Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
AHLI Geologi Bumi - Paleoseismolog, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mudrik Rahmawan Daryono, mengatakan bahwa kejadian gempa bumi Poso yang terjadi pada 17 Agustus 2025 berada dekat di Sesar Tokararu dan masih banyak hal yang belum diketahui dari lokasi tersebut.
“Sesar Tokararu ini lebih banyak pengetahuan yang tidak diketahuinya dari pada yang telah diketahui,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Senin (18/8).
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa sebuah Sesar dikatakan aktif harus diikuti oleh parameter sesar yang rinci dan jelas, yaitu meliputi jalur sesar aktifnya yang sangat bergantung dengan jenis data yang digunakan, resolusi data DEMNAS sekitar 7 meter tidak cukup, dan memerlukan dataset kelas LiDAR dengan resolusi sekitar 30 centimeter dan mampu menembus tutupan pohon.
Selain itu, Sesar aktif juga memiliki kecepatan geser yang diperoleh dari penelitian geodesi dan juga penelitian paleoseismologi rinci. Besaran gempa bumi maksimum yang diperoleh dari mengukur panjang Sesar aktif dan/atau mengetahui dari hasil paleoseismologi rinci.
“Diperlukan juga kejadian gempa bumi besar yang pernah terjadi di masa lampau yang diperoleh dari catatan sejarah gempa bumi dan/atau rekaman geologi dan periode ulang atau bahasa awamnya adalah ulang tahun gempa bumi,” ujar Mudrik.
Sesar Tokararu sendiri dikatakan merupakan sesar yang dipelajari dari dataset DENMAS resolusi 7 meter dan informasi yang dimiliki Indonesia saat ini hanya rekaman seismologi dari BMKG.
“Melihat panjangnya Sesar Tokararu dari dataset DEMNAS ini, Sesar ini masuk dalam kelas yang mampu menghasilkan gempa bumi magnitudo 7. Gempa bumi yang barusan terjadi masih jauh di bawah perkiraan maksimal kekuatan yang dapat dihasilkan oleh Sesar Tokararu ini,” tuturnya.
Mudrik menegaskan bahwa bisa jadi ini adalah gempa bumi cabang dari sesar utama Sesar Tokararu yang belum terpetakan. Bisa jadi pula ini adalah bagian dari segmen dari Sesar Tokararu yang belum terpetakan.
“Bisa jadi ini gempa bumi satu selesai, tidak akan ada susulan yang lebih besar lagi atau bukan gempa bumi pembuka/foreshock. Hemat katanya sebagai peneliti, saya tidak tahu. Untuk menjawabnya diperlukan penelitian yang lebih lanjut,” tegas Mudrik.
Oleh sebab itu, menurutnya kewaspadaan adalah upaya yang paling baik. Mitigasi dan pengurangan dampak buruk adalah ilmu yang penting untuk dipahami dan dilaksanakan masyarakat sekitar Poso dan Sulawesi.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menegaskan bahwa penguatan bangunan adalah salah satu kunci mitigasi bencana gempa bumi.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan gempa tektonik tersebut terjadi pada pukul 17.05 WIB atau 18.05 Wita
Sistem peringatan dini gempa bumi memanfaatkan jaringan sensor seismik untuk mendeteksi gelombang primer (P)—gelombang cepat yang muncul pertama kali saat gempa terjadi.
Gempa bumi bermagnitudo 6,0 mengguncang Kabupaten Poso pada Minggu (17/8) pukul 05.38 WIB, tepat saat masyarakat tengah bersiap memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia ke-80
Studi terbaru ungkap Patahan Tintina di wilayah terpencil utara Kanada berpotensi memicu gempa bumi berkekuatan besar.
Minggu 17 Agustus 2025 pukul 05.38.52 WIB wilayah Poso dan sekitarnya, Sulawesi Tengah diguncang gempa tektonik.
GEMPA bumi berkekuatan magnitudo 6,0 mengguncang wilayah Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah, pada Minggu (17/8), telah menyebabkan 32 orang yang mengalami luka-luka di Kabupaten Poso
Poso, Provinsi Sulawesi Tengah diguncang gempa bumi, Kamis (24/7). Gempa bumi itu merupakan gempa dangkal dan tidak berpotensi tsunami
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved