Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
GEJOLAK sosial yang terkait dengan berbagai aksi dan seruan kebencian hingga memicu intoleransi dikhawatirkan menimbulkan dampak buruk bagi dunia pariwisata Indonesia. Salah satu alasannya ialah wisatawan asal Tiongkok yang terbesar menyasar berbagai daerah wisata di Indonesia akan merosot jumlahnya. Hal itu disebabkan adanya sinisme yang lebih bersifat politis sehingga tidak menutup kemungkinan pemerintah Tiongkok mengambil sikap tertentu.
“Seluruh negara di dunia berlomba untuk menarik wisman Tiongkok. Ini yang harus diperhatikan, terutama dengan kondisi sosial di Indonesia saat ini, Bila (kondisi) dianggap oleh pemerintah Tiongkok sebagai hal yang mengancam, kerugian akan sangat besar didapat Indonesia, terutama apabila sampai dikeluarkannya travel advice,” ungkap pemerhati pariwisata, Tedjo Iskandar, saat dihubungi Media Indonesia, kemarin.
Travel advice merupakan hal yang sangat memengaruhi angka kunjungan wisata ke suatu negara. Dicontohkan, keadaan tersebut telah lebih dulu terjadi pada Taiwan. Akibat konflik yang terjadi di antara kedua negara, travel advice diberlakukan Tiongkok. Hal tersebut menyebabkan dunia pariwisata Taiwan menjadi terpuruk akibat penurunan drastis jumlah wisatawan. “Pemerintah harus berusaha agar bagaimanapun hal tersebut tidak berlarut-larut dan berdampak lebih luas, terutama wisata yang saat ini tengah gencar dikembangkan,” Tedjo menegaskan.
Sepanjang 2016, tercatat Tiongkok menjadi salah satu negara penyumbang wisman terbanyak ke Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada November 2016, wisman terbanyak berasal dari Tiongkok mencapai 125,1 ribu kunjungan, diikuti Malaysia sebanyak 119,5 ribu kunjungan, Singapura 118,2 ribu kunjungan, Australia 99,1 ribu kunjungan, dan Jepang 39,9 ribu kunjungan.
Di periode Januari—November 2016, kunjungan wisman ke Indonesia telah mencapai angka 10,41 juta. Wisman Tiongkok mencapai 1,36 juta atau 13,10% dari total wisatawan asing yang datang. Setelah itu, Malaysia mengirim 1,30 juta wisatawan atau 12,52%, sementara Singapura dengan 1,2 juta wisatawan atau 12,38%.
Antropolog Universitas Indonesia Iwan Meulia Pirous sebelumnya juga mengingatkan saat ini kondisi intoleransi yang semakin menyebar akan berpotensi menimbulkan masalah yang lebih kompleks ke segala aspek. (Pro/H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved