Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pengertian Haji Secara Bahasa dan Istilah

Media Indonesia
25/5/2025 00:32
Pengertian Haji Secara Bahasa dan Istilah
Ilustrasi Gambar Tentang Pengertian Haji Secara Bahasa dan Istilah(Media Indonesia)

Ibadah haji, sebagai rukun Islam kelima, memiliki kedudukan yang sangat istimewa dalam agama Islam. Lebih dari sekadar perjalanan fisik, haji adalah sebuah perjalanan spiritual yang mendalam, sebuah panggilan jiwa bagi setiap Muslim yang mampu. Memahami esensi haji, baik secara bahasa maupun istilah, adalah langkah awal untuk menghayati makna yang terkandung di dalamnya.

Makna Bahasa Haji: Menuju dan Menyengaja

Secara etimologis, kata haji berasal dari bahasa Arab, yaitu al-hajju (الحجّ). Kata ini memiliki dua makna utama, yaitu al-qasdu (القصد) yang berarti menuju atau bermaksud, dan al-ziyaratu (الزيارة) yang berarti mengunjungi. Dari kedua makna ini, dapat disimpulkan bahwa haji secara bahasa adalah tindakan menuju atau mengunjungi suatu tempat yang mulia dengan niat dan tujuan tertentu.

Dalam konteks yang lebih luas, makna bahasa haji mencerminkan adanya sebuah perjalanan yang disengaja, bukan sekadar perjalanan biasa. Perjalanan ini dilakukan dengan penuh kesadaran dan persiapan, baik secara fisik, mental, maupun spiritual. Seorang yang melaksanakan haji tidak hanya sekadar berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga memiliki tujuan yang jelas, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meraih ridha-Nya.

Lebih lanjut, kata haji juga mengandung makna keagungan dan kemuliaan. Tempat yang dituju dalam ibadah haji, yaitu Baitullah (Ka'bah) di Makkah, adalah tempat yang paling mulia di muka bumi. Ibadah haji itu sendiri adalah ibadah yang agung, yang memiliki keutamaan yang sangat besar di sisi Allah SWT. Oleh karena itu, melaksanakan haji adalah sebuah kehormatan dan kesempatan yang luar biasa bagi setiap Muslim.

Definisi Haji Menurut Syariat Islam

Secara terminologis, haji memiliki definisi yang lebih spesifik dan terikat dengan aturan-aturan syariat Islam. Menurut para ulama, haji adalah berkunjung ke Baitullah (Ka'bah) di Makkah untuk melaksanakan serangkaian ibadah tertentu, pada waktu yang telah ditentukan, dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Definisi ini mengandung beberapa unsur penting yang perlu dipahami:

  • Berkunjung ke Baitullah: Haji adalah ibadah yang terpusat di Baitullah (Ka'bah) di Makkah. Ka'bah adalah kiblat umat Islam di seluruh dunia, dan merupakan simbol persatuan dan kesatuan umat Islam.
  • Melaksanakan serangkaian ibadah tertentu: Ibadah haji terdiri dari serangkaian amalan yang telah ditentukan, seperti ihram, thawaf, sa'i, wukuf di Arafah, melempar jumrah, dan tahallul. Setiap amalan memiliki makna dan hikmah tersendiri, dan harus dilaksanakan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
  • Pada waktu yang telah ditentukan: Ibadah haji hanya dapat dilaksanakan pada waktu yang telah ditentukan, yaitu pada bulan Dzulhijjah. Waktu ini merupakan waktu yang istimewa, di mana Allah SWT membuka pintu ampunan dan rahmat-Nya seluas-luasnya.
  • Dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan: Ibadah haji memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh setiap Muslim yang ingin melaksanakannya, seperti Islam, baligh (dewasa), berakal, merdeka (bukan budak), dan mampu (istitha'ah). Syarat-syarat ini bertujuan untuk memastikan bahwa ibadah haji dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan memberikan manfaat yang optimal bagi pelakunya.

Dari definisi ini, dapat dipahami bahwa haji bukan hanya sekadar perjalanan wisata atau kunjungan biasa ke Makkah. Haji adalah ibadah yang terstruktur dan terikat dengan aturan-aturan syariat Islam. Setiap amalan dalam ibadah haji memiliki makna dan tujuan yang mendalam, dan harus dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.

Syarat Wajib Haji: Istitha'ah Sebagai Tolok Ukur Kemampuan

Salah satu syarat wajib haji yang paling penting adalah istitha'ah (الاستطاعة), yang berarti kemampuan. Istitha'ah mencakup berbagai aspek, baik fisik, finansial, maupun keamanan. Seorang Muslim wajib melaksanakan haji jika ia memiliki kemampuan untuk melakukannya, dan tidak ada halangan yang menghalanginya.

Secara rinci, istitha'ah dalam ibadah haji meliputi:

  • Kemampuan fisik: Seorang calon haji harus memiliki kesehatan yang memadai untuk melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji. Ibadah haji membutuhkan stamina dan daya tahan tubuh yang prima, karena melibatkan aktivitas fisik yang cukup berat, seperti berjalan jauh, berdesak-desakan, dan berpanas-panasan.
  • Kemampuan finansial: Seorang calon haji harus memiliki biaya yang cukup untuk menutupi seluruh pengeluaran selama melaksanakan ibadah haji, termasuk biaya transportasi, akomodasi, konsumsi, dan biaya-biaya lainnya. Biaya haji cukup besar, dan seorang Muslim tidak boleh memaksakan diri untuk melaksanakan haji jika ia tidak memiliki kemampuan finansial yang memadai.
  • Keamanan: Seorang calon haji harus merasa aman dalam perjalanan dan selama melaksanakan ibadah haji. Keamanan meliputi keamanan dari gangguan fisik, kejahatan, dan bencana alam. Jika seorang Muslim merasa tidak aman untuk melaksanakan haji, maka ia tidak wajib untuk melaksanakannya.
  • Nafkah keluarga yang ditinggalkan: Seorang calon haji harus memastikan bahwa keluarganya yang ditinggalkan memiliki nafkah yang cukup selama ia melaksanakan ibadah haji. Ia tidak boleh meninggalkan keluarganya dalam keadaan kekurangan atau kesulitan ekonomi.
  • Kendaraan (bagi yang rumahnya jauh dari Makkah): Bagi seorang Muslim yang rumahnya jauh dari Makkah, ia harus memiliki kendaraan atau biaya untuk menyewa kendaraan yang dapat membawanya ke Makkah dan kembali ke rumahnya.

Istitha'ah adalah tolok ukur yang adil dan bijaksana dalam menentukan kewajiban haji. Allah SWT tidak membebani seorang Muslim dengan sesuatu yang di luar kemampuannya. Jika seorang Muslim belum mampu untuk melaksanakan haji, maka ia tidak berdosa jika ia tidak melaksanakannya. Namun, ia tetap dianjurkan untuk berniat dan berusaha untuk dapat melaksanakan haji di masa depan, jika Allah SWT memberikan kemudahan dan kemampuan kepadanya.

Hikmah dan Keutamaan Ibadah Haji

Ibadah haji memiliki banyak hikmah dan keutamaan yang sangat besar bagi pelakunya. Di antara hikmah dan keutamaan tersebut adalah:

  • Menghapus dosa-dosa: Rasulullah SAW bersabda, Barangsiapa yang melaksanakan haji karena Allah, lalu ia tidak berkata kotor dan tidak berbuat maksiat, maka ia kembali (dari haji) seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya. (HR. Bukhari dan Muslim). Haji yang mabrur (diterima oleh Allah SWT) dapat menghapus dosa-dosa kecil yang telah dilakukan oleh seorang Muslim.
  • Mendekatkan diri kepada Allah SWT: Ibadah haji adalah kesempatan yang sangat baik untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selama melaksanakan haji, seorang Muslim akan lebih fokus beribadah, berdoa, dan berdzikir kepada Allah SWT. Ia juga akan merasakan kehadiran Allah SWT di setiap langkahnya.
  • Meningkatkan keimanan dan ketakwaan: Ibadah haji dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan seorang Muslim. Melalui pengalaman spiritual yang mendalam selama melaksanakan haji, seorang Muslim akan semakin yakin akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Ia juga akan semakin takut kepada Allah SWT dan berusaha untuk menjauhi segala larangan-Nya.
  • Mempererat ukhuwah Islamiyah: Ibadah haji adalah ajang pertemuan umat Islam dari seluruh dunia. Selama melaksanakan haji, seorang Muslim akan bertemu dengan saudara-saudaranya seiman dari berbagai negara, suku, dan budaya. Hal ini dapat mempererat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) dan menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan di antara umat Islam.
  • Mendapatkan pahala yang berlipat ganda: Allah SWT menjanjikan pahala yang berlipat ganda bagi orang-orang yang melaksanakan ibadah haji. Setiap amalan yang dilakukan selama haji akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT. Bahkan, Rasulullah SAW bersabda, Haji mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga. (HR. Bukhari dan Muslim).

Selain hikmah dan keutamaan di atas, ibadah haji juga memiliki banyak manfaat lainnya, baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Ibadah haji dapat meningkatkan kesadaran sosial, menumbuhkan rasa empati dan kepedulian terhadap sesama, serta mendorong pembangunan ekonomi dan sosial di negara-negara Islam.

Persiapan Spiritual dan Mental Menuju Tanah Suci

Melaksanakan ibadah haji bukan hanya sekadar persiapan fisik dan finansial, tetapi juga membutuhkan persiapan spiritual dan mental yang matang. Persiapan spiritual dan mental ini sangat penting agar ibadah haji dapat dilaksanakan dengan khusyuk, ikhlas, dan memberikan manfaat yang optimal bagi pelakunya.

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan secara spiritual dan mental sebelum melaksanakan ibadah haji adalah:

  • Memperbaiki niat: Niat adalah kunci utama dalam setiap ibadah. Sebelum melaksanakan haji, seorang Muslim harus memperbaiki niatnya, yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT semata, bukan untuk tujuan-tujuan duniawi lainnya. Niat yang ikhlas akan membuat ibadah haji menjadi lebih bermakna dan diterima oleh Allah SWT.
  • Memperbanyak ilmu tentang haji: Seorang calon haji harus memperbanyak ilmu tentang haji, baik melalui membaca buku, mengikuti kajian, maupun bertanya kepada ulama. Ilmu yang cukup akan membantu seorang calon haji untuk melaksanakan ibadah haji dengan benar dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
  • Memperbanyak istighfar dan taubat: Sebelum melaksanakan haji, seorang Muslim dianjurkan untuk memperbanyak istighfar (memohon ampunan) dan taubat (bertaubat) kepada Allah SWT. Hal ini bertujuan untuk membersihkan diri dari dosa-dosa yang telah dilakukan, sehingga ibadah haji dapat dilaksanakan dengan hati yang bersih dan suci.
  • Mempererat hubungan dengan sesama: Sebelum melaksanakan haji, seorang Muslim dianjurkan untuk mempererat hubungan dengan sesama, baik dengan keluarga, teman, maupun tetangga. Ia juga dianjurkan untuk meminta maaf kepada orang-orang yang pernah ia sakiti atau zalimi. Hal ini bertujuan untuk menciptakan suasana yang harmonis dan damai sebelum berangkat ke tanah suci.
  • Mempersiapkan mental untuk menghadapi berbagai tantangan: Ibadah haji adalah perjalanan yang penuh dengan tantangan, baik fisik, mental, maupun emosional. Seorang calon haji harus mempersiapkan mental untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, seperti cuaca yang panas, kerumunan orang, perbedaan budaya, dan lain-lain. Dengan mental yang kuat, seorang calon haji akan dapat mengatasi berbagai tantangan tersebut dengan sabar dan tawakal.

Dengan persiapan spiritual dan mental yang matang, seorang Muslim akan dapat melaksanakan ibadah haji dengan khusyuk, ikhlas, dan memberikan manfaat yang optimal bagi dirinya dan bagi orang lain. Ibadah haji yang mabrur akan membawa perubahan positif dalam kehidupan seorang Muslim, baik dalam aspek spiritual, moral, maupun sosial.

Sebagai penutup, memahami makna haji secara bahasa dan istilah adalah fondasi penting untuk menghayati esensi ibadah yang agung ini. Dengan pemahaman yang mendalam, diharapkan setiap Muslim yang berkesempatan menunaikan ibadah haji dapat melaksanakannya dengan sebaik-baiknya, meraih haji mabrur, dan kembali ke tanah air dengan membawa perubahan positif bagi diri sendiri dan lingkungannya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny tebe
Berita Lainnya