Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Kejadian Gempa Bumi Poso Menyisakan Tanda Tanya Soal Sesar Tokararu, Butuh Penelitian Lebih Jauh

Despian Nurhidayat
19/8/2025 10:44
Kejadian Gempa Bumi Poso Menyisakan Tanda Tanya Soal Sesar Tokararu, Butuh Penelitian Lebih Jauh
Info gempa bumi Poso pada 17 Agustus 2025.(Dok. BMKG)

AHLI Geologi Bumi - Paleoseismolog, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mudrik Rahmawan Daryono, mengatakan bahwa kejadian gempa bumi Poso yang terjadi pada 17 Agustus 2025 berada dekat di Sesar Tokararu dan masih banyak hal yang belum diketahui dari lokasi tersebut.

“Sesar Tokararu ini lebih banyak pengetahuan yang tidak diketahuinya dari pada yang telah diketahui,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Senin (18/8).

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa sebuah Sesar dikatakan aktif harus diikuti oleh parameter sesar yang rinci dan jelas, yaitu meliputi jalur sesar aktifnya yang sangat bergantung dengan jenis data yang digunakan, resolusi data DEMNAS sekitar 7 meter tidak cukup, dan memerlukan dataset kelas LiDAR dengan resolusi sekitar 30 centimeter dan mampu menembus tutupan pohon.

Selain itu, Sesar aktif juga memiliki kecepatan geser yang diperoleh dari penelitian geodesi dan juga penelitian paleoseismologi rinci. Besaran gempa bumi maksimum yang diperoleh dari mengukur panjang Sesar aktif dan/atau mengetahui dari hasil paleoseismologi rinci.

“Diperlukan juga kejadian gempa bumi besar yang pernah terjadi di masa lampau yang diperoleh dari catatan sejarah gempa bumi dan/atau rekaman geologi dan periode ulang atau bahasa awamnya adalah ulang tahun gempa bumi,” ujar Mudrik.

Informasi yang Minim

Sesar Tokararu sendiri dikatakan merupakan sesar yang dipelajari dari dataset DENMAS resolusi 7 meter dan informasi yang dimiliki Indonesia saat ini hanya rekaman seismologi dari BMKG.

“Melihat panjangnya Sesar Tokararu dari dataset DEMNAS ini, Sesar ini masuk dalam kelas yang mampu menghasilkan gempa bumi magnitudo 7. Gempa bumi yang barusan terjadi masih jauh di bawah perkiraan maksimal kekuatan yang dapat dihasilkan oleh Sesar Tokararu ini,” tuturnya.

Mudrik menegaskan bahwa bisa jadi ini adalah gempa bumi cabang dari sesar utama Sesar Tokararu yang belum terpetakan. Bisa jadi pula ini adalah bagian dari segmen dari Sesar Tokararu yang belum terpetakan.

“Bisa jadi ini gempa bumi satu selesai, tidak akan ada susulan yang lebih besar lagi atau bukan gempa bumi pembuka/foreshock. Hemat katanya sebagai peneliti, saya tidak tahu. Untuk menjawabnya diperlukan penelitian yang lebih lanjut,” tegas Mudrik.

Oleh sebab itu, menurutnya kewaspadaan adalah upaya yang paling baik. Mitigasi dan pengurangan dampak buruk adalah ilmu yang penting untuk dipahami dan dilaksanakan masyarakat sekitar Poso dan Sulawesi.

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya