Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
DOKTER Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Siloam Heart Hospital, Asmoko Resta Permana mengatakan bahwa pemeriksaan ultrasonografi (USG) fetomaternal sangat bermanfaat untuk mendeteksi lebih awal penyakit jantung bawaan pada janin.
Menurutnya, rujukan ke konsultan fetomaternal saat ini sudah menjadi kewajiban untuk ibu hamil. Nantinya, konsultan dapat memanfaatkan hasil USG untuk mendeteksi kelainan pada jantung janin lebih dini.
"USG biasa itu hanya screening awal saja. Kompetensinya masih dasar. Kalau dokter kandungan menemukan kelainan ukuran jantung atau terlihat ada strukturnya yang berlubang, pasien dikirim ke dokter kandungan yang ahli di bidang kelainan bawaan secara menyeluruh, yang disebut konsultan fetomaternal," kata Asmoko dalam kegiatan diskusi di Jakarta, Rabu (20/8).
Ia mengatakan, tidak semua dokter kandungan memiliki kompetensi untuk mendeteksi kelainan jantung dan hasil pemeriksaan USG dua dimensi akurasinya hanya 80% karena pencitraan janin terhalang oleh lapisan perut dan cairan ketuban pada masa kehamilan.
Meski demikian, Asmoko menyebut, pemeriksaan lanjutan dapat dilakukan setelah bayi lahir dan pada masa ini akurasi pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan jantung bawaan bisa ditingkatkan menjadi 98%.
"Begitu lahir, baru akurasi bisa ditingkatkan karena kita langsung periksa ke bayinya. Itu bisa 98% untuk mendeteksi kelainan jantung bawaan," ujarnya.
Lebih lanjut, Asmoko menambahkan, pentingnya upaya deteksi dini dan penelusuran faktor risiko untuk mencegah pemburukan akibat tindakan yang tidak tepat dalam penanganan penyakit jantung bawaan.
Ia mengingatkan, lebih baik terlambat menjalani pemeriksaan ketimbang tidak menjalani pemeriksaan sama sekali.
"Baru datang ke kita nanti kalau sudah ada keluhan. Namun, tetap tidak ada kata terlambat, karena kalau tidak dilakukan tindakan sama sekali, maka akan jatuh ke kondisi hipertensi paru, kualitas hidup menurun, dan angka keselamatan lima tahun ke depan rendah sekali. Jadi walaupun sudah dewasa, tidak ada kata terlambat, kita periksa dulu," tuturnya. (H-3)
Kapasitas penanganan intervensi (bedah dan nonbedah) saat ini hanya mampu menangani 7.500 kasus/tahun. Artinya, puluhan ribu anak tidak tertangani optimal setiap tahunnya.
Berdasarkan data terbaru IDAI tahun 2024, sekitar 50 ribu bayi lahir dengan penyakit jantung bawaan setiap tahunnya, dengan 12 ribu kasus di antaranya tergolong kritis.
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan kondisi serius yang sering kali ditemukan pada anak sejak lahir. Orangtua perlu waspada terhadap sejumlah gejala.
Kemenkes menyebut FKTP telah menyediakan skrining Penyakit jantung bawaan (PJB) yang diharapkan masyarakat bisa memaksimalkan fasilitas yang ada agar mendapat pelayanan utama atau rujukan.
PENYAKIT jantung masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Sayangnya, jumlah dokter spesialis jantung dan pembuluh darah masih minim dan jauh dari target.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved