Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
ANGKLUNG adalah salah satu alat musik tradisional Indonesia yang terkenal, terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara digoyangkan.
Angklung dikenal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara di dunia karena keunikannya yang memikat hati para pendengar.
Alunan suara angklung yang harmonis mencerminkan budaya Indonesia yang kaya, beragam, dan penuh warna. Suara yang dihasilkan ketika bambu-bambu angklung digoyangkan menciptakan melodi lembut yang membuatnya memiliki daya tarik tersendiri.
Namun, satu pertanyaan menarik yang sering muncul di benak kita, “Siapa sih sebenarnya penemu angklung?” Mungkin jawaban atas pertanyaan ini berkaitan erat dengan sejarah dan perkembangan alat musik tradisional di Indonesia.
Jika anda ingin tahu siapa sosok penemu alat musik indah khas jawa barat ini, mari simak lebih lanjut.
Salah satu tokoh penting dalam pelestarian angklung adalah Daeng Soetigna, seorang pendidik asal Jawa Barat yang pada 1938 mengembangkan angklung diatonis, yaitu angklung yang dapat memainkan nada-nada musik Barat.
Penemuan dan inovasi yang dilakukan Daeng Soetigna ini memberikan angklung dimensi baru dalam dunia musik, sehingga angklung tidak lagi terbatas pada musik tradisional saja, melainkan dapat memainkan lagu-lagu populer dengan skala nada yang lebih lengkap.
Sejarah mencatat bahwa angklung ditemukan dan dikembangkan oleh masyarakat Sunda di Jawa Barat, khususnya dalam budaya agraris masyarakat suku Sunda. Angklung digunakan sebagai alat ritual dalam berbagai acara dan upacara adat.
Angklung sebagai simbol penghormatan kepada Dewi Sri, dewi padi dan kesuburan dalam kepercayaan masyarakat Sunda. Penemuan angklung tidak bisa diatribusikan kepada satu individu tertentu, karena alat musik ini berkembang secara kolektif dalam budaya masyarakat Sunda.
Setelah diperkenalkan oleh Daeng Soetigna, angklung diatonis mendapatkan sambutan yang luas, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di mancanegara.
Kesenian angklung terus berkembang dan mengalami perubahan, baik dari segi teknik permainan maupun bentuk instrumennya.
Inovasi angklung oleh Daeng Soetigna juga memberikan peluang bagi alat musik ini untuk diajarkan di sekolah-sekolah, sehingga lebih banyak orang yang bisa memainkan dan mengenal angklung.
Pada 1966, seorang seniman asal Bandung bernama Udjo Ngalagena mendirikan Saung Angklung Udjo, sebuah tempat pertunjukan dan pusat pelatihan angklung.
Saung Angklung Udjo menjadi pusat penting dalam pelestarian angklung di Indonesia. Di sini, masyarakat lokal maupun wisatawan internasional bisa belajar mengenai angklung, menyaksikan pertunjukan, dan bahkan ikut serta dalam bermain angklung bersama.
Angklung merupakan salah satu warisan budaya yang sangat berharga bagi Indonesia. Saat ini, angklung telah diajarkan di sekolah-sekolah, dipentaskan di berbagai acara internasional, dan terus dilestarikan oleh generasi muda Indonesia.
Menjaga dan melestarikan angklung berarti mempertahankan jati diri dan kebanggaan budaya Indonesia di kancah internasional. Seperti dilansir dari laman Kemendikbud, angklung adalah alat musik yang mengajarkan kita tentang kekayaan budaya Indonesia yang harus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang. (Kemendikbud/Z-1)
Penampilan ini sekaligus menjadi momen yang menguatkan identitas Kuningan sebagai Kabupaten Angklung.
Jelajahi kekayaan tradisi! Temukan pesona keragaman budaya yang memikat dan memperkaya wawasan.
Angklung, alat musik tradisional khas Jawa Barat, menjadi warisan budaya dunia. Terbuat dari bambu dan dimainkan dengan digoyangkan, angklung menghasilkan harmoni nada yang unik.
Hari Angklung Sedunia diperingati setiap 16 November untuk mengenang pengakuan UNESCO terhadap angklung sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan tahun 2010.
Beberapa kota di Indonesia rutin mengadakan festival angklung tahunan, di mana masyarakat dapat berkumpul dan merayakan kekayaan budaya ini.
Terbuat dari bambu, angklung dimainkan dengan menggoyangkannya, sehingga tabung-tabung bambu saling bergetar dan menghasilkan nada yang berbeda.
Minimnya regenerasi membuat para seniman angklung menjadi semakin sedikit dan didominasi oleh kaum tua.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved