Headline

Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan

Fokus

Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.

Rata-Rata IQ Anak Indonesia Rendah, Pengamat: Kompleks, Pengaruh Nutrisi hingga Pendidikan

Despian Nurhidayat
23/7/2025 20:24
Rata-Rata IQ Anak Indonesia Rendah, Pengamat: Kompleks, Pengaruh Nutrisi hingga Pendidikan
Ilustrasi, anak-anak Indonesia.(Dok. MI)

BEBERAPA waktu lalu, Badan Gizi Nasional (BGN) mengungkapkan bahwa rata-rata IQ anak Indonesia masih rendah atau berada di angka 78. Angka tersebut dikatakan tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

Menanggapi hal tersebut, pengamat pendidikan sekaligus Rektor Institut Media Digital Emtek (IMDE), Totok Amin Soefijanto, mengatakan bahwa seluruh pihak harus mengatasi persoalan ini secara bersama-sama.

“Pemerintah dan kita semua harus kerja bersama untuk mengatasi masalah IQ rendah ini. Masalahnya kompleks bukan hanya soal nutrisi, tapi juga gaya hidup, kebersihan, dan kemampuan baca tulis,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Rabu (23/7).

Lebih lanjut, menurutnya peringatan Hari Anak Nasional kali ini dapat dijadikan momentum oleh pemerintah untuk menunjukkan rendahnya IQ dengan program-program kerja yang nyata.

“Selain MBG (Makan Bergizi Gratis), kita bedah bagaimana penanganan kesehatan anak-anak kita selama ini? Bagaimana peran orangtua dalam mengajak anak untuk berpikir kritis? Bagaimana pemerintah daerah menyediakan taman bermain yang nyaman untuk eksplorasi anak dan keluarga?,” kata Totok

“Akses ke layanan pendidikan dan kesehatan ini penting buat anak dalam rangka stimulasi untuk berpikir. Stimulasi yang baik akan menumbuhkan otaknya, terutama saat anak berusia balita. Karena balita itu periode emas, masa di mana anak mengembangkan kemampuan berpikir dan imajinasinya,” lanjutnya.

Secara terpisah, Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Satriwan Salim, menjelaskan bahwa banyak faktor yang menyebabkan IQ anak-anak di Indonesia masih rendah atau berada di angka 78.

“Kalau kita lihat ada persoalan yang sudah kompleks dan berlapis-lapis. Misalnya kita berbicara tentang kualitas pembelajaran anak di sekolah. Ternyata dari berbagai riset mengatakan misalnya dari Bank Dunia, anak-anak Indonesia itu mereka bersekolah namun tidak belajar. Artinya apa? Kualitas pembelajaran yang terjadi di kelas-kelas kita, di sekolah dan madrasah kita itu ternyata belum mampu meningkatkan keterampilan dasar numerasi dan literasi anak-anak didik kita,” ujar Satriwan.

Selain itu, ekosistem anak-anak, baik itu ekosistem pembelajarannya di sekolah dan madrasah maupun di lingkungan sosialnya yang belum mendukung tumbuh kembang anak untuk menjadi pribadi yang berkarakter yang akan memiliki kompetensi dan kemampuan dasar di bidang literasi, numerasi, sains serta ekosistem pembelajaran yang belum memberikan ruang kepada anak-anak untuk tumbuh kembang secara aman, nyaman dan berkualitas. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya