Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KONTINGEN besar pasukan pendukung anti-Islamic State (IS) yang didukung Amerika Serikat (AS) di Suriah, aliansi yang dikenal sebagai pasukan Demokrat Suriah (SDF), adalah Kurdi. Turki menyebutnya sebagai kelompok teroris.
Ankara mengatakan pihaknya berencana melancarkan operasi terhadap milisi Kurdi, yang dikenal sebagai YPG (Unit Perlindungan Rakyat Kurdi).
Sementara YPG telah mempelopori perjuangan Washington melawan IS, dukungan AS telah membuat tegang hubungan antara sekutu NATO.
Sebagai tanda kedekatan ini, Departemen Luar Negeri mengatakan telah menyetujui penjualan rudal Patriot senilai US$3,5 miliar dan peralatan yang terkait ke Turki.
Keputusan AS untuk mundur dari Suriah menandai perkembangan yang luar biasa tidak hanya untuk Kurdi, tetapi untuk doktrin AS di wilayah ini.
Pekan lalu, Brett McGurk, utusan khusus untuk melawan IS, mengatakan tidak ada yang menyatakan misi selesai.
"Jika kami telah belajar satu hal selama bertahun-tahun, kekalahan abadi dari kelompok seperti (IS) berarti Anda tidak bisa hanya mengalahkan ruang fisik mereka dan kemudian pergi," katanya.
Baca juga: Trump Tarik Pasukan AS dari Suriah
Seorang juru bicara pemerintah untuk Inggris, yang telah lama mendukung kampanye anti-IS di Suriah, mengatakan masih banyak yang harus dilakukan terhadap para jihadis.
"Kita tidak boleh melupakan ancaman yang mereka ajukan. Bahkan tanpa wilayah, (IS) akan tetap menjadi ancaman," bunyi sebuah pernyataan.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison, yang melakukan kunjungan pra-Natal ke pasukan yang ditempatkan di Irak, menyoroti kerja koalisi dan komitmen berkelanjutan untuk memerangi IS dan simpatisannya.
Kehadiran AS di Suriah dipandang sebagai kunci mendorong pengaruh Rusia dan Iran. Milisi pro-Iran telah mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad, dan Moskow pada 2015 ikut campur dalam konflik untuk mendukungnya.
Charles Lister, seorang rekan senior di Institut Timur Tengah, menyebut keputusan penarikan tentara AS itu sangat picik dan naif.
"Ini bukan hanya skenario mimpi untuk IS, tetapi juga untuk Rusia, Iran, dan rezim Assad, yang semuanya menguntungkan secara substansial dari penarikan AS," kata Lister.
Jihadis IS menyapu seluruh petak besar Suriah dan tetangga Irak pada 2014. Mereka menerapkan interpretasi brutal terhadap hukum Islam di daerah yang mereka kendalikan.
Di Suriah, para pejuang IS bertahan di sisa-sisa kantong yang pernah dikuasai seperti Hajin, termasuk desa-desa Al-Shaafa dan Sousa. (AFP/OL-2
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved