Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
PRESIDEN Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan pihak Amerika Serikat bahwa pengakuan Preisden Donald Trump atas Yerusalem sebagai ibukota Israel berisiko meningkatkan ketegangan di wilayah yang sudah tegang tersebut.
Keputusan Trump dan rencananya untuk memindahkan kedutaan AS ke Yerusalem memicu demonstrasu dan kekerasan di Yerusalem, dalam lima berturut-turut di Timur Tengah.
"Baik Rusia dan Turki percaya bahwa keputusan tersebut tidak membantu mengatur situasi di Timur Tengah namun justru membuat atmosfer menjadi tidak stabil," kata Putin saat konferensi pers di Ankara.
"Ini bisa menggagalkan proses perdamaian Israel-Palestina," imbuh Putin, Senin (11/12) setelah melakukan pertemuan dengan Erdogan menyusul kunjungan kilat ke Suriah dan Mesir.
Erdogan menambahkan bahwa dia dan Putin telah mengambil pendekatan serupa mengenai masalah tersebut saat dia menuduh Israel terus yang terus menerus menyulut api permusuhan di wilayah Timur Tengah.
"Israel menggunakan ini sebagai kesempatan untuk lebih meningkatkan tekanan dan kekerasan terhadap warga Palestina," ujar Erdogan.
Putin sebelumnya di Kairo menekankan pentingnya "dimulainya kembali segera pembicaraan Palestina-Israel mengenai semua masalah yang disengketakan, termasuk status Yerusalem".
"Dengan pengakuan Yerusalem ini sebagai ibu kota Israel, AS (Amerika Serikat) telah menjadi mitra pertumpahan darah ini. Kami tidak mengenali keputusan ini, kami tidak akan melakukannya," tambahnya.
Turki memiliki harapan tinggi untuk hubungan bilateral di bawah kepresidenan Trump, namun hubungan telah diliputi adanya konflik Suriah, sebuah kasus hukum di New York dan sekarang Yerusalem.
Erdogan mengatakan bahwa "vandalisme dan kekejaman" saat ini di Yerusalem tidak akan bertahan lama. "Mereka yang mengira memiliki Yerusalem hari ini tidak akan menemukan pohon untuk disembunyikan," katanya.
Titik balik
Pasca Trump mengumumkan akan memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem, masyarakat seluruh dunia terutama masyarakat Islam bergerak protes dan memicu kekerasan mematikan di wilayah Palestina.
Demonstrasi yang terjadi di Yerusalem dihadapi dengan senjata api oleh tentara Israel. Korban meninggal dan luka-luka pun mulai berjatuhan di pihak warga Palestina. Tentara Israel dengan membabi buta menggunakan kekuatannya menghadapi warga sipil.
Erdogan mengatakan bahwa pertemuan puncak Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Istanbul akan menjadi "titik balik" dalam masalah tersebut.
Erdogan dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pun saling melontarkan statemen pada akhir pekan lalu. Erdogan menggambarkan Israel sebagai "negara teroris" yang membunuh anak-anak.(AFP/OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved