TRUK pertama yang membawa bala bantuan kemanusiaan memasuki Kota Madaya, Suriah, Senin (11/1) waktu setempat. Wilayah itu dikepung tentara pemerintah selama berbulan-bulan dan menyebabkan lebih dari 20 orang tewas akibat kelaparan. Di tengah krisis kelaparan itu, PBB menyerukan ratusan orang di Madaya dievakuasi untuk menerima perawatan medis.
Bulan Sabit Merah Arab Suriah mengungkapkan sebanyak 44 truk bermuatan makanan dan bantuan lainnya memasuki wilayah yang dikuasai pemberontak itu pada siang hari. Para perempuan yang menangis dan anak-anak berbaur melawan dingin, menunggu mendapatkan bantuan yang dibawa truk-truk tersebut. Bantuan itu merupakan pasokan vital setelah enam bulan Madaya berada dalam pengepungan pasukan Presiden Bashar al-Assad.
"Anak-anak kita kelaparan, tubuh kita gemetaran," ungkap penduduk lokal Ghaitha Assad, 27. "Kami tidak punya makanan, bahkan sepotong roti pun tidak. Tidak ada air, tidak ada listrik, tidak ada peralatan pemanas. Anak-anak kita menangis sepanjang malam, kami tidak dapat memberi mereka makan," kisahnya.
Program Pangan Dunia PBB mengatakan pasokan bantuan itu bisa memberi makan lebih dari 40 ribu orang selama satu bulan. Sementara itu, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengungkapkan bantuan itu cukup untuk masa tiga bulan. "Saya melihat seorang pemuda membunuh kucing dan menghidangkan dagingnya kepada anggota keluarganya sebagai kelinci," ujar Hiba Abdel Rahman, 17.
"Beberapa orang mencari tong sampah dan mengais isinya. Yang lain terpaksa mengonsumsi rumput. Kami berusaha mendapatkan makanan dari para pejuang, tapi mereka menolak untuk memberikannya kepada kita," imbuhnya. Sekitar 28 orang meninggal karena kelaparan di Kota Madaya sejak 1 Desember, termasuk lima orang pada Minggu (10/1) saja, menurut data Dokter Lintas Batas (MSF).
PBB mengatakan telah meminta rezim Suriah dan oposisi untuk memungkinkan sekitar 400 orang, mayoritas menderita sakit karena kelaparan dan kurang gizi, untuk diterbangkan dari Madaya guna mendapat perawatan medis yang mendesak. "Sekitar 400 orang harus dievakuasi untuk atensi medis yang menyelamatkan jiwa," kata Kepala Bantuan PBB Stephen O'Brien kepada wartawan setelah pertemuan Dewan Keamanan. "Mereka berada dalam bahaya serius kehilangan nyawa mereka.
"Juru bicara ICRC Pawel Krzysiek, yang ikut bersama truk ke Madaya, mendeskripsikan kesan pertamanya, "Suasana benar-benar memilukan. Kami melihat banyak orang di jalanan. Beberapa tersenyum dan melambai kepada kami, tetapi banyak yang hanya berlalu tanpa ekspresi karena terlalu lemah dan lelah.