavez," tegas Maduro, merujuk pahlawan pembebasan Simon Bolivar dan pendahulu Maduro, yaitu ikon sosialis Hugo Chavez.
Maduro kini tengah berjuang melawan pemimpin oposisi Juan Guaido, yang menyatakan dirinya sebagai pemimpin interim. Guaido mendapat dukungan dari 50 negara yang dipimpin AS. Guaido mengatakan kebijakan Maduro tidak sah, dengan alasan kemenangannya dalam pemilihan tahun lalu penuh rekayasa.
Dia mendesak Maduro untuk mundur dari jabatannya dan membuka jalan pemilihan baru. Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, menilai sikap Maduro tidak tepat dengan menyalahkan AS atau negara lain atas kesengsaraan Venezuela. (AFP/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved