Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
WAKIL Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra mengatakan bahwa rentetan peristiwa kejahatan seksual pada anak yang menghiasi media akhir-akhir ini ini semakin memprihatinkan. Padahal kejadiannya terjadi di ruang-ruang yangs eharusnya mudah terawasi seperti sekolah, pesantren, hingga panti asuhan.
“Bau peradaban kolonial pada bangunan pendidikan sekolah, asrama, pesantren dan lembaga serupa telah meninggalkan berbagai persoalan, terutama menguasai peserta didik,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Rabu (9/10).
Lebih lanjut, menurutnya meski kurikulum pendidikan dan visi misi pendidikan tiap transisi kekuasan berubah, namun tak mampu menghentikan kekerasan seksual di dalamnya.
Baca juga : KPAI Desak Realisasi Pelaksanaan Hukuman Kebiri untuk Predator Seksual
“Spirit pendidikan yang berniat mengubah karakter, transfer nilai, merdeka belajar, transparansi, akuntabilitas tidak serta merta dirasakan dampaknya oleh peserta didik,” ujar Jasra.
Menurut Jasra, berbagai peristiwa kekerasan dan kejahatan di dalam mudah terjadi. Seperti yang terjadi pada kekerasan seksual di Jakarta Utara, dukungan bagi pelaku bisa memanggil dan menguasai 15 siswa, yang satu demi satu dicabuli, menyatakan situasi bangunan pendidikan sangat mendukung para pelaku kejahatan dan kekerasan.
“Dengan besarnya angka kejahatan seksual di pendidikan. Sudah saatnya bangunan kolonial, desain sekolah kolonial, yang desain polanya ada di rata-rata semua sekolah Indonesia harus ditata ulang Kemendikbud-Ristek dan Kemenag,” tuturnya.
Baca juga : KPAI Desak Polisi Temukan Peretas Akun Medsos Dalang Kasus Ibu Lecehkan Anak di Tangsel dan Bekasi
"Tinggalkan bangunan kolonial, bangun peradaban di sekolah kita. Sudah terlalu lama terbiarkan bangunan seperti itu. Zamannya peradaban, karakter, tata nilai, transparansi, akuntabilitas, semangat teknologi, harusnya menjadi spirit bangunan sekolah kita. Runtuhkan pendidikan yang masih berbau kolonial,” lanjut Jasra.
Menurutnya generasi Emas akan tercermin bagaimana sekolah memperlakukan generasi emasnya. Karena tak perlu ada yang disembunyikan dari sekolah, pendidikan dan transfer value peradaban.
“Padahal Indonesia menyatakan perang dengan Industri Candu, yang di dalamnya ada paparan pornografi, paparan kekerasan, narkoba, judi online, minuman keras, gim berbau kekerasan. Namun tak senada dengan kenyataannya, satu demi satu korban terus berjatuhan di dalam gedung yang berbau kolonial tersebut,” tegasnya.
“Sehingga ketika kementerian punya program sebagus apapun, tapi kultur kerja dan bangunannya tidak berubah, maka kita tanpa sadar, pendidikan terus melindungi para predator. Sudah bukan saatnya lagi, bangunan kolonial itu melindungi para predator seksual,” pungkas Jasra. (Z-9)
Petugas mendatangi sejumlah tempat kejadian perkara (TKP) merupakan kos-kosan di Kabupaten Jepara yang dipergunakan tersangka S,21, predator seksual sebagai ajang kejahatan seksualnya.
SATUAN unit mobil Laboratorium Forensik (Puslabfor) Bareskrim Polri melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di sebuah kos yang diduga disewa predator seksual di Jepara
ULAH mantan Kapolres Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT), AKBP Fajar Widyadharma Lukman Sumaatmaja (FWLS) sungguh di luar nalar.
Saat ini, sudah lebih dari 120 orang melapor menjadi korban P Diddy.
Tindakan tersebut perlu dilakukan agar menjadi preseden dalam menindak kejahatan serupa ke depannya
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved