Aeroponik Diharapkan Jadi Solusi Pemenuhan Kebutuhan Kentang Dalam Negeri

MENTERI Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, mengatakan upaya para stakeholder (pemangku kepentingan) dalam menggabungkan teknologi smart farming (pertanian cerdas) dalam pertanian adalah langkah maju menuju pertanian yang lebih efisien dan berdaya saing.

"Pertanian modern berbasis teknologi dan smart farming menjadi peluang untuk mendorong budidaya pertanian menjadi efisien, terukur, dan terintegrasi," kata Amran dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (27/1).

Sejalan dengan itu, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, menyelenggarakan Bertani on Cloud (BoC) volume 292 secara daring, Kamis (23/1/2025). Lokasi langsung di screen house aeroponik kentang di daerah Lembang Kabupaten Bandung Barat.

Baca juga : Potensi Kentang Garut Dapat Mendukung Terciptanya Swasembada Pangan

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti menjelaskan kentang merupakan salah satu komoditas pangan pokok. Hal itu ia sampaikan kepada sekitar 500 orang yang mengakses kegiatan ini melalui aplikasi zoom meeting dan 480 yang menyaksikan melalui live streaming You Tube BBPP Lembang.

“Permasalahan pemenuhan kebutuhan kentang di dalam negeri adalah benih sehingga aeroponik menjadi solusinya,” tutur Idha saat membuka kegiatan BOC.

Widyaiswara BBPP Lembang Hendra Gunawan, menjelaskan alur budidaya pembibitan kentang, mulai dari proses aklimatisasi dari planlet kentang yang diproduksi oleh Laboratorium Kultur Jaringan BBPP Lembang, proses penyetekan sebanyak 3 kali, sebelum ditanam di dalam bak aeroponik yang bahannya bisa berupa fiber atau terpal.

Baca juga : Poktan Marlundu Panen Raya Kentang 33 Ton

Hendra menjelaskan proses pemberian nutrisi, kegiatan pemeliharaan di antaranya pemasangan ajir, pewiwilan, pengendalian hama dan penyakit. Usia tanaman 75 hari, maka dilakukan proses pengeringan dengan mematikan pemberian nutrisi.

"21 hari kemudian dilakukan panen, dan selanjutnya benih kentang mengalami masa dormansi selama 3 bulan. Melewati 3 bulan, benih kentang siap dijual ke penangkar benih kentang," kata Hendra yang bertindak sebagai narasumber.

Pada sesi selanjutnya, dilakukan praktik aklimatisasi tanaman kentang dari planlet di media arang sekam dan cocopeat di dalam tray, menggunakan hidroponik sistem deep flow technique (DFT).

Baca juga : Waspada! 3 Sayuran Ini Tidak Boleh Dikonsumsi Saat Mentah

Pada sesi ini disampaikan juga kegiatan pemeliharaan tanaman kentang, pengajiran, dan juga praktik panen benih kentang yang sudah melalui proses pengeringan.

Di sisi lain, Kepala BBPP Lembang Ajat Jatnika menyampaikan pertanian tidak boleh berhenti. Menurut dia, pertanian menjadi sektor pembangunan yang penting untuk menyediakan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Kita membutuhkan benih unggul, sehat, berkualitas untuk memenuhi target produksi nasional,” kata Ajat yang hadir menutup acara.

Baca juga : Taehyung BTS Unggah Gambar Kentang McDonald's di Tengah Kontroversi Boykot, Bagaimana Reaksi Penggemar?

Salah seorang peserta asal Kota Cimahi, Beni Hermawan mengaku mendapat banyak pengetahuan baru. Menurut dia, peserta memperoleh gambaran tentang perbanyakan kentang dengan aeroponik karena diperlihatkan langsung tanaman kentang mulai dari proses steknya, kondisi tanaman kentang di beberapa umur tanaman hingga panen.

Sebagai informasi, pada lahan screen house 200 m2, bisa ditanami 2.000 bibit kentang. Saat panen dari 1 tanaman menghasilkan 10 knol. Harga jual Rp2.000 sehingga menghasilkan bruto Rp40 juta. Biaya input produksi, tenaga kerja, dan penyusutan sebesar Rp13 juta sehingga selama 1 kali musim tanam menghasilkan Rp27 juta.

“Semua kru yang terlibat mulai dari pematerinya mumpuni, pembawa acaranya dan hadiah kuis yang menarik yang dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua,” tutup Beni. (P-3)