Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Studi: Kelelawar Muda Jadi Pusat Evolusi Varian Baru Virus Corona

Thalatie K Yani
23/7/2025 08:46
Studi: Kelelawar Muda Jadi Pusat Evolusi Varian Baru Virus Corona
Ilustrasi(Pinterest)

PENELITIAN terbaru dari University of Sydney mengungkap bagaimana varian baru virus corona muncul di populasi kelelawar. Di mana mereka menyoroti kelelawar muda sebagai pusat infeksi dan koinfeksi yang dapat memicu evolusi virus. Temuan ini memberi gambaran bagaimana varian berbahaya dapat terbentuk, meski virus yang diteliti tidak menular pada manusia.

Riset yang dipublikasikan di Nature Communications menganalisis lebih dari 2.500 sampel kotoran kelelawar selama tiga tahun. Sampel diambil dari kelelawar jenis black flying fox dan grey-headed flying fox di lima lokasi sepanjang pesisir timur Australia.

Hasilnya menunjukkan:

  • Kelelawar muda paling sering terinfeksi, terutama pada periode Maret hingga Juli, saat mereka disapih dan menuju masa dewasa.
  • Banyak kelelawar remaja terinfeksi lebih dari satu jenis virus corona sekaligus, membuka peluang terbentuknya strain baru.
  • Enam jenis virus corona terdeteksi, termasuk tiga jenis baru. Semua merupakan nobecovirus, subkelompok yang tidak bisa menular ke manusia, namun memiliki kaitan evolusi dengan virus SARS-like yang berpotensi menular lintas spesies.

“Kami terkejut dengan tingginya tingkat koinfeksi pada kelelawar muda,” kata Dr Alison Peel dari School of Veterinary Science, peneliti utama studi ini. “Ketika satu sel terinfeksi beberapa virus, ini bisa menjadi langkah awal alami munculnya varian baru.”

Model untuk Prediksi Risiko pada Manusia

Meski virus yang ditemukan tidak menular ke manusia, pola peredarannya memberi model penting untuk memprediksi kemunculan varian berbahaya. Menurut Dr John-Sebastian Eden dari Westmead Institute for Medical Research, genomik digunakan untuk melacak virus pada individu kelelawar, membuka peluang mempelajari evolusi virus corona di habitat aslinya.

“Dengan fokus pada koinfeksi kelelawar muda di periode tertentu, kita bisa lebih baik memprediksi evolusi alami dan kemunculan virus yang berpotensi berisiko sebelum mengancam kesehatan manusia,” ujar Dr Eden.

Mengapa Kelelawar Muda Rentan?

Para peneliti menduga kelelawar muda lebih rentan karena:

  • Sistem imun yang masih berkembang setelah disapih.
  • Stres biologis, seperti saat pertama kali mencari pasangan.
  • Tekanan lingkungan, seperti hilangnya habitat dan kekurangan makanan akibat ekspansi manusia, yang melemahkan kekebalan tubuh.

“Kita tahu dari riset sebelumnya bahwa kehilangan habitat dapat memicu stres pada kelelawar dan membuat mereka lebih rentan terinfeksi. Penting untuk mengetahui apakah hal ini juga berlaku pada virus corona,” tambah Dr Peel.

Penelitian ini dimulai pada 2020, di awal pandemi covid-19, dan melanjutkan studi tentang virus Hendra yang juga berasal dari kelelawar. Menurut Dr Peel, skala penelitian ini jarang terlihat bahkan pada studi virus manusia.

“Pengumpulan sampel dari individu kelelawar dan berbagai lokasi selama bertahun-tahun memberi fondasi kuat untuk riset lanjutan tentang pengaruh stres lingkungan pada kemunculan virus corona,” katanya. (Science Daily/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya