Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Kedutan Wajah Berulang Bisa Jadi Bukan Sekadar karena Kelelahan

Basuki Eka Purnama
24/3/2025 10:45
Kedutan Wajah Berulang Bisa Jadi Bukan Sekadar karena Kelelahan
Ilustrasi(Freepik)

DOKTER spesialis bedah saraf dari Bethsaida Hospital, Wienorman Gunawan, mengemukakan kedutan yang terjadi di wajah secara berulang kali dan tidak terkendali bisa jadi bukan sekadar tanda kelelahan atau stres.

Ia menjelaskan kondisi yang dalam dunia medis disebut hemifacial spasm atau kejang di wajah bisa terjadi karena ada gangguan saraf wajah yang menyebabkan kontraksi otot secara tiba-tiba dan terus-menerus di satu sisi wajah.

"Gangguan ini umumnya disebabkan oleh tekanan pembuluh darah pada saraf wajah," kata Wienorman, dikutip Senin (24/3).

"Seiring bertambahnya usia, pembuluh darah cenderung mengalami perubahan bentuk dan elastisitas, yang pada akhirnya bisa menekan saraf
wajah dan memicu kontraksi otot yang tidak normal," lanjutnya.

Ia mengatakan hemifacial spasm bisa menimbulkan ketidaknyamanan, gangguan psikologis, dan hambatan interaksi sosial pada sebagian orang.

Menurut dia, gangguan ini dapat ditangani dengan pengobatan oral dan jika penerapan metode ini hasilnya tidak optimal, maka microvascular decompression (MVD) dapat dijadikan sebagai opsi.

MVD adalah prosedur yang ditujukan untuk menghilangkan tekanan pembuluh darah pada saraf wajah dengan cara memisahkan saraf dari pembuluh darah yang menekannya. Dalam hal ini, operasi dilakukan untuk mengatasi akar penyebab gangguan.

Metode lain yang dapat diterapkan dalam penanganan hemifacial spasm  adalah injeksi botulinum toxin atau Botox ke area yang mengalami kedutan untuk mengurangi kontraksi otot yang berlebihan. Terapi ini umumnya perlu dilakukan secara berkala sesuai dengan kondisi pasien.

Wienorman menyampaikan bahwa pemilihan metode penanganan harus dilakukan sesuai dengan kondisi pasien.

"Konsultasi dengan dokter spesialis bedah saraf sangat penting agar pasien mendapatkan penanganan yang tepat," katanya. (Ant/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya