Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Harapan Baru bagi Penderita Anosmia: Perawatan PRP Mulai Diuji di Inggris

Thalatie K Yani
17/2/2025 12:57
Harapan Baru bagi Penderita Anosmia: Perawatan PRP Mulai Diuji di Inggris
Pasien pertama di Inggris mulai menjalani terapi plasma kaya trombosit (PRP) untuk mengatasi kehilangan indra penciuman akibat Covid-19 atau infeksi virus lainnya.(freepik)

KEHILANGAN indra penciuman menjadi gejala khas covid-19. Tapi pasien biasanya mendapatkan kembali penciuman itu setelah infeksi mereda. Sayangnya ada yang tidak sembuh, seperti Chrissi Kelly. Kondisi itu disebut anosmia

Namun ada harapan baru bagi penderita anosmia serta parosmia, di mana bau biasa berubah menjadi aroma busuk seperti daging membusuk atau limbah. Para peneliti menemukan prosedur sederhana dapat membantu pasien memulihkan indra penciuman mereka.

Bulan ini, pasien pertama di Inggris mulai menjalani perawatan, dan para dokter berharap prosedur ini dapat diterapkan secara luas di sistem layanan kesehatan nasional (NHS).

Terobosan dengan Plasma Kaya Trombosit

Chrissi Kelly menjadi pasien pertama di Inggris yang menerima perawatan ini, yang melibatkan suntikan plasma kaya trombosit (PRP) dari darahnya sendiri. PRP diperoleh dengan menggunakan centrifuge untuk memisahkan trombosit dari sel darah merah dan putih.

“Sungguh luar biasa akhirnya bisa mengatakan ‘ada pengobatan’, karena selama bertahun-tahun itu bukan pilihan,” ujar Kelly. “Dan saya merasa sangat bersemangat menjadi orang pertama yang mendapatkannya.”

Kelly kehilangan penciumannya setelah mengalami sinusitis pada 2012. Ia menggambarkan anosmia sebagai “seperti kehilangan orang tercinta.” Setelah tiga bulan, ia mulai mengalami halusinasi penciuman (phantosmia) sebelum akhirnya mengembangkan parosmia.

Satu-satunya bantuan yang ia temukan saat itu adalah penelitian yang menyarankan latihan penciuman dengan menghirup aroma yang dikenal seperti kopi dan lavender. Karena kurangnya informasi, Kelly mendirikan organisasi amal AbScent untuk mendukung penderita anosmia serta mengembangkan kit pelatihan penciuman.

Pandemi Covid-19 mengubah segalanya. Jutaan orang di seluruh dunia kehilangan indra penciumannya, termasuk komedian Katherine Ryan yang mengatakan bahwa kondisi ini membuatnya merasa “tidak berdaya.” Keanggotaan AbScent melonjak dari 1.500 menjadi 95.000 orang, tetapi pendapatan dari kit pelatihan penciuman menurun karena munculnya pesaing yang lebih murah. Akhirnya, organisasi ini tutup tahun lalu.

Namun, pandemi juga mendorong penelitian baru. Prof. Zara Patel, Direktur Bedah Dasar Tengkorak Endoskopi di Universitas Stanford, meneliti anosmia selama beberapa waktu dan menemukan makalah neurologi yang menunjukkan PRP dapat membantu meregenerasi saraf.

Bagaimana PRP Dapat Mengembalikan Penciuman?

SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, menyerang sel di sekitar saraf penciuman di bagian atas hidung.

“Sistem saraf penciuman ini unik dibandingkan saraf kranial lainnya,” ujar Patel kepada The Observer. “Tidak ada saraf kranial lain yang dapat beregenerasi, tetapi saraf penciuman bisa.”

Jika PRP bisa membantu saraf penciuman beregenerasi, maka ada kemungkinan pengobatan ini dapat mengatasi anosmia. Patel melakukan serangkaian uji coba terkontrol secara acak dan menemukan PRP bekerja lebih baik daripada plasebo setelah tiga bulan, dengan hasil yang lebih signifikan setelah 12 bulan. Dalam satu kasus, seorang pria berusia 73 tahun mendapatkan kembali penciumannya setelah hilang selama 45 tahun.

Dukungan dari Pakar Inggris

Penelitian Patel menarik perhatian Prof. Claire Hopkins, mantan presiden British Rhinological Society dan profesor rhinologi di King’s College London yang berpraktik di Rumah Sakit Guy’s, London. Hopkins merupakan salah satu orang pertama yang menghubungkan Covid dengan anosmia dan telah menyelidiki berbagai pengobatan seperti steroid.

“Saya sebelumnya ragu-ragu karena banyak pasien putus asa dan akan mencoba apa saja,” kata Hopkins, menyebutkan pengobatan rakyat seperti membakar jeruk yang terbukti tidak efektif.

“Tapi bukti ini cukup kuat sehingga saya merasa harus menawarkan ini kepada pasien saya. Prosedurnya relatif minim invasif, dengan risiko kecil, sehingga saya yakin bisa mulai menerapkannya. Saya akan mencoba mengajukan ini ke NHS.”

Karena PRP dibuat menggunakan centrifuge yang sudah ada di rumah sakit dan menggunakan darah pasien sendiri, prosedur ini menghadapi lebih sedikit hambatan regulasi dibandingkan metode medis lainnya. Hopkins dan tim spesialis THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan) sekarang harus mendapatkan persetujuan dari dewan rumah sakit mereka.

Tanda-Tanda Kemajuan?

Kelly masih harus menjalani dua suntikan PRP lagi dalam tiga bulan ke depan untuk menyelesaikan pengobatannya. Ia masih berhati-hati dalam menilai hasilnya.

“Saya mungkin pengamat paling tajam terhadap penciuman saya sendiri,” katanya, merujuk pada bertahun-tahun pelatihan penciuman yang telah ia lakukan. “Saya masih tidak bisa makan bawang. Saya bisa menikmati kopi, tetapi aroma seperti daging panggang masih belum saya nikmati seperti dulu.”

Namun, ada tanda-tanda kecil perubahan. “Ketika saya keluar rumah di pagi hari, saya bisa merasakan sesuatu tentang waktu dalam setahun, semacam umpan balik sensorik,” katanya. “Sulit untuk mengatakan saya mencium sesuatu secara spesifik, tetapi saya selalu menyadarinya.”

“Dan suatu hari, saya keluar rumah dan berpikir, ‘Oh, baunya enak.’ Sebelum saya menoleh, saya berpikir, ‘Ini bau melati musim dingin.’ Dan ternyata benar.”

Penelitian ini menawarkan perspektif baru dalam memahami anosmia dan memberikan harapan bagi jutaan orang yang kehilangan indra penciuman mereka. Jika terbukti berhasil secara luas, pengobatan ini bisa menjadi terobosan besar dalam dunia medis. (The Guardian/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik