Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PENCARI suaka asal Irak, Ahmed Hassan, 18, divonis bersalah oleh dewan juri di Old Bailey London pada Jumat (16/3) setelah melakukan percobaan pembunuhan dengan bom di kereta api bawah tanah London yang melukai 30 orang.
Hassan akan masuk bui sementara penetapan waktu hukuman dilakukan pada minggu depan.
"Hassan membuat bom buatannya untuk membunuh orang sebanyak mungkin," kata Sue Hemming dari Crown Prosecution Service (CPS).
Dia meninggalkan ember bom yang berisi obeng, pisau, mur, baut dan 'Mother of Satan' TATP di kereta yang membawa 93 penumpang pada 15 September tahun lalu.
Sebagian meledak di stasiun Parsons Green di London barat, satu pemberhentian setelah dia turun.
Dean Haydon, Kepala Komando Terorisme Scotland Yard, menyebut Hassan adalah individu cerdas juga artikulatif yang licik.
"Dia merahasiakan yang dia rencanakan. Kami menggambarkannya sebagai aktor tunggal," ujarnya.
Komandan Stephen Nash sebelumnya mengatakan kepada juri dia sedang dalam perjalanan untuk bekerja saat dipapar cahaya yang menyilaukan sebelum dilalap api.
"Saya terlempar ke tanah. Nyala api luar biasa ... panas sekali, kupikir aku telah kehilangan telingaku, kupikir kepalaku terbakar," ungkapnya.
Saksi Aimee Colville mengaku mendengar ledakan keras dan retak sebelum segumpal kaca loncat keluar.
Kepada juri, Hassan mengatakan tidak bermaksud menyakiti orang, dia hanya bosan dan stres dan ingin menyalakan api.
"Ini menjadi semacam fantasi di kepala saya, saya sedang memikirkannya. Saya juga menonton film dokumenter, tentang pelarian dan ide itu masuk ke dalam kepalaku," imbuhnya.
Jaksa menunjukkan sejarah belanja daring Hassan yang mencakup bahan kimia, bersamaan dengan rekaman CCTV dari hari sebelum serangan bahwa dia membeli barang-barang pecahan peluru.
Hassan tiba di Inggris pada Oktober 2015 dan mengaku takut akan IS yang menangkapnya paksa dan melatihnya membunuh di Irak.
Dia tinggal dengan orang tua asuh Penny dan Ron Jones, dan belajar media dan fotografi di Brooklands College di Weybridge, selatan London.
Mentor kuliahnya menghubungi program anti-teror setelah Hassan menyebut sudah menjadi kewajibannya membenci Inggris.
Dia mengumpulkan bahan bom saat orang tua asuhnya yang tua berlibur, menggunakan uang dari sekolah untuk membeli bahan kimia.
Hassan menghancurkan teleponnya dan melarikan diri ke kota pelabuhan Dover, tempat polisi menjemputnya dengan uang tunai lebih dari £2.000 (US$2.794). (AFP/Ire/X-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved