SEBUAH patung remaja perempuan tengah duduk manis dengan kaki telanjang yang ada di depan kantor Kedutaan Besar Jepang di Seoul, Korea Selatan, menjadi simbol ketegangan hubungan Jepang dan Korsel. Pahatan perunggu setinggi 1,5 meter yang menggambarkan sosok jugun ianfu, yakni korban perbudakan seks tentara Jepang pada masa perang itu kini berada di ujung tanduk. Setelah selama beberapa dekade menjadi isu hangat dalam hubungan bilateral kedua negara, rekonsiliasi dipilih menjadi jalan penyelesaian dalam menuntaskan masalah perbudakan seks militer Jepang.
Perdana Menteri Shinzo Abe menawarkan permintaan maaf dan pemberian dana senilai 1 miliar yen (setara Rp100-an miliar) kepada Korsel, Desember lalu. Manuver itu sebenarnya cukup mengejutkan. Pasalnya, Abe kerap menyangkal sejarah kelam di era perang. Ia terkenal dengan sikapnya yang konservatif dalam perkara sejarah kolonisasi Jepang. Delapan tahun silam, Abe mengelak bahwa tidak ada bukti para perempuan di tanah jajahan dan pendudukan dipaksa untuk menjadi perempuan penghibur.
Di bawah pemerintahan Abe pula pernyataan Kepala Sekretariat Kabinet Yohei Kono (Kono Statement, 1993) yang mengamini adanya rumah bordil militer Jepang, ditinjau ulang. Manuver yang dilakukannya juga tergolong berani. Pasalnya, ia juga menerima serangan dari politisi di dalam negeri. Sontak, langkah Jepang membangunkan Tiongkok dan Taiwan. Dua negara itu punya masalah yang sama. Mereka menuntut Jepang untuk menawarkan kesepakatan serupa.
Media Tiongkok dengan keras menuding kesepakatan itu lebih bermuatan politis ketimbang ungkapan rasa tanggung jawab yang tulus. Tentu, kesepakatan itu merupakan tonggak untuk menyelesaikan dosa masa lalu. Namun, mufakat itu kian hari justru semakin menampakkan wajahnya yang rentan. Kedua negara masih diselimuti rasa ketidakpercayaan. Pemerintah Korsel diminta untuk memindahkan patung jugun ianfu dari muka kantor kedutaan. Tak pelak, masyarakat Korsel menolaknya.
Selain itu, mantan jugun ianfu juga tidak puas atas kesepakatan itu. Mereka merasa tidak dilibatkan. Mereka juga meminta Abe meminta maaf secara langsung dan terbuka. Sebagian juga menyayangkan bahwa kesepakatan tidak mencakup reparasi secara hukum. Di sisi lain, Jepang tidak menganggap pemberian dana sebagai kompensasi. Desain kesepakatan yang tergolong rentan memunculkan pertanyaan. Apa motif utamanya? Amerika Serikat (AS) disebut-sebut berperan penting.
Mengingat Jepang dan Korsel merupakan sahabat AS, perseteruan panjang dua sekutu di Asia tentu tidak menguntungkan. Akurnya kedua negara diharapkan bisa memperkuat aliansi AS di Asia Timur demi mengimbangi Tiongkok. Betapa pun, gestur politik Jepang bersifat 'tak bisa mundur'. Ke depan, tarik-menarik antara kepentingan domestik Jepang, negosiasi pemerintah Korsel dengan mantan jugun ianfu serta kelompok masyarakat sipil, juga kepentingan aliansi AS akan membuktikan watak kesepakatan sebenarnya.