Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Minimnya Perguruan Tinggi yang Menerima Mahasiswa Disabilitas

Ardi Teristi Hardi
21/1/2025 23:43
Minimnya Perguruan Tinggi yang Menerima Mahasiswa Disabilitas
Ilustrasi(Dok UNU Yogyakarta)

PERGURUAN tinggi di Indonesia masih sedikit yang secara resmi menerima mahasiswa penyandang disabilitas.

Dari riset awal yang dilakukan oleh Center for Gender Equality, Disability, and Social Inclusion (GEDSI) UNU Yogyakarta dan University of the West of England, Bristol, Inggris, hanya 90 universitas atau 1,99% dari 4.523 perguruan tinggi di Indonesia yang secara resmi menerima mahasiswa penyandang disabilitas.

Direktur Center for GEDSI UNU Yogyakarta Wiwin Rohmawati menambahkan, perguruan tinggi yang memiliki pusat layanan disabilitas hanya 0,2% dari jumlah total perguruan tinggi di Indonesia tersebut. Selain itu, hanya ada delapan perguruan tinggi yang menyediakan platform penerimaan khusus bagi mahasiswa difabel.

Riset tersebut merupakan bagian dari program UK-Indonesia Disability Inclusion Partnership Program. Riset tersebut bagian dari komitmen UNU Yogyakarta menjadi kampus inklusif.

"UNU Yogyakarta telah menerima tujuh mahasiswa difabel, yang terdiri dari disabilitas tuli, disabilitas netra, dan disabilitas daksa," terang Wiwin saat diskusi Developing Inclusive Policies and Practises for Greater Accesbility in Higher Education di Kampus Terpadu UNU Yogyakarta, Sleman, DIY, Selasa (21/1).

UNU Yogyakarta telah mewujudkan sebagai kampus inklusif melalui beberapa langkah, seperti jalur khusus difabel dalam penerimaan mahasiswa baru (PMB) dan fasilitasi beasiswa untuk mahasiswa difabel.

"Saat ini juga ada lebih dari 40 mahasiswa sukarelawan yang menjadi pendamping teman-teman disabilitas mereka dalam kegiatan akademik dan non-akademik,” lanjut Wiwin.

Seminar ini nantinya akan berupaya menghasilkan rekomendasi kebijakan dan praktik baik agar penyandang disabilitas dapat mengakses pendidikan tinggi dengan dukungan kebijakan, sistem, sarana dan prasarana, dan proses pembelajaran yang inklusif. Dengan demikian, penyandang disabilitas dapat mencapai potensi penuh dan menyelesaikan studi mereka.

“Kami juga meninjau kebijakan, peraturan, dan praktik mengenai aksesibilitas penyandang disabilitas pada pendidikan tinggi di Indonesia dan di Inggris untuk mengidentifikasi kesenjangan yang ada,” lanjut Wiwin.

Forum ini juga untuk mendiskusikan peta jalan untuk mengurangi gap dan akses pengarusutamaan praktik pendidikan inklusi di Indonesia. Ketua Senat UNU Yogyakarta Ahmad Rafiq menjelaskan, sebagai kampus baru yang berdiri delapan tahun silam, UNU Yogyakarta telah berkomitmen menjadi kampus inklusif.

“Gedung ini dan sarana prasarananya didesain ramah difabel,” kata Rafiq.

Komitmen menjadi kampus inklusif UNU Yogyakarta juga dilakukan melalui kolaborasi UNU Yogyakarta dan University of the West of England serta didukung British Council.

"Ini sesuai dengan visi UNU Yogyakarta untuk menjadi kampus berorientasi masa depan," kata dia.

Artinya, UNU Yogyakarta melompat jauh ke depan dalam memahami tsu-isu yang tak terhindarkan pada masa depan teknologi, termasuk dalam hal inklusivitas. Sebagai pembicara kunci, akademisi dari University of the West of England (UWE) Tariq Umar memaparkan tentang praktik pendidikan inklusif di Inggris. Di megera tersebut terdapat 14% mahasiswa disabilitas. Untuk itu, pendidikan inklusif diterapkan dengan memberikan kesetaraan dalam mengakses sumber daya dan kesempatan terhadap pendidikan.

“Universitas berperan penting dalam mendorong diversitas dan inklusivitas, “ terang dia.

Selain adanya payung hukum, dukungan kampus kepada kalangan disabilitas juga diberikan melalui layanan aksesilitas, seperti adanya pendamping dan ketersediaan ruang fisik dan digital yang ramah difabel, serta adanya dukungan teknologi melalui software khusus dan bahan pembelajaran yang ramah difabel.

“UWE melakukan pendekatan proatif dalam layanan disabilitas dan menginisiasi kurikulum inklusif,” tutup dia. (AT/J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri yuliani
Berita Lainnya