Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Ilmuwan Peringatkan Aditif Plastik Sebabkan Penurunan Jumlah Sperma Global

Muhammad Ghifari A
20/8/2025 07:37
Ilmuwan Peringatkan Aditif Plastik Sebabkan Penurunan Jumlah Sperma Global
Ilustrasi(freepik)

MENURUT ilmuwan reproduksi terkemuka, langkah-langkah darurat perlu segera diambil untuk mengatasi penggunaan aditif plastik yang berhubungan dengan penurunan jumlah sperma. Hal ini disebabkan ketidakpastian dalam regulasi bahan kimia yang berisiko mengancam kesepakatan penting terkait polusi plastik.

Data penelitian menunjukkan bahwa selama lima dekade terakhir, jumlah sperma global telah menurun sekitar 1% setiap tahun. Penurunan ini sejalan dengan tingkat penurunan kesuburan manusia. 

Meskipun faktor-faktor seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, dan penuaan populasi dianggap sebagai penyebab potensial. Dr. Shanna Swan, profesor kesehatan lingkungan dari Fakultas Kedokteran Icahn di Mount Sinai, New York, menekankan peran besar faktor lingkungan.

Hubungan Erat antara Bahan Kimia dan Penurunan Jumlah Sperma

Dr. Swan menjelaskan bahwa penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh racun lingkungan yang dapat mengganggu hormon steroid. Pada 2017, ia bersama timnya merilis sebuah meta-analisis yang mengungkapkan bahwa jumlah sperma pria di Amerika Utara, Eropa, dan Australia menurun hingga 60% dalam periode 1973 hingga 2011.

Penelitian lanjutan di tahun 2023, yang melibatkan data dari Afrika, Asia, dan Amerika Selatan, menemukan bahwa penurunan ini terjadi secara signifikan di wilayah Barat maupun non-Barat.

Yang lebih mengkhawatirkan, tingkat penurunan ini semakin cepat. "Jika Anda melihat studi yang terbit setelah tahun 2000, penurunannya lebih dari 2% per tahun," kata Dr. Swan. "Jadi, laju penurunan ini meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir."

Penurunan jumlah sperma yang dimulai sekitar tahun 1950 berbanding terbalik dengan peningkatan penggunaan plastik. Dr. Swan menunjukkan adanya hubungan kuat antara aditif plastik dan penurunan jumlah sperma, khususnya ftalat dan bisfenol.

  • Ftalat adalah bahan kimia yang digunakan untuk membuat plastik menjadi lebih lembut dan fleksibel, misalnya pada botol, selang medis, atau wadah makanan yang lentur. Zat ini dapat menurunkan kadar testosteron.
  • Bisfenol: Kebalikan dari ftalat, bahan ini membuat plastik keras dan kaku. Bisfenol dapat meningkatkan kadar estrogen.

Dampak pada Perkembangan Janin

Dr. Swan menegaskan bahan kimia pengganggu endokrin paling berdampak pada janin dan embrio yang tengah berkembang di dalam kandungan. Penelitiannya mengenai efek ftalat pada bayi laki-laki yang belum lahir menemukan bahwa paparan selama periode kritis kehamilan dapat mengganggu perkembangan seksual. 

Efek samping dari paparan ftalat di dalam rahim, yang dikenal sebagai "sindrom ftalat", meliputi ukuran penis yang lebih kecil, jarak antara organ genital dan anus yang lebih pendek, dan penurunan jumlah sperma saat anak mencapai masa pubertas.

"Kami menemukan hubungan antara paparan dan kesuburan," jelasnya. "Saya yakin ini merupakan dampak signifikan dari paparan awal terhadap bahan kimia ini."

Mencari Solusi dan Tindakan Pencegahan

Dr. Swan mendesak perlunya tindakan tegas terkait penggunaan aditif plastik dan pencarian alternatif yang lebih aman. "Masyarakat dapat mengambil langkah hati-hati," ujarnya. "Mereka bisa menggunakan kembali bahan-bahan, memilih wadah makanan yang tepat, dan membawa botol minum kaca. 

Sayangnya, tanda-tanda adanya solusi global tampak tidak menjanjikan. Setelah negosiasi yang berlangsung hampir dua minggu di Jenewa, para negosiator meninggalkan pertemuan tanpa mencapai kesepakatan.

Negara-negara penghasil minyak dan gas menolak tuntutan untuk membatasi produksi dan penggunaan bahan kimia. Meskipun sekitar 100 negara telah menandatangani deklarasi yang menyerukan penghapusan produk plastik dan bahan kimia paling berbahaya, dokumen negosiasi tidak menyebutkan adanya pengendalian bahan kimia. (The Guardian/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya