Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan saraf yang umum terjadi pada anak-anak. Kondisi ini ditandai dengan kesulitan fokus, hiperaktivitas, dan perilaku impulsif yang dapat memengaruhi prestasi akademik serta interaksi sosial.
Artikel ini akan membahas secara lengkap mengenai ADHD pada anak, mulai dari gejala, penyebab, hingga cara mengatasinya.
Gejala ADHD umumnya muncul sebelum usia 12 tahun dan dapat dikategorikan menjadi tiga jenis utama:
Kesulitan mempertahankan fokus dalam aktivitas sehari-hari.
Sering melakukan kesalahan ceroboh dalam tugas sekolah.
Tidak mendengarkan saat diajak berbicara.
Kesulitan mengikuti instruksi dan menyelesaikan tugas.
Mudah kehilangan barang-barang penting seperti alat tulis atau mainan.
Tidak bisa duduk diam dalam waktu lama.
Berlari atau memanjat dalam situasi yang tidak sesuai.
Sulit bermain dengan tenang.
Berbicara berlebihan tanpa bisa mengendalikan diri.
Menjawab pertanyaan sebelum selesai diajukan.
Sulit menunggu giliran dalam permainan atau percakapan.
Sering mengganggu atau menyela orang lain.
Penyebab pasti ADHD belum diketahui, tetapi beberapa faktor yang diduga berperan dalam kondisi ini meliputi:
Faktor Genetik – ADHD cenderung diturunkan dalam keluarga.
Masalah Saat Kehamilan – Paparan zat beracun seperti timbal atau rokok selama kehamilan dapat meningkatkan risiko ADHD.
Gangguan Perkembangan Otak – Ketidakseimbangan kimia dalam otak dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan perilaku.
Kelahiran Prematur atau Berat Badan Rendah – Anak yang lahir prematur memiliki risiko lebih tinggi mengalami ADHD.
Meskipun ADHD tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, berbagai metode penanganan dapat membantu anak mengelola gejalanya dengan lebih baik.
Terapi ini membantu anak memahami dan mengendalikan perilaku impulsif serta meningkatkan konsentrasi. Orang tua dan guru juga dapat terlibat dalam terapi ini untuk memberikan dukungan lebih baik kepada anak.
Obat seperti stimulan (misalnya methylphenidate) atau non-stimulan dapat digunakan untuk membantu mengurangi gejala ADHD. Namun, penggunaan obat harus selalu dalam pengawasan dokter.
Memberikan waktu tambahan dalam mengerjakan tugas atau ujian.
Menciptakan lingkungan belajar yang tenang dan minim gangguan.
Menggunakan metode pembelajaran yang lebih interaktif dan menyenangkan.
Menjaga rutinitas harian yang konsisten agar anak lebih terorganisir.
Memberikan pujian atau reward atas perilaku positif.
Mengajarkan keterampilan sosial agar anak lebih mudah berinteraksi dengan teman sebaya.
ADHD pada anak adalah kondisi yang perlu mendapatkan perhatian khusus agar tidak menghambat perkembangan mereka. Dengan penanganan yang tepat melalui terapi, obat, serta dukungan dari keluarga dan sekolah, anak dengan ADHD dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan sukses di masa depan. (Z-10)
Sumber:
"Ternyata rute terbesar kedua tubuh kita tercemar BPA itu melalui kontak kulit (melalui) struk ATM, struk belanja, bon pembelian, nota . Itu ada yang pake kertas termal by the way,"
Berkali-kali, sekolah yang kini menjadi rumah kedua bagi 59 siswa
Para ahli mengatakan "kebiasaan tidak sehat" dan "perilaku mengambil risiko" mungkin menjadi salah satu penyebabnya.
Temuan tersebut mengungkapkan bahwa pria dengan ADHD mengalami penurunan harapan hidup 4,5 hingga 9 tahun, sementara wanita mengalami penurunan harapan hidup 6,5 hingga 11 tahun.
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan saraf pada manusia. Seseorang dengan ADHD akan mengalami beberapa masalah perilaku dan sulit konsentrasi.
ANAK dengan kondisi ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) akan memiliki beberapa masalah dalam perilaku sehari-hari yang berisiko membuat mereka jadi korban perundungan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved