Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Kentang Modern Ternyata Hasil Hibridisasi Tomat dan Tanaman Mirip Kentang 9 Juta Tahun Lalu

Novianto Ryan R
03/8/2025 11:00
Kentang Modern Ternyata Hasil Hibridisasi Tomat dan Tanaman Mirip Kentang 9 Juta Tahun Lalu
Ilustrasi(freepik)

PERISTIWA hibridisasi antara tomat liar dan tanaman mirip kentang diperkirakan terjadi 8 hingga 9 juta tahun lalu. Perkawinan ini dianggap sebagai awal munculnya kentang modern.

Penelitian menunjukkan hasil dari persilangan tersebut menciptakan keturunan tanaman Petota. Kelompok ini mencakup kentang budidaya (Solanum tuberosum) dan lebih dari 100 spesies kentang liar.

Studi ini dilakukan tim ilmuwan internasional. Mereka menganalisis genom dari 128 spesies dalam kelompok Petota, Tomato, dan Etuberosum.

Teknologi genomik canggih digunakan untuk melacak jejak evolusi. Para ilmuwan menemukan pola genetik yang menunjukkan adanya pencampuran DNA secara alami.

Jejak ini menandakan hibridisasi antara nenek moyang tomat dan Etuberosum. DNA tanaman Petota menunjukkan susunan seperti mosaik, hasil kombinasi gen dari Tomato dan Etuberosum.

Susunan Genetik

Susunan genetik itu muncul dalam proporsi seimbang. Hal ini menjadi bukti kuat kentang berasal dari dua garis keturunan berbeda.

Dari sisi evolusi, Tomato dan Etuberosum memiliki nenek moyang yang sama. Diperkirakan mereka berpisah sekitar 13 hingga 14 juta tahun yang lalu.

Setelah berpisah, keduanya berevolusi secara mandiri. Namun, persamaan genetik yang tersisa cukup untuk memungkinkan hibridisasi sekitar 5 juta tahun kemudian.

Umbi

Hibridisasi tersebut menghasilkan keturunan baru dengan kemampuan unik membentuk umbi. Kemampuan ini menjadi kunci sukses adaptasi kentang.

Umbi berfungsi sebagai penyimpan nutrisi dan air. Fungsi ini sangat penting bagi kelangsungan hidup tanaman di lingkungan keras.

Penelitian ini juga mengungkap dua gen utama yang berperan. Gen SP6A diwarisi dari tomat dan berkembang menjadi pengatur pembentukan umbi.

Perubahan Genetik

Sementara itu, gen IT1 dari Etuberosum mendukung pembentukan struktur bawah tanah. Kombinasi ini memungkinkan adaptasi yang lebih baik terhadap lingkungan.

Perubahan genetik ini membantu kentang bertahan di wilayah seperti pegunungan Andes. Daerah ini dikenal dengan kondisi dingin dan kering, serta pengangkatan tanah yang cepat.

Kemampuan menyimpan air dan nutrisi memberi kentang keunggulan. Mereka dapat bertahan lebih baik dibanding nenek moyangnya.

Sandra Knapp, ahli botani dari Natural History Museum London, menyoroti pentingnya hibridisasi antarspesies. Menurutnya, proses ini menciptakan karakteristik baru dalam evolusi tanaman.

Berkat umbi, keturunan Petota mampu bertahan di habitat ekstrem. Mereka juga berkembang menjadi spesies baru yang lebih beragam.

Sanwen Huang dari Chinese Academy of Agricultural Sciences turut menjelaskan. Penelitian ini berhasil mengungkap asal-usul kentang dan munculnya sifat baru lewat persilangan genetik.

Evolusi Tanaman

Temuan ini memperluas pemahaman tentang evolusi tanaman. Rekombinasi gen lintas spesies mampu menciptakan tanaman penting bagi manusia.

Penelitian ini diterbitkan pada 31 Juli di jurnal ilmiah Cell. Temuan tersebut menjadi kemajuan signifikan dalam studi evolusi tanaman.

Peristiwa hibridisasi purba ini tidak hanya menciptakan kentang. Ia juga membuka wawasan baru tentang terbentuknya spesies melalui mekanisme alami. (live science/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya