Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

AS Hampir Rampungkan Proposal Perdamaian Palestina-Israel

MICOM
23/2/2018 16:12
AS Hampir Rampungkan Proposal Perdamaian Palestina-Israel
(AFP)

DUTA Besar Amerika Serikat untuk PBB Nikki Haley mengungkapkan bahwa negaranya hampir merampungkan sebuah proposal untuk rencana perdamaian yang telah lama ditunggu antara Israel dan Palestina.

"Saya pikir mereka menyelesaikannya," kata Nikki Haley, saat ditanya tentang rumusan proposal perdamaian Timur Tengah di University of Chicago Institute of Politics.

Berita tersebut muncul sehari setelah dua utusan utama Donald Trump di Timur Tengah, Jared Kushner dan Jason Greenblatt, bertemu dengan duta besar Dewan Keamanan PBB dan meminta dukungan mereka terhadap rencana perdamaian yang akan datang.

"Mereka masih bolak-balik," kata Haley, tanpa mengatakan secara spesifik kapan proposal tersebut selesai dibuat. Dia hanya mengatakan bahwa proposal tersebut dalam posisi 'seimbang'.

"Rencananya (proposal itu) tidak akan disukai oleh kedua belah pihak, dan tidak akan dibenci oleh kedua pihak, tapi ini adalah batas waktu untuk mulai berbicara," katanya.

Saat ditanya tentang keputusan kontroversial AS yang mengumumkan bahwa Yerusalem sebagai ibukota Israel, Haley mengatakan bahwa hal tersebut merupakan keputusan kongres AS yang dilaksanakan Presiden Trump.

"Kongres telah memilih untuk memberi nama Yerusalem ibukota Israel dan untuk menempatkan kedutaan kita di ibu kota itu," kata Haley.

Dia menambahkan selama ini beberapa presiden AS telah berjuang dengan "doktrin ketakutan bahwa langit akan jatuh" jika deklarasi semacam itu dibuat.

"Langit masih di atas sana," katanya. "Dan sekarang apa yang kita miliki adalah saat dimana negosiasi bisa dimulai antara orang Israel dan Palestina," imbuhnya.

Sementara itu, Presiden Palestina Mahmud Abbas pada Rabu (21/2) menyerukan sebuah konferensi internasional yang diadakan pada pertengahan 2018 untuk meluncurkan proses perdamaian yang lebih luas di mana Amerika Serikat tidak lagi memiliki peran sentral sebagai negara penengah.(AFP/OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya