Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
Dalam kehidupan modern yang serba terhubung ini, menjaga kemurnian niat dalam beramal dan berbuat baik menjadi tantangan tersendiri. Godaan untuk memamerkan kebaikan, atau yang dikenal dengan istilah riya, mengintai di setiap sudut media sosial dan interaksi sehari-hari. Padahal, esensi dari ibadah dan perbuatan baik adalah ketulusan, bukan pengakuan dari orang lain. Artikel ini akan mengupas tuntas tentang riya, bahayanya, serta langkah-langkah praktis untuk menghindarinya agar kita dapat meraih keberkahan dan ridha dari Sang Pencipta.
Riya, secara sederhana, dapat diartikan sebagai melakukan suatu perbuatan baik dengan tujuan untuk mendapatkan pujian, pengakuan, atau sanjungan dari orang lain, bukan karena Allah SWT. Lebih dari sekadar pamer, riya mencakup segala bentuk tindakan yang dilakukan dengan motif tersembunyi, yaitu mencari perhatian dan popularitas. Ini bisa berupa ibadah yang diperlihatkan, sedekah yang diumumkan secara luas, atau bahkan kebaikan-kebaikan kecil yang dibesar-besarkan agar terlihat saleh dan dermawan. Intinya, riya merusak nilai ibadah dan menjauhkan kita dari keikhlasan.
Penting untuk dipahami bahwa riya tidak hanya terbatas pada perbuatan-perbuatan besar. Bahkan, tindakan-tindakan kecil yang tampak sepele pun bisa terjangkit riya jika niatnya tidak lurus. Misalnya, membantu seseorang menyeberang jalan dengan harapan orang tersebut akan menceritakan kebaikan kita kepada orang lain, atau memberikan senyuman kepada seseorang dengan tujuan agar dianggap ramah dan disukai. Semua ini, jika dilakukan dengan niat yang salah, dapat tergolong sebagai riya.
Riya adalah penyakit hati yang sangat halus dan sulit dideteksi. Ia bisa menyusup ke dalam hati kita tanpa kita sadari, menggerogoti keikhlasan dan merusak amalan-amalan kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa introspeksi diri dan memeriksa niat kita dalam setiap perbuatan yang kita lakukan. Apakah kita melakukannya karena Allah SWT, atau karena ingin mendapatkan pujian dari orang lain?
Riya memiliki dampak yang sangat buruk bagi kehidupan kita, baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, riya dapat menyebabkan kita menjadi orang yang munafik, yaitu orang yang berpura-pura baik di depan orang lain, padahal hatinya penuh dengan keburukan. Orang yang riya juga akan merasa tidak tenang dan selalu merasa haus akan pujian dan pengakuan. Ia akan terus-menerus berusaha untuk mencari perhatian orang lain, bahkan dengan cara-cara yang tidak terpuji.
Di akhirat, riya dapat menyebabkan amalan-amalan kita menjadi sia-sia dan tidak diterima oleh Allah SWT. Bahkan, orang yang riya bisa mendapatkan azab yang pedih di neraka. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an dan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 264: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Selain itu, riya juga dapat merusak hubungan kita dengan sesama manusia. Orang yang riya cenderung akan bersikap sombong dan merendahkan orang lain. Ia akan merasa dirinya lebih baik dari orang lain karena amalan-amalan yang ia lakukan. Hal ini tentu saja akan membuat orang lain merasa tidak nyaman dan menjauhi dirinya.
Mengenali ciri-ciri orang yang riya adalah langkah penting untuk melindungi diri kita dari penyakit hati ini. Berikut adalah beberapa ciri-ciri yang perlu kita waspadai:
Jika kita menemukan ciri-ciri ini pada diri kita, maka segeralah bertaubat kepada Allah SWT dan berusaha untuk memperbaiki niat kita. Jangan biarkan riya menggerogoti hati kita dan merusak amalan-amalan kita.
Menghindari riya dan meraih keikhlasan adalah sebuah proses yang membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan kesadaran diri yang tinggi. Berikut adalah beberapa tips ampuh yang dapat kita lakukan untuk menghindari riya dan meraih keikhlasan:
Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Namun, media sosial juga menjadi lahan subur bagi riya. Banyak orang yang menggunakan media sosial untuk memamerkan kebaikan-kebaikannya, dengan harapan agar mendapatkan pujian dan pengakuan dari orang lain. Bagaimana cara mengatasi riya dalam era media sosial ini?
Berikut adalah beberapa tips yang dapat kita lakukan:
Dengan mengikuti tips-tips ini, kita dapat mengatasi riya dalam era media sosial dan menggunakan media sosial untuk hal-hal yang bermanfaat.
Menghindari riya adalah perjuangan seumur hidup. Namun, dengan kesadaran, niat yang tulus, dan usaha yang sungguh-sungguh, kita dapat meraih keikhlasan dan mendapatkan ridha dari Allah SWT. Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat membantu kita semua untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Hindari Riya: Panduan praktis agar ibadahmu murni hanya karena Allah. Pelajari cara ikhlas dalam beramal & jauhkan diri dari sifat pamer. Raih ridha-Nya!
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved