Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kembali Mengurus Sosial dan Pendidikan

Dero Iqbal Mahendra
16/8/2019 14:13
Kembali Mengurus Sosial dan Pendidikan
Jusuf Kalla(MI/ADAM DWI)

WAKIL Presiden Jusuf Kalla sudah memiliki rencana setelah masa jabatannya di pemerintahan berakhir pada 20 Oktober 2019. Meski pensiun dari pemerintahan, dirinya masih bisa mengabdi di berbagai bidang. Baginya sesuatu yang dimulai selalu ada akhir. Begitu pun dengan masa jabatannya di pemerintahan.

Berikut wawancara Dero Iqbal Mahendra dengan Jusuf Kalla di Kantor Wapres, beberapa waktu lalu.

Semakin mendekati selesai pur natugas, semakin padat atau semakin longgar pak?
Ya, tetap banyak kegiatan-kegiatan, termasuk interview juga banyak, hampir setiap hari.

Beberapa saat lalu meng antar Pak Ma’ruf Amin, apa maksud dan tujuannya?
Oh, pertama saya undang Pak Ma’ruf Amin ke sini untuk mem-bref tentang apa itu tugas-tugas wakil presiden, apa yang harus dan tidak
boleh dikerjakan dan bagaimana caranya dengan bagaimana po sisinya. Selain itu juga isu-isu yang berkembang pada dewasa ini yang
harus diselesaikan

Kalau dulu dari awal be lum pernah ada model-model seperti ini?
Ya, kalau saya sendiri karena saya punya rentetan, atau dari menteri, menko, hingga wapres, saya sudah tahu tugas-tugas pemerintahan. Sebelumnya menteri, menko, tetaplah. Kalau Pak Ma’ruf Amin kan baru (di) pemerintah langsung jadi wapres. Jadi, perlu mendapat pengalamanpengalaman.

Sebentar lagi di Oktober akan purnatugas, mau pulang kampung lagi?
Kampung saya seluruh In donesia.

Kegiatan utamanya apa nanti?
Ya kembali urusan sosial, dengan PMI dan lain-lainnya. Kemudian, pendidikan. Saya dewan penyantun atau wali amanah di banyak Universitas di Indonesia, urus keagamaan di Dewan Masjid dan pengalaman saya waktu jedah jadi wapres, itu banyak diundang untuk
memberikan ceramah, kuliah umum di banyak tempat, di universitas, atau lembaga-lembaga lain.

Termasuk peran-peran internasional?
Ya, dulu juga saya contohnya banyak organisasi yang mengundang. Jadi pengamat pemilu contohnya di banyak negara atau ada masalah-masalah perdamaian selalu ingin diberikan pandangan atau nasihat malah di beberapa negara.

Nah, ini peran-peran seperti itu masih akan terus dimainkan ya?
Iya, insya Allah. Kan hidup ini harus bermakna lah.

Kan dua kali menjadi wakil presiden dengan presiden yang berbeda. Bedanya apa antara Wapres yang pertama dan kedua?
Sama-sama memiliki kelebihan dan cara berbeda walaupun cara berbeda-beda. Kalau zaman Pak SBY itu ada semacam pembagian tugas, saya dengan beliau. Saya lebih banyak mengurus masalah-masalah ekonomi atau masalah kesejahteraan, juga masalah perdamaian contohnya.

Kalau sekarang itu semuanya kita rapatkan. Jadi, apa pun isu-isu dari besar sampai kecil, itu dirapatkan. Jadi, kita ambil keputusan bersamasama, mulai masalah ekonomi besar sampai urusan sampah.

Jadi apakah karena itu dulu kan orang menyebut itu bukan RI 2, tapi RI 1 setengah. Lalu, sekarang kembali normal jadi RI 2. Kalau ada pendapat seperti itu bagaimana?
Ya bisa saja, walaupun seperti saya katakan tadi salah satu ciri ke pemimpinan Pak Jokowi itu ialah kolektivitas. Jadi, diambil keputusan
secara kolektif.

Jadi dulu pembagian tugas, sekarang kolektif?
Iya, iya.

Lebih efektif mana?
Ya tergantung keadaannya. Duadua nya bisa efektif. Zaman dulu lebih cepat.

Dulu disebut JK sebagai jalan keluar karena berbagai persoalan bisa diselsaikan secara cepat. Kalau sekarang ini apa yang tidak bisa diselesaikan secara cepat, apa masalahnya?
Ya kondisinya berbeda walaupun apa yang dihadapi itu awalnya sama. Awal 2004 itu ekonomi kita hanya tumbuh sekitar 4%. Ini pun kita
mulai dari 4,5%. Jadi akibat krisis 2008, berlanjut sampai sekarang. Kemudian ini masalah ekonomi yang masih menjadi suatu masalah
yang sangat penting dari secara keseluruhan negeri ini yang harus kita tingkatkan. Ada peluangpeluang, tetapi ada tantangannya. Namun, karena ada masalah keluar, ada masalah ke dalam, ke dalam juga memang harus kita selesaikan. Seperti itu.

Kalau masalah politik kelihatannya sudah mulai tenang. Sudah ada pertemuan-pertemuan yang baik. Masalah sosial itu selalu ada hubungannya dengan kemampuan ekonomi kita.

Pertemuan Pak Jokowi dengan Pak Prabowo, ada yang bilang Pak JK termasuk orang di belakang yang mendesain itu, betulkah?
Kalau yang terakhir saya tidak ikut. Namun, pertemuan pertama, penyelesaian pertama supaya menghentikan segala macam, iya saya. Saya yang menyelesaikannya.

Membuka jalannya ya?
Iya, iya

Apa sih pentingnya pertemuanpertemuan seperti itu?
Sebenarnya pertemuan itu, kita tahu bersama setelah pemilu timbul polarisasi di masyarakat, dan timbul demo-demo. Kalau di atas sudah kompak, di bawah akan ikut. Jadi kenapa pentingnya pemimpin itu rekonsiliasi agar yang di bawah juga rekonsiliasi.

Jadi atas kembali ke bawah?
Iya.

Kembali ke masalah ekonomi, beberapa kalikan Pak Jokowi di pemerintahan kali ini ‘sering menekankan’ kenapa sih proses
perizinan berbelit-belit, lalu kemudian investasi menjadi agak berkurang kepastian dan susah sekali didapat. Pak JK merasakannya apa?

Ada dua hal yang penting. Pertama, sistem pemerintahan kita terlalu, eselonnya atau strukturnya terlalu panjang. Birokrasinya terlalu panjang, dari menterinya, dirjennya, direkturnya, kepala bagiannya, subbagiannya. Itu semuanya ingin berperan sehingga lambat. Karena itu, kita harus kurangi, potong apa itu eselon yang panjang itu.

Kedua, juga ada unsur kehati - hatian yang berlebihan diantara birokrat karena takut. Takut salah, nanti kalau salah bisa masuk penjara oleh KPK, oleh Kejaksaan, polisi. Ketakutan ini yang menyebabkan kelambatan.

Namun, faktanya kan itu ketakutan yang beralasan?
Iya tapi kadang-kadang berlebihan. Tidak ada yang ambil tanggung jawab. Ini aja pending terus, pending terus.

Kalau ada yang mengambil tanggung jawab tidak ada masalah?
Iya selesai, semua pada takut. Ya dengan banyak kasus-kasus, seperti dirut PLN masuk penjara, bekas Dirut Pertamina masuk penjara, semuanya tuh menyiapkan, wah kalau saya bertindak salah nanti keliru, merugikan dianggap pidana. Itu semua kan kehati-hatian yang berlebihan.

Itu karena desain aturannya atau orangnya?
Ya semua orang tentu terpengaruh. Semua orang tidak ada yang mau ambil risiko yang besar jadinya. Tidak ada mau risiko. Karena walaupun itu kesalahan administratif, bisa menjadi pidana.

Beberapa kali sampai hadir ke pengadilan. Apa motivasinya?
Pertama, kalau saya yakin ya bahwa teman-teman itu atau bekas saya punya bawahan itu dikriminalisasi dengan menurut pandangan saya tidak sepadan, ya saya akan belain.

Apa itu bagian dari untuk menghilangkan rasa takut itu?
Iya, saya berharap kita ada solidaritas. Jadi contohnya seperti ada beberapa menteri, hanya karena melanggar aturan keuangan, kemudian aturan itu sudah dicabut tapi masih kena hukuman. Itu saya ke pengadilan.

Setelah ke pengadilan, ada efeknya?
Ya tentu saja, tapi ada yang dikurangi, ada juga yang tetap saja hukum annya. Kayak Jero Wacik sama Suryadharma, ya permohonannya
tidak dipenuhi walaupun saya jadi saksi. Saya sayangkan juga karena saya menjelaskan hal-hal yang menurut saya tidak melanggar.

Golkar kembali dihangatkan dengan munas dan tawaran munas dipercepat. Apa pendapatnya?
Pertama, saya bukan pengurus Golkar lagi sehingga saya tidak punya hak suara dan turut mengambil keputusan. Saya menyerahkan semua ke pengurus yang lama. Namun, Golkar itu atau partai lain pun kalau menjelang munas atau kongres, ya, selalu muncul kelompokkelompok yang bersaing satu sama lain. Ya ketua umumnya satu, tetapi yang ingin bisa tiga, empat orang. Ya timbul persaingan-persaingan yang keras dengan segala macam. Ada yang saling menjatuhkan.

Pak JK kan bagaimana pun juga sesepuh Golkar, yang didengar keterangannya, didengar suaranya, dan diminta petunjuk juga. Sejauh pandangan sebagai sesepuh Golkar, yang se karang ini sudah on the right track atau perlu dikencangkan lagi?

Perlu juga kita mengapresiasi walaupun berapa bulan menjelang pemilu, Golkar mendapat goncangan luar biasa karena ketua umumnya,
mantan sekjennya, dan berapa pengurus lain masuk penjara karena korupsi. Namun, Golkar tetap mencapai suara yang cukup baik, ketiga.

Jadi apa pun itu juga patut diapresiasi?
Iya, iya.

Kan pernah mengatakan, munas kan masih lama Januari, kenapa tidak sabar menunggu. Lebih strategis sekarang atau Januari sebetulnya?
Sebenarnya itu sederhana melihatnya. Banyak pihak ingin percepat, september contohnya, itu kan jelas. Kalau September, siapa yang menang, dia yang akan menentukan siapa jadi menteri, siapa menduduki jabatan waktu Oktober. Itu saja temanya orang pasti berdebat.

Jadi saya katakan harus sesuai aturan dong. Munasnya dulu Desember, ya harus Desember juga. Sesuai aturan.

Bicara kabinet, kalau Pak Jokowi nantinya meminta saran, Pak JK siap memberikan masukan?
Ya, tentunya nanti kalau diminta berdasarkan pengalaman. Kita kan berpengalaman bersama dan juga mempunyai pandangan ataupun informasi siapa-siapa yang pantas, mempunyai kemampuan, mempunyai track record yang baik. Itu kan dibutuhkan untuk menyusun kabinet dan juga strukturnya kita sumbang pikiran, kan seperti itu.

Kalau untuk ke depan ini, isu apa yang harus segera di-address kabinet mendatang berdasarkan review kabinet kali ini?
Ya siapa pun yang akan menduduki menteri kabinet yang akan datang, dia harus menaruh perhatiannya yang utama bagaimana membangkit ekonomi kita lebih baik lagi, bagaimana tumbuh lebih baik lagi, dan bagaimana solusi menghadapi ekonomi dunia seperti ini, ada perang dagang Amerika dengan Tiongkok, itu pengaruh ke ekonomi kita.

Sampai berapa jauh proses percepatan, dulu kan bilang cepat, cepat, cepat. Sebetulnya ukuran cepat bagaimana?

Kalau kabinet itu ada kan batas deadline-nya 20 Oktober. Setidaktidaknya 20 Oktober atau dua, tiga hari setelah itu kabinetnya harus segera tersusun. Kabinet itu harus menyelesaikan masalah-masalah seperti yang saya katakan tadi masalah ekonomi. Mungkin masalah politik tidak terlalu masalah lagi. Namun, masalah ekonomi sosial harus kita selesaikan.

Dalam 100 hari gitu?
Ya, sekarang orang tidak banyak menggunakan 100 hari karena penyelesaian masalah itu juga punya program jangka panjang.

Juga waktu jadi wapres Pak SBY, dulu di awal-awal yang memutuskan pembagian tugas siapa?
Itu kesepakatan kami berdua. Iya supaya lebih efi sien.

Di awal itu apa yang dilakukan?
Menstabilkan anggaran dengan menurunkan subsidi, awalnya itu menaikkan BBM. Memang agak banyak mengalami tantangan, tapi tidak ada cara lain untuk mengamankan anggaran kita. Mengurangi subsidi, menaikan harga BBM, kemudian bagaimana perdagangan jalan, ekspor jalan, investasi jalan. Itu tuh intinya.

Persoalannya ternyata kan masih sama?
Sama-sama, hampir sama tinggal keberanian.

Sekarang kan devisit kita dipicu dari impor minyak?
Ya, antara lain karena murah harga minyak di antara negara lain di sekitar kita, orang cenderung untuk boros dan akhirnya kalau boros makin banyak konsumsi, makin banyak impor, makin banyak subsidi.

Melihat track record Pak Jokowi, di berbagai kesempatan Pak Jokowi juga mengatakan sudah tidak punya beban politik sehingga berani. Menurut Anda?
Saya yakin Pak Jokowi berani. Dulu juga waktu awal pemerintahan November 2014, kita naikkan juga BBM kan.

Apakah sekarang masih perlu?
Masih karena subsidi kita sekarang lebih 200 triliun. Masih, sehingga anggaran pembangunan kita, anggarannya itu hanya di atas 100 triliun. Jadi lebih banyak biaya subsidi energi jika dibandingkan dengan pembangunan yang lainnya. Itu kan tidak sinkron itu. Bukan suatu tanda-tanda yang baik

Seharusnya subsidi itu berapa?
Ya tergantung besaran anggarannya. Kalau sekarang itu mungkin subsidi secara keseluruhan kalau 150 triliun, itu juga sudah cukup baik.

Dalam beberapa kesempatan tidak segan untuk berbicara terbuka, bahkan berbeda pendapat dengan Pak Jokowi. Atau publik beranggapan berbeda pendapat, bahkan berbeda pilihan, kenapa?
Ya setiap kita mempunyai pilihanpilihan, keyakinan pilihan yang lain ya. Namun, juga punya manfaat. Mungkin yang dimaksud itu waktu pemilihan gubernur DKI, misalnya, saya berbeda dengan Pak Jokowi. Itu punya efek baik.

Tidak ada soal ya?
Tidak ada soal semuanya aman.

Itu tidak memengaruhi kinerja di pemerintahan?
Ndak, ndak.

Waktu pilpres, juga all out ya mendukung Pak Jokowi?
Iya, saya termasuk tim, walaupun pembina memberikan nasihatnasihat kepada TKN.

Sekarang kan tentu punya harapan untuk kabinet mendatang. Apa harapan utama yang perlu disampaikan kepada presiden dan wapres terpilih?
Ya, pertama kabinet itu terdiri atas menteri-menteri yang harus dipilih mampu bekerja dan mengetahui kerjanya, bidangnya. Karena itu, masuk kabinet kerja yang profesional, walaupun juga kombinasi antara menteri dari partai dan menteri di luar partai yang dianggap lebih profesional, walaupun kenyataannya menteri dari partai banyak yang profesional, banyak ahli-ahli juga. Tentu dipilih dari ahli-ahli itu.

Kedua, tentu kita harus cepat mengatasi masalah-masalah yang bisa menghadang di masa datang, seperti kembali lagi masalah ekonomi dan ada pengaturan-pengaturan yang lain.

Kalau isu-isu tentang radikalisme dan semacamnya?

Di mana-mana radikalisme itu cuma ada dua hal, radikalisme berpikir, itu tentu tidak soal ya, kita tidak bisa mengontrol pikiran orang. Yang kedua, yang salah kalau dia bertindak karena dia radikal, dia menjadi teroris. Itu yang keliru kan.

Namun, kalau cara berpikirnya saja yang berbeda, ya, tidak jadi soal.

Kan bapak aktif dalam Dewan Masjid dan seterusnya. Apa langkah untuk mengatasi sikapsikap yang cenderung ekstrem?
Ya ini memang bukan pekerjaan yang mudah karena masjid di Indonesia itu ada satu juta ya, masjid dan musala. Jadi kita selalu mengadakan pendidikan-pendidikan mubalig dan para mubalig ini agar berpikir kedamaian dan wasatiyah, moderasi. berpikir yang moderasi, tidak radikal seperti itu. Kita berusaha seperti itu di samping melayani masyarakat dan umat yang baik agar ibadahnya lebih baik.

Jadi bentuk deradikalisasi yang selama ini dilakukan efektif tidak Pak?
Ya ada berhasil, ada yang tidak. Buktinya kalau kita lihat radikalisme ini efeknya, ujungnya ke teroris. Artinya bertindak keras. Kita alhamdulillah berkurang dari tahun ke tahun. Kalau dulu teroris itu dapat dipersonifikasikan dalam bentuk bombom, atau bom bunuh diri, kita tahu semua akhir-akhir ini sudah semakin berkurang. Namun, banyak juga yang ditangkap. Berarti polisi juga efektif untuk mendeteksi atau menahan atau menangkal orang-orang yang mau bertindak seperti teroris itu.

Pak JK dikenal sebagai orang yang dekat dengan golongan muslim di Indonesia. Pesan untuk umat muslim apa?

Jangan lupa penduduk Indonesia 88% muslim, jadi mayoritas, sangat mayoritas. Tentu keseluruhan ajaran Islam di Indonesia itu sangat moderat, sebagian besarnya. Bahwa ada beberapa kelompok kecil, sangat tidak mewakili kelompok yang besar ini. Tidak mewakili.

Kelompok kecil yang saya katakan sangat kecil ini karena jika dibandingkan dengan penduduk Islam yang kira-kira 225 juta-230 juta, itu kalau hanya bilangan 100 orang atau 1.000 orang, itu kan hanya 0,0 per mil, itu bukan suatu jumlah yang besar. Kita berterima kasih kepada kepolisian, BNPT, yang dapat mengatasi hal itu.

Ya di samping dakwah dan pengajian yang baik, sekarang marak pengajian-pengajian yang baik. Nah itu moderat, walaupun juga ada
pengajian-pengajian yang radikal. Namun, selama dia tidak bertindak sebagai teroris, cara berpikir kan tidak bisa dikontrolkan.

Habis pelantikan mau istirahat dulu atau mau ke Makassar?
Istirahat dulu, mungkin cari tempat yang enak untuk istirahat, kumpul cucu-cucu. kemudian setelah itu kembali ke kegiatan-kegiatan yang seperti saya katakan tadi, sosial, agama, pendidikan, dan tentu juga memberikan sharing pengalaman kepada masyarakat, terutama di kampus dan di mana-mana.

Kiprah politik mungkin?
Enggak, sudah lewat. Kan saya sudah sampai puncak ketua umum partai, sudah aktif di pemerintahan. Cukup. Beri kesempatan kepada yang muda-muda. (P-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya