Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
PSIKOLOG klinis Teresa Indira Andani membagikan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah perilaku menghilang tiba-tiba tanpa kabar atau ghosting serta kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Psikolog lulusan Universitas Indonesia itu, Selasa (18/2), menjelaskan istilah ghosting digunakan untuk menyebut tindakan seseorang mengakhiri komunikasi secara tiba-tiba tanpa memberikan penjelasan kepada pasangannya.
Dalam kehidupan pernikahan dan rumah tangga, istilah itu juga digunakan untuk merujuk pada orang yang meninggalkan pasangan tanpa alasan yang jelas.
Teresa mengemukakan perilaku ghosting bisa muncul karena kurangnya keterampilan komunikasi yang sehat serta ketidakmampuan individu menghadapi konflik.
Dalam perspektif psikologis, ia mengatakan, individu dengan kecenderungan ghosting biasanya sulit menghadapi konflik atau membangun keintiman emosional sehingga memilih menghindar daripada berkomunikasi.
Munculnya perilaku semacam ini dalam rumah tangga, menurut dia, mencerminkan pola hubungan yang tidak sehat serta kurangnya
komunikasi dan kedewasaan emosional.
"Pasangan tidak terbiasa menyelesaikan masalah dengan sehat cenderung menutup diri (stonewalling) atau menghilang untuk menghindari ketegangan," katanya.
"Beberapa orang merasa tidak siap menghadapi percakapan sulit, terutama dalam keputusan besar seperti perceraian, sehingga memilih memutus komunikasi tanpa penjelasan," tambahnya.
Teresa menyampaikan bahwa kemampuan berkomunikasi secara sehat mencerminkan kematangan emosional seseorang.
Orang yang belum matang secara emosional cenderung menghindari tanggung jawab dalam hubungan, termasuk dalam menyelesaikan konflik dan mengakhiri hubungan.
Teresa mengatakan bahwa tekanan sosial dan budaya juga berpengaruh pada kemampuan individu menyampaikan secara terbuka keinginannya untuk berpisah, membuat individu tertentu memilih untuk menghindari berhadapan langsung dengan pasangan.
Selain bisa menyebabkan ghosting, Teresa menyampaikan, masalah komunikasi dengan pasangan dapat memicu KDRT.
Ketimpangan kekuasaan yang umumnya menguntungkan laki-laki membuat pihak perempuan tidak bisa menyampaikan keinginan secara terbuka. Kondisi yang demikian berpeluang memunculkan kekerasan dalam rumah tangga.
Teresa menekankan pentingnya pasangan membangun komunikasi yang terbuka dan sehat dalam upaya mencegah ghosting maupun KDRT.
"Pasangan perlu membangun komunikasi terbuka, belajar mengelola konflik dengan sehat, dan memiliki kesiapan emosional sebelum menikah," katanya.
Teresa menyampaikan bahwa penerapan prinsip SEHAT, yang mencakup Sadari, Evaluasi, Hadapi masalah, Afirmasi, dan Tetapkan batasan, penting dalam membangun fondasi relasi yang kuat dan seimbang.
Menurut dia, komunikasi yang terbuka dan asertif diperlukan agar pasangan bisa memahami satu sama lain, mengingat setiap individu memiliki kebutuhan emosional seperti keinginan dihargai, didukung, atau diberi ruang berkembang.
Teresa mengatakan bahwa pola komunikasi yang tidak sehat seperti menghindari konflik atau menggunakan kekerasan sebagai bentuk kontrol dapat merusak hubungan dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, menurut dia, mengevaluasi cara pasangan menyelesaikan masalah sejak dini penting untuk memahami pola komunikasi pasangan.
Teresa menyampaikan bahwa pembuatan kesepakatan yang adil, dukungan timbal balik dalam rumah tangga, dan penetapan batasan pribadi yang jelas dapat membantu meminimalkan risiko kekerasan dalam rumah tangga.
"Menerapkan prinsip SEHAT dalam hubungan akan membantu pasangan membangun rumah tangga yang lebih stabil, setara, dan bebas dari pola
hubungan yang merugikan," katanya.
Ia menyampaikan bahwa intervensi psikologis dan hukum yang lebih ketat juga dibutuhkan dalam upaya pencegahan KDRT.
"Serta edukasi tentang hubungan sehat, yang berbasis kesetaraan dan komunikasi, bukan kontrol dan dominasi," pungkasnya. (Ant/Z-1)
POLISI menangkap seorang pemuda di Bekasi Timur, Kota Bekasi, bernama M. Ichsan, 22, yang tega menganiaya ibu kandungnya berinisial MS, 45, lantaran kesal permintaannya tidak dituruti.
Peristiwa terjadi di sebuah rumah kontrakan yang berada di Jalan Rusa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, pada Senin (16/6) malam.
Setelah membunuh istri, pelaku mendatangi rumah tetangganya pada tengah malam dan secara terbuka mengakui perbuatannya.
Seorang perempuan berinisial RK, berusia 25 tahun, diduga menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) hingga tewas. Pelaku diduga adalah suaminya sendiri, JN, berusia 36 tahun.
SEBUAH film bergenre drama religi yang mengangkat isu kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan judul 'Samawa' bakal segera tayang di layar lebar Indonesia
Rasa marah, kecewa atau khawatir merupakan reaksi yang wajar saat mengetahui pasangan terlibat dalam perilaku merugikan seperti judi online.
Ada yang menyebut soal rumor perselingkuhan Young Lex beberapa waktu belakangan yang dikaitkan dengan perpisahan dengan Eriska terjadi.
Jika seseorang menikah tanpa memahami karakter, nilai, serta cara pasangan menghadapi stres dan konflik, risiko ketidakcocokan akan meningkat yang bisa berujung pada ghosting dan KDRT.
Regene Genomics menghadirkan Tes DNA EMO-Q yang bisa mendeteksi hubungan dan emosional pasangan untuk mendapatkan hubungan yang lebih sehat.
Penelitian terbaru mengejutkan dengan menemukan baik pria maupun perempuan lebih tertarik pada pasangan yang lebih muda setelah pertemuan pertama.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved