Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
UPAYA pencegahan stunting perlu dimulai dari akar persoalan yakni kualitas lingkungan dan akses air minum yang layak. Hal ini menjadi sorotan utama dalam kegiatan edukasi yang diselenggarakan Yayasan Jiva Svastha Nusantara di Kelurahan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, sebagai bagian dari rangkaian program Indonesia Sehat Mulai dari Air Bermutu 2025.
Melalui kegiatan ini, Yayasan Jiva Svastha Nusantara ingin mendorong peningkatan literasi air bersih di tingkat rumah tangga, serta menggugah kesadaran kolektif masyarakat bahwa air bermutu adalah hak dasar yang harus diperjuangkan bersama.
Kegiatan ini menghadirkan Dr. dr. Lucy Widasari, M.Si, Ketua Kerja Sama Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia dan Direktur Program PT Yapindo, serta Surya Putra, Kepala Bidang Hukum dan Advokasi Kebijakan Yayasan Jiva Svastha Nusantara, yang menekankan bahwa air bersih adalah fondasi utama kesehatan ibu dan anak.
“Penyebab tidak langsung stunting adalah lingkungan, terutama air yang tidak higienis. Diare yang disebabkan oleh air terkontaminasi menyumbang 42% kematian bayi di Indonesia,” ujar dr. Lucy dikutip dari siaran pers, Kamis (24/7).
Ia juga menambahkan bahwa sanitasi yang buruk dan penyakit infeksi mengganggu pertumbuhan janin, penyerapan nutrisi, bahkan meningkatkan risiko hepatitis E pada ibu hamil yang pada akhirnya berpotensi melahirkan bayi dalam kondisi stunting.
“Kualitas air minum tidak bisa hanya dinilai dari kejernihannya. Kalau air mineral terasa aneh, meskipun bening, itu tanda kontaminasi. Air yang layak konsumsi seharusnya tidak berasa dan tidak berbau,” tegasnya.
Sementara itu, Surya Putra menyoroti tantangan tersembunyi yang selama ini diabaikan banyak orang. "Kita mengira air di kota besar seperti Jakarta sudah pasti bersih. Padahal, banyak air yang secara fisik tampak jernih justru mengandung bakteri berbahaya seperti E. coli dan coliform,” jelasnya.
Surya juga mengingatkan bahwa air minum isi ulang yang banyak dikonsumsi masyarakat belum tentu memenuhi standar kesehatan. Oleh karena itu, Yayasan Jiva Svastha Nusantara telah menjalin kerja sama dengan sejumlah Dinas Kesehatan dan Puskesmas di beberapa kota untuk melakukan pemeriksaan kualitas depot air minum isi ulang dan menemukan masih banyaknya kontaminasi pada produk air yang dijual.
“Dari pemeriksaan laboratorium, seringkali kami menemukan kadar pH yang tidak sesuai dan cemaran mikrobiologi yang tinggi. Hal ini sangat berisiko bagi kelompok rentan seperti balita dan ibu hamil," pungkas Surya. (E-2)
Menurut Dikdik, inisiatif semacam ini merupakan bagian penting dari strategi pencegahan stunting yang harus dimulai sejak masa kehamilan hingga usia dua tahun pertama anak.
Yayasan Jiva Svastha Nusantara memulai rangkaian kegiatan penyuluhan dan edukasi di DKI Jakarta sebagai bagian dari komitmen menurunkan angka stunting nasional.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved