Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

Penyakit Jantung Bawaan Kerap Tidak Terdeteksi Sejak Dini

Media Indonesia
20/8/2025 20:10
Penyakit Jantung Bawaan Kerap Tidak Terdeteksi Sejak Dini
Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr Asmoko Resta Permana SpJP(K) FIH(Dok Ist)

PENYAKIT jantung bawaan (PJB) masih jadi masalah serius di Indonesia dan sering kali tidak terdeteksi sejak dini. Banyak pasien baru terdiagnosis saat sudah dewasa, bahkan setelah mengalami komplikasi seperti stroke, gagal jantung, atau kematian mendadak.

Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), terdapat prevalensi berkisar sekitar 50.000 bayi lahir dengan PJB setiap tahun di Indonesia, dari yang ringan hingga kritis.

Namun, kapasitas penanganan intervensi (bedah dan nonbedah) saat ini hanya mampu menangani 7.500 kasus/tahun. Artinya, puluhan ribu anak tidak tertangani optimal setiap tahunnya.

dr Asmoko Resta Permana SpJP(K) FIHA, Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah serta Konsultan Kardiologi Pediatrik dan PBJ Siloam Heart Hospital menyampaikan sebagian besar pasien membutuhkan operasi terbuka untuk mengatasi kelainan bawaan ini.

Namun, kata dia, kemajuan saat ini di bidang kardiologi memungkinkan dokter melakukan tindakan nonbedah dengan hasil sangat efektif dan minimal risiko yaitu dengan kateterisasi.

"Dengan semakin banyaknya pasien yang memiliki kesempatan ditangani melalui prosedur kateterisasi ini, tentu akan mengurangi risiko komplikasi serius dari PJB," kata Asmoko, di Jakarta, Rabu (20/8).

Ia memaparkan beberapa gejala umum PJB dapat dilihat, antara lain pada bayi dan anak-anak yakni napas cepat atau sesak napas, bibir atau selaput lendir (sianosis), berat badan sulit naik, mudah lelah saat menyusu atau beraktivitas, sering berkeringat terutama saat makan, serta detak jantung tidak teratur. "Adapun pada remaja dan dewasa antara lain mudah lelah, nyeri dada, pingsan, dan pembengkakan di kaki atau perut," ujarnya.

Asmoko menyarankan kepada masyarakat agar segera melakukan pemeriksaan kesehatan jika merasakan gejala-gejala umum pada PJB tersebut sehingga segera mendapatkan penanganan tepat.

“Saya mendorong masyarakat untuk lebih waspada pada gejala atau riwayat PJB dalam keluarga. Semakin cepat ditangani, semakin besar peluang sembuh dengan minimal risiko. Tidak perlu takut karena inovasi saat ini memungkinkan perawatan aman dan nyaman untuk semua usia," ucapnya.

Di Siloam Heart Hospital misalnya, dia menjelaskan, bisa dilakukan melalui prosedur kateterisasi melalui pembuluh darah tanpa sayatan besar dan teknik tanpa radiasi (zero fluoroscopy) berkat panduan transesophageal echocardiography (TEE).

"Pendekatan ini aman untuk pasien anak, remaja, hingga dewasa yang membutuhkan perlindungan maksimal dari radiasi. Prosesnya nyaman, nyeri minimal, pemulihan cepat, dan hasilnya efektif," kata Asmoko.

Sebagai bagian dari pusat unggulan kardiologi di jaringan Siloam Hospitals Group, Siloam Jantung Diagram atau dikenal Siloam Heart Hospital menghadirkan inovasi penanganan PJB di Indonesia melalui tindakan advance yang memungkinkan pasien pulih lebih cepat. 

"Mengandalkan teknologi di cath lab modern dan tim subspesialis berpengalaman, prosedur kateterisasi ini mampu menangani berbagai kelainan jantung, seperti atrial septal defect (ASD), ventricular septal defect (VSD) tertentu, patent ductus arteriosus (PDA) dan patent foramen ovale (PFO)," ujarnya.

Tanpa perlu operasi terbuka, prosedur ini dilakukan menggunakan kateter yang dimasukkan melalui pembuluh darah paha, disertai alat khusus seperti occluder untuk menutup celah pada dinding jantung.
"Proses ini tidak memerlukan sayatan besar, meminimalkan rasa nyeri, mempercepat waktu pemulihan dan memungkinkan pasien kembali beraktivitas dalam waktu singkat," tutupnya.(H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya