MESKIPUN Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dapat mengeluarkan keputusan eksekutif, Kongres AS-lah yang dapat berbuat lebih banyak untuk mereformasi aturan senjata api. Pada Selasa (5/1) waktu setempat, Obama mengumumkan keputusan eksekutif itu guna memperketat kepemilikan senjata dalam mengatasi maraknya kekerasan yang melibatkan senjata api di negara yang dipimpinnya. Aksi eksekutif diambil Obama mengingat langkah-langkah sebelumnya yang telah ia lakukan untuk mengawasi peredaran dan penggunaan senjata selalu ditolak Kongres.
Yang dilakukan Obama saat ini, yakni dengan mengeluarkan tindakan eksekutif untuk mengawasi peredaran senjata di 'Negeri Paman Sam', membuat berang Kongres yang diisi anggota Partai Republik. "Kata-kata dan tindakannya merupakan bentuk intimidasi yang mengekang kebebasan," kata Ketua DPR AS Paul Ryan. "Perintah eksekutifnya tak diragukan lagi akan ditantang di pengadilan." Adapun calon Presiden dari Partai Republik Donald Trump mengatakan ia tidak akan meneruskan langkah-langkah itu jika ia terpilih menjadi presiden. P
enegasan Trump juga disetujui calon-calon presiden lainnya dari Partai Republik seperti Ted Cruz dan Jeb Bush. Politikus dari Partai Republik John Culberson juga telah mengungkapkan rencananya untuk menghentikan tindakan Obama. Ia berniat untuk menuntut proposal presiden melalui jalur hukum, sebuah langkah yang juga pernah dilakukan di masa lalu dalam melawan kekuatan eksekutif. Namun, proses hukum dipastikan memakan waktu lama, yang mungkin tidak akan selesai hingga Obama meninggalkan Gedung Putih pada awal 2017.
Air mata Dengan didampingi para korban kekerasan bersenjata, di East Room, Gedung Putih, Washington, Obama mengutarakan 10 poin tindakan eksekutif, termasuk memperluas pemeriksaan latar belakang calon pengguna senjata. Tindakan lainnya menyebutkan siapa saja yang terlibat bisnis jual beli senjata api, baik di toko ataupun melalui internet, wajib memiliki lisensi resmi. Suasana kemudian berubah haru ketika presiden ke-44 AS itu menyebutkan salah satu tragedi penembakan yang terjadi di AS empat tahun lalu.
Saat itu, 14 Desember 2012, sebanyak 20 siswa dan 6 pengajar Sekolah Dasar Sandy Hook tewas setelah seorang pria menyerbu sekolah dengan senjata semiotomatis. "Saya marah setiap kali mengingat apa yang terjadi pada anak-anak itu. Jadi kita semua harus memaksa Kongres untuk tidak menghalangi langkah ini," ujar Obama seraya menyeka air mata yang menetes di pipinya.
Ayah dua anak itu menegaskan keputusan yang ia ambil saat ini ialah sebuah keharusan. "Kita harus menganggap ini sebagai sebuah keharusan yang amat sangat. Tidak ada lagi alasan untuk tidak melakukannya," ucap Obama. Meski mengakui sangat sulit untuk mencapai hasil terbaik dalam pengontrolan senjata api, Obama tetap optimistis.
"Ini tidak mudah. Ini tidak akan selesai dalam satu malam. Pun tidak akan terjadi pada masa Kongres periode ini. Tidak akan selesai dalam periode kepemimpinan saya. Namun, saya yakin ini akan berhasil," ucap pria 54 tahun itu. Obama mengatakan hal-hal lain seperti hak kaum perempuan untuk memilih, juga pembebasan warga Afrika Amerika dari perbudakan, bahkan pemenuhan hak-hak kelompok LGBT, tidak terjadi dalam semalam.
"Namun, semua itu membuahkan hasil pada akhirnya. Semua itu kerja keras selama bertahun-tahun yang setimpal," sambung Obama. Sejumlah jajak pendapat menyatakan mayoritas warga AS mendukung aturan kepemilikan senjata api diperketat, tapi dukungan itu lantas surut akibat maraknya lagi kekhawatiran soal terorisme. (AFP/I-1)