Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Bangladesh Bangun 14 Ribu Penampungan Baru

Anastasia Arvirianty
16/9/2017 20:50
Bangladesh Bangun 14 Ribu Penampungan Baru
(AFP/DOMINIQUE FAGET)

BANGLADESH akan membangun 14.000 tempat penampungan baru untuk menampung ratusan ribu pengungsi Muslim Rohingya yang berkemah di pinggir jalan, di ladang dan di perbukitan.

Pihak berwenang Bangladesh mengatakan bahwa mereka akan membangun sebuah kamp besar di sebuah lahan seluas 2.000 acre (800 hektar) di dekat sebuah kamp pengungsian Rohingya yang ada di Kutupalong di distrik Cox's Bazar, yang berbatasan dengan Myanmar.

"Kami diberi tahu untuk membangun tempat penampungan dalam 10 hari. Setiap tempat penampungan akan menampung enam keluarga pengungsi," kata sekretaris manajemen bencana India Shah Kamal, menambahkan bahwa kamp tersebut akan memiliki fasilitas sanitasi, air dan medis yang layak.

Menurut PBB, hampir 400.000 orang Rohingya tiba di Bangladesh sejak 25 Agustus setelah melarikan diri dari tindakan militer yang dilakukan oleh militer Myanmar untuk menanggapi serangan pemberontak Rohingya. "Kami akan mengambil bantuan dari badan-badan PBB," katanya.

Lebih lanjut, ia mengatakan, badan kesejahteraan sosial pemerintah akan mengurus anak-anak Rohingya yang telah kehilangan orang tua mereka dalam kekerasan atau yang tiba tanpa ditemani di Bangladesh.

Seorang pakar hak asasi lokal mengecam pemerintah untuk pengelolaan bantuan yang kacau, mengatakan bahwa perkelahian terjadi setiap kali sebuah truk bantuan tiba. Koresponden AFP di lokasi kejadian menyaksikan kejadian tersebut.

"Pengungsi masih berdatangan, tapi tidak ada upaya untuk membawa disiplin dan ketertiban dalam pengelolaan bantuan. Ada koordinasi yang kurang serius antara pemerintah dan lembaga," kata Nur Khan Liton.

Ia menambahkan, masih banyak orang yang tinggal di pinggir jalan dan di tempat terbuka. Beberapa telah berhasil mendirikan tenda, yang lain hanya tidur di bawah langit terbuka."

Bahaya berikutnya, dia mengingatkan, bisa menjadi wabah kesehatan karena setidaknya satu anak laki-laki Rohingya meninggal karena diare. "Pihak berwenang harus bergerak cepat sebelum menjadi epidemi."

Pejabat PBB mengakui bahwa mereka terkejut dengan skala eksodus tersebut. Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB mengatakan akan membentuk sebuah kelompok dari semua badan PBB dan kelompok swasta untuk mengoordinasikan pekerja bantuan. (AFP/OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya