Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kasus Demam Berdarah Meningkat Tajam di Musim Hujan

Despian Nurhidayat
15/2/2025 17:30
Kasus Demam Berdarah Meningkat Tajam di Musim Hujan
ilustrasi nyamuk aedes aegypti(MI)

DOKTER Spesialis Penyakit Anak dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi menyoroti potensi kenaikan kasus demam berdarah atau dengue di Indonesia terutama pada musim hujan. Penyakit ini memang ada sepanjang tahun, tetapi jumlah kasusnya meningkat tajam di musim hujan.

“Yang sering tidak disadari, dengue bisa menyerang siapa saja, di mana saja, terlepas dari tempat tinggal, usia, atau gaya hidup. Data menunjukkan 47% kasus dengue terjadi pada anak dan remaja, dengan 12% terjadi pada kelompok usia 1-4 tahun dan 35% pada usia 5-14 tahun. Lebih mengkhawatirkan lagi, kematian tertinggi juga terjadi pada kelompok usia ini yaitu 45% pada anak usia 5-14 tahun dan 21% pada anak usia 1-4 tahun,” kata dokter Tiwi dalam acara Langkah Bersama Cegah DBD di Jakarta, Sabtu (15/2). 

“Dengue pada anak sering kali diawali dengan demam tinggi mendadak, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, munculnya bintik merah di kulit, muntah, serta sakit perut terus-menerus. Jika terlambat ditangani, anak bisa mengalami syok dengue ditandai dengan tangan dan kaki dingin, napas cepat, hingga penurunan kesadaran dan kondisi ini bisa berakibat fatal,” imbuhnya. 

Hingga saat ini, menurutnya, belum ada obat spesifik untuk menyembuhkan dengue. Pengobatan yang diberikan hanya bertujuan untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi lebih parah. Untuk itu, pencegahan menjadi kunci utama, salah satunya melalui vaksinasi. Dokter Tiwi menambahkan, pencegahan dengue melalui vaksinasi tidak termasuk ke dalam cakupan BPJS. Program tersebut menargetkan kelompok usia tertentu, yang biasanya adalah anak-anak. 

“Dengue bukan penyakit ringan, dan kita tidak bisa menunggu hingga terlambat untuk bertindak,” ujarnya.

Sementara itu, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr. Suzy Maria mengemukakan sebanyak 39% kasus dengue terjadi pada kelompok usia 15 tahun, dan 13% terjadi pada kelompok usia di atas 44 tahun. Fatalitas juga bisa terjadi pada orang dewasa.

“Banyak yang mengira dengue hanya berbahaya bagi anak-anak, padahal orang dewasa juga berisiko mengalami infeksi parah, terutama mereka yang memiliki komorbid seperti diabetes, hipertensi, gangguan imun, penyakit jantung, dan penyakit ginjal,” ucapnya.

Pada kelompok dengan komorbid, dengue dapat berkembang lebih cepat menjadi berat dan berisiko menyebabkan kegagalan organ. Selain itu, masih banyak orang salah kaprah soal tidak akan terkena lagi jika sudah pernah terinfeksi dengue. "Padahal seseorang bisa terinfeksi dengue lebih dari satu kali, dan infeksi yang berikutnya berisiko lebih parah,” tutur Suzy. 

Dia menegaskan sistem imun yang sudah pernah terpapar virus dengue dapat bereaksi lebih kuat terhadap infeksi berikutnya, meningkatkan risiko komplikasi serius seperti perdarahan hebat atau syok dengue.

“Oleh karena itu, pendekatan yang terintegrasi sangat diperlukan dalam menangani dengue. Penerapan 3M Plus harus menjadi kebiasaan yang terus dilakukan, bukan hanya saat musim hujan. Masyarakat juga perlu mempertimbangkan langkah pencegahan dari dalam tubuh, seperti vaksinasi yang kini telah direkomendasikan penggunaannya oleh asosiasi medis bagi anak-anak dan orang dewasa,” tukasnya. 

Untuk mendapatkan perlindungan yang optimal, vaksinasi harus dilakukan secara lengkap sesuai dosis yang dianjurkan. Dengue tidak boleh dianggap remeh. Pencegahan harus dilakukan secara konsisten dan menyeluruh, karena kita tidak pernah tahu kapan atau seberapa parah infeksi akan menyerang. Dengan langkah pencegahan yang tepat, risiko dengue berat bisa dikurangi termasuk melindungi diri serta orang di sekitar.(M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya