Headline
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyangkal keras disebut sebagai seorang rasial, setelah secara kasar menghina negara-negara Afrika dan Haiti terkait kesepakatan bipartisan tentang imigrasi sehingga mendapat kecaman dari seluruh dunia.
"Saya bukan seorang rasial, saya adalah orang paling tidak rasis yang pernah Anda wawancarai," kata Trump kepada wartawan di Trump International Golf Club di West Palm Beach, Florida, tempat dia makan malam dengan pemimpin DPR dari Partai Republik Kevin McCarthy, Minggu (14/1).
Trump yang tampak putus asa dalam mengatasi kesepakatan imigrasi yang buntu kembali mengangkat persoalan itu setelah menyebut imigran Afrika dan Haiti datang dari negara-negara lubang kotoran (shithole country).
"DACA mungkin sudah mati karena (Partai) Demokrat tidak menginginkannya," ujar Trump dalam sebuah cicitan di Twitter, mengacu pada program Tindakan Penangguhan untuk Kedatangan Anak (Deferred Action for Childhood Arrivals).
Selain berusaha defensif, Presiden AS itu tidak meminta maaf atas ucapannya.
Bahkan, dia berusaha untuk mengambinghitamkan Demokrat dan menggambarkan partai tersebut tidak benar-benar tertarik pada kesepakatan imigrasi.
"Mereka hanya ingin berbicara dan mengeluarkan uang yang sangat dibutuhkan dari militer kita," cicitnya dalam Twitter.
"Saya, sebagai presiden, ingin orang-orang datang ke negara kita yang akan membantu kita menjadi kuat dan hebat lagi, orang-orang datang melalui sebuah sistem. Tidak ada lagi Uundian! #AMERICAFIRST!" tambahnya.
Di Florida, Trump menyampaikan, "Saya tidak berpikir Demokrat ingin membuat kesepakatan. Orang-orang dari DACA harus tahu Demokrat ialah orang-orang yang tidak akan membuat kesepakatan."
Dia bersikeras Gedung Putih siap, mau dan bisa membuat kesepakatan dengan DACA.
Namun, Senator Jeff Flake, seorang republikan yang mengkritik Trump, mengatakan bahwa Demokrat serius dalam kesepakatan bipartisan mengenai imigrasi.
Dia mengatakan bahwa kompromi yang disampaikan ke Gedung Putih pada Kamis (11/1) akan mengakhiri sistem undian visa dan yang disebut migrasi berantai saat imigran legal dapat membawa anggota keluarga mereka.
Mereka akan diizinkan untuk tinggal tapi tidak menjadi warga negara AS.
Ratusan ribu imigran dibawa ke negara tersebut secara ilegal sebagai anak-anak yang disebut dreamers (pemimpi).
Mereka menghadapi ancaman deportasi, kecuali sebuah kompromi dapat dicapai yang akan memberi mereka hak untuk tinggal.
Sebuah kesepakatan bipartisan untuk menyelesaikan masalah dreamers tersebut dengan imbalan perubahan yang diminta Partai Republik, runtuh akibat kekecewaan atas ucapan Trump pada Kamis (11/1), yang secara luas dikecam sebagai rasis.
"Saya pikir orang ini, presiden ini, membawa kita kembali ke tempat lain. Saya pikir dia seorang rasis," ujar John Lewis, anggota kongres Georgia yang berada di garis depan gerakan hak-hak sipil 1960-an, pada Minggu (14/1). (AFP/Anastasia Arvirianty/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved