Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

FDA Ragukan Keamanan Antidepresan Saat Hamil, Benarkah Berisiko bagi Ibu dan Bayi?

Muhammad Ghifari A
20/8/2025 08:12
FDA Ragukan Keamanan Antidepresan Saat Hamil, Benarkah Berisiko bagi Ibu dan Bayi?
Ilustrasi(freepik)

SEBUAH panel dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) baru-baru ini meragukan keamanan penggunaan antidepresan jenis SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) pada ibu hamil.

Beberapa anggotanya bahkan mengusulkan agar obat-obatan seperti Prozac dan Zoloft diberi peringatan kotak hitam, yang menandakan potensi efek samping serius.

Sebagai psikolog, psikiater, dan ahli saraf yang berfokus pada kesehatan mental perinatal, kami prihatin bahwa klaim-klaim tersebut bertentangan dengan bukti penelitian puluhan tahun. Kami berpendapat bahwa manfaat pengobatan depresi selama kehamilan jauh lebih besar daripada risikonya.

Krisis Kesehatan Mental Ibu dan Perubahan Otak

Depresi klinis pada ibu hamil merupakan masalah serius. Penyakit mental, termasuk bunuh diri dan overdosis, merupakan penyebab utama kematian pada ibu di Amerika Serikat.

Masa kehamilan dan pascapersalinan, yang dikenal sebagai matresensi, memicu perubahan cepat pada otak guna mempersiapkan ibu dalam merawat bayinya. Namun, perubahan hormonal ini juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit mental, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat depresi.

Depresi klinis mengganggu plastisitas otak, membuat otak "terjebak" dalam pola pikir negatif. Ini memengaruhi fungsi otak yang penting untuk pengasuhan, seperti motivasi, regulasi emosi, dan pemecahan masalah.

Sebaliknya, penelitian menunjukkan bahwa SSRI bekerja dengan meningkatkan plastisitas otak. Hal ini memungkinkan individu untuk melihat dunia lebih positif, meningkatkan kepuasan sebagai seorang ibu, dan memfasilitasi fleksibilitas kognitif.

Menimbang Risiko dan Manfaat

Walau SSRI terkadang dikaitkan dengan risiko kelahiran prematur atau bayi dengan berat badan rendah, depresi yang tidak ditangani juga membawa potensi bahaya yang sama. Hal ini membuat sulit membedakan penyebab pastinya. 

Beberapa bayi yang lahir dari ibu pengguna SSRI dapat mengalami sindrom adaptasi neonatal, namun kondisi ini biasanya membaik dalam dua minggu tanpa implikasi jangka panjang.

Klaim panel FDA bahwa SSRI menyebabkan autisme atau cacat lahir pada anak bertentangan dengan banyak penelitian, termasuk laporan penting dari Massachusetts General Hospital Center for Women's Mental Health. 

Laporan ini menyimpulkan bahwa SSRI tidak berhubungan dengan keguguran, cacat lahir, atau kondisi perkembangan seperti gangguan spektrum autisme.

Risiko Depresi yang Tidak Diobati Jauh Lebih Besar

Depresi klinis yang tidak diobati selama kehamilan membawa risiko yang sangat serius bagi ibu dan bayi.

  • Bagi bayi: Risiko kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, serta masalah perilaku dan kognitif di masa kanak-kanan.
  • Bagi ibu: Peningkatan risiko preeklamsia (tekanan darah tinggi yang fatal) dan bunuh diri, yang menyumbang sekitar 8% kematian selama kehamilan dan pascamelahirkan.

Dibandingkan dengan risiko serius ini, risiko penggunaan SSRI selama kehamilan sangat minimal. American College of Obstetricians and Gynecologists menyarankan agar seluruh layanan kesehatan mental perinatal, termasuk penggunaan SSRI, tetap dapat diakses.

Dampak Peringatan FDA

Penambahan peringatan kotak hitam pada antidepresan dapat menyebabkan penurunan resep, seperti yang terjadi pada tahun 2004 ketika FDA mengeluarkan peringatan serupa untuk kaum muda. Hal ini berisiko meningkatkan konsekuensi penyakit mental.

Kesimpulannya, depresi selama kehamilan adalah hambatan serius bagi kesehatan otak ibu. SSRI adalah salah satu cara yang aman dan efektif untuk mendorong perubahan otak yang sehat, membantu ibu berkembang baik dalam jangka pendek maupun panjang. Memberikan edukasi yang benar tentang cara kerja SSRI dan manfaatnya adalah langkah terbaik untuk mendukung kesehatan ibu hamil dan bayinya.
(Live Sciences/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya