Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
Matcha mengandung sekitar 35 mg kafein per gram, hampir setara dengan espresso. Jika dikonsumsi lebih dari 400 mg kafein per hari, efek yang mungkin terjadi meliputi insomnia, jantung berdebar, sakit kepala, kecemasan, dan sensitivitas saraf.
Batas konsumsi yang direkomendasikan adalah 2–4 gram per hari atau 1–2 cangkir.
Kandungan tanin dan polifenol dalam matcha dapat mengiritasi saluran pencernaan, terutama saat dikonsumsi berlebihan atau saat perut kosong. Efek sampingnya termasuk mual, muntah, diare, dan sindrom iritasi usus besar (IBS).
Tanin dalam matcha menghambat penyerapan zat besi non-heme. Bagi penderita anemia atau kadar zat besi rendah, ini dapat memicu kelelahan, pusing, dan lemas. Hindari mengonsumsi matcha bersamaan dengan makanan kaya zat besi.
Karena dikonsumsi dalam bentuk bubuk utuh, matcha berisiko mengandung timbal, pestisida, atau logam berat dari tanah. Konsumsilah matcha organik dan premium untuk meminimalkan paparan kontaminan.
Konsumsi jangka panjang secara berlebihan dapat memicu hipertensi, gangguan hati, dan reaksi alergi seperti batuk, nyeri ulu hati, serta gangguan pernapasan. Beberapa kasus mengarah pada kondisi darurat medis akibat overdosis kafein dari matcha.
Unggahan media sosial menunjukkan kasus orang yang masuk UGD karena konsumsi matcha berlebihan. Tambahan gula dan pemanis memperburuk efeknya. Konsumsi berlebihan tidak direkomendasikan, terutama bagi penderita hipertensi atau sensitivitas kafein.
Matcha memang bermanfaat, namun harus dikonsumsi dengan bijak. Kenali batas aman dan potensi risiko agar tetap sehat dan mendapatkan manfaat terbaik dari minuman ini. (Z-10)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved