Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
UNTUK pertama kalinya, musikal Tunggulah Aku di Gunung Parang (TADGP) karya Den Aslam dipentaskan di Galeri Indonesia Kaya. Pertunjukan yang diproduksi oleh Ngajagi Kreasi Nusantara ini mengangkat kisah tragis cinta Nyi Pudak Arum dan Wangsa Suta, yang berlatar runtuhnya Kerajaan Pajajaran pada abad ke-16.
TADGP memadukan musik, tari, dan teater dalam balutan kisah rakyat yang disajikan secara modern dan puitis. Diperankan oleh para aktor muda berbakat, pertunjukan ini semakin hidup berkat sentuhan musik dari Jamil Hasyani dan koreografi oleh Gaya Gita Studio.
Menurut Den Aslam, musikal ini merupakan bagian dari upaya menghidupkan kembali warisan budaya melalui panggung seni yang relevan bagi generasi muda.
“Kisah-kisah lokal bisa menjadi sumber nilai dan identitas bangsa,” ujar Den.
Penampilan TADGP disambut antusias oleh para penonton dari berbagai kalangan—seniman, budayawan, hingga tokoh politik. Mereka disuguhkan musik yang memadukan unsur tradisional dan kontemporer, serta kostum dengan sentuhan etnik-modern yang memukau.
Menariknya, pertunjukan ini juga menghadirkan sosok Nyai Kartini dan putrinya, Arum, dari abad ke-19, sebagai penghubung naratif antara masa klasik dan era kolonial.
“Arum adalah simbol perlawanan nilai-nilai lokal terhadap dominasi Eropa,” jelas Den.
Didukung oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI serta berkolaborasi dengan Teaterindo dan Arsikarta Foundation, produser Rio Kamase berharap TADGP menjadi awal kebangkitan seni pertunjukan dari Sukabumi.
“Kami siap membawa TADGP ke kota-kota lain,” kata Rio. (P-4)
Mengusung tema Hikayat Nusantara, Pagelaran Sabang Merauke tahun ini akan melibatkan lebih dari 1.500 seniman dan pendukung yang menyajikan kisah-kisah rakyat legendaris Indonesia.
Antusiasme publik terhadap pertunjukan musikal Keluarga Cemara pada tahun lalu menjadi alasan kuat di balik keputusan tersebut, dengan lebih dari 30 ribu penonton hadir.
Visinema Studios membagikan kabar adanya rencana adaptasi Jumbo menjadi karya panggung musikal.
Musikal ini adalah penghormatan terhadap karya-karya ikonik Ismail Marzuki, dihidupkan kembali dengan aransemen musik yang berani dan terinspirasi.
Menjadi pengalaman pertamanya dalam dunia musikal, Aulion mengaku memiliki pengalaman yang berkesan dengan para pemeran karena sudah mengikat.
Panggung yang minim properti justru menjadi ruang luas bagi sang aktor tunggal Tika Bravani untuk menyalurkan kekuatan narasinya.
Pertunjukan ini mengangkat dan menampilkan karya-karya dari Diva Indonesia yang terkenal di kalangan masyarakat pada era 1930-an, yaitu Roekiah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved