Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Dorong Peningkatan Populasi Ternak, UGM Inovasi Produksi Embrio dari Rumah Potong Hewan

Ardi Teristi
19/11/2024 16:44
Dorong Peningkatan Populasi Ternak, UGM Inovasi Produksi Embrio dari Rumah Potong Hewan
Ilustrasi(MI/ARDI TERISTI)

TEROBOSAN inovasi pemanfaatan Fertilisasi In Vitro (IVF) ternak dari beberapa Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Yogyakarta dilakukan oleh Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak, Fakultas Peternakan (Fapet) UGM. Dengan inovasi ini, populasi ternak bisa dipercepat.

Kepala Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak Fapet UGM, Prof. Ir. Diah Tri Widayati, M.P., Ph.D.,IPM., mengatakan teknologi reproduksi fertilisasi in vitro merupakan inovasi generasi ketiga dalam teknologi reproduksi. Inovasi ini menawarkan solusi strategis untuk mempercepat peningkaan populasi ternak, perbaikan genetik ternak dan mendukung ketahanan pangan nasional.

“Teknologi reproduksi fertilisasi in vitro (IVF) pada ternak kini semakin diandalkan untuk meningkatkan efisiensi produksi embrio berkualitas tinggi,” kata Diah di Fakultas Peternakan UGM, pada Fapet Menyapa, Selasa (19/11).

Teknologi IVF, kata dia, memungkinkan pemanfaatan oosit (sel telur) dari ovarium yang diperoleh di rumah potong hewan. Biasanya, ovarium dianggap sebagai limbah atau hasil samping, tetapi melalui teknologi IVF, oosit ini dapat digunakan untuk memproduksi embrio. 

Fapet UGM, kata Diah, merupakan salah satu pelopor dalam pengembangan teknologi IVF di Indonesia. Melalui kerja sama dengan lembaga penelitian pemerintah seperti Balai Embrio Ternak Cipelang dan pelatihan bagi peneliti, Fapet UGM telah  mengoptimalkan teknik IVF, mulai dengan pengumpulan oosit, pematangan oosit in vitro (IVM), fertilisasi in vitro serta peningkatan media kultur embrio. 

“Riset kami berfokus pada spesies ternak lokal seperti sapi potong, sapi perah, dan kambing serta domba, dengan penggunaan oosit dari ovarium rumah potong hewan untuk meningkatkan efisiensi produksi,” lanjut Diah.

Diah menjelaskan dalam jangka panjang IVF akan berdampak pada ketahanan pangan nasional sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor ternak. Teknologi ini juga telah banyak digunakan di Amerika Utara, Amerika Selatan dan Eropa, serta menjadi tren global dengan penggunaan embrio produksi in vitro (IVP) yang kini melampaui embrio yang diproduksi secara alami (in vivo) melalui multiple ovulation and embryo transfer (moet). 

“Dengan dukungan kebijakan yang tepat, IVF dapat mempercepat perbaikan genetik ternak lokal, memperkuat ketahanan pangan nasional dengan menyediakan pasokan protein hewani yang stabil dan berkualitas tinggi, serta membuka peluang ekspor embrio unggul. Adopsi luas teknologi ini berpotensi menjadikannya salah satu pilar utama dalam memperkuat sektor peternakan dan pangan Indonesia di kancah global,” terang Diah.

Peneliti lain dari Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak Fapet UGM, Prof. Dr. Ir. Sigit Bintara, M.Si., IPU., ASEAN Eng., menambahkan, keunggulan inovasi ini adalah dapat memanfaatkan ovarium yang biasanya tidak dimanfaatkan dari rumah potong hewan (RPH). Teknologi IVF juga mampu untuk meningkatkan produksi dan kualitas ternak, terutama jika dikombinasikan dengan penggunaan sperma dari ternak unggul.

"Tingkat keberhasilan menghasilkan embrio sudah di atas 30 persen," kata dia. Penelitian ini terus diperbaiki agar tingkat keberhasilannya lebih tinggi. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya