Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

Trump Berubah Pikiran terkait Kebijakan Kepemilikan Senjata

Haufan Hasyim Salengke
01/3/2018 17:56
Trump Berubah Pikiran terkait Kebijakan Kepemilikan Senjata
(AFP/MANDEL NGAN)

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengejutkan anggota parlemen dengan mengambil tindakan pengendalian senjata yang lebih ketat daripada yang biasanya didukung oleh partainya, Republik. Kebijakan itu dia ambil setelah menelaah peristiwa penembakan terbaru yang mengerikan yang dialami para siswa di Amerika Serikat (AS) dengan puluhan korban jiwa dan domo-demo yang dilakukan para siswa di AS

"Kita harus melakukan sesuatu, kita harus bertindak," kata Trump, menyuarakan dukungan untuk pemeriksaan latar belakang yang diperluas, sekolah yang lebih aman, membatasi kemampuan orang sakit mental untuk membeli senjata api dan meningkatkan batas usia untuk bisa membeli senjata tertentu.

"Kita tidak bisa menunggu dan bermain game dan tidak ada yang bisa dilakukan," kata Trump pada sebuah pertemuan dengan anggota parlemen dari kedua belah pihak.

Pada satu titik, dia berpaling kepada seorang senator Partai Republik dan berkata, "Anda takut pada NRA," mengacu pada National Rifle Association, lobi senjata utama dan kuat AS.

"Dia (Trump) mengejutkan saya," ujar Senator Demokrat Chris Murphy kepada kepada AFP kemudian. "Dia berkomitmen dengan sangat tegas dan sangat jelas terhadap pemeriksaan latar belakang yang komprehensif, meningkatkan usia untuk pembelian senjata serbu, dan perintah-perintah perlindungan.

Dengan air mata, ketakutan, dan pembangkangan, para siswa juga kembali secara emosional ke SMA Florida tempat seorang mantan teman sekelas mereka, Nikolas Cruz, melakukan aksi penembakan mematikan dua minggu yang lalu, menewaskan 17 orang.

Siswa di SMA Marjory Stoneman Douglas di Parkland disambut oleh pengamanan berat dan sejumlah saat mereka kembali ke kelas.

Puluhan petugas polisi berbaris di trotoar mengatakan ‘Selamat pagi’ kepada setiap anak dan pejabat pensiunan. Mantan siswa, tetangga, dan anak-anak mereka memegang spanduk bertuliskan "We Love You," "You've Got This" dan "We Are With You."

"Ini cukup luar biasa," kata seorang siswa berusia 17 tahun bernama William, yang sekelas dengan dua korban, Nicholas Dworet dan Meadow Pollack.

"Sungguh menyedihkan kembali ke sana dan tidak ada teman-teman yang berada di kelas bersamaku lagi."

Demikian juga, untuk Kimberly Miller, hari pertama kembali berarti ia tidak akan pernah lagi bersua dengan guru geografinya, Scott Beigel, 35.

Beigel adalah satu dari tiga staf yang terbunuh, bersama 14 remaja, saat mantan siswa Nikolas Cruz memasuki sekolah pada Hari Valentine dan melepaskan tembakan dengan senapan semi otomatis. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya