Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
DALAM beberapa pekan terakhir ini, berbagai wilayah secara bergantian dilanda gempa bumi. Bencana gempa magnitude 5,0 terjadi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (18/9) silam, berdampak pada rusaknya ribuan rumah dan juga bangunan. Pakar Geologi UGM, Gayatri Indah Marliyani, mengungkap keberadaan sesar aktif sulit dipetakan.
Gempa yang terjadi pada pukul 09.41 tersebut berada pada 24 km Tenggara Kabupaten Bandung dengan kedalaman 10 kilometer. Sehari berselang, Gempa juga terjadi di Morotai, Maluku Utara dengan magnitude 5,6. Disusul, Sabtu (21/9), Kabupaten Gianyar, Bali, juga dilanda gempa dengan kekuatan 4,8 magnitude yang ditengarai dipicu oleh aktivitas sesar daratan di wilayah tersebut.
Berlanjut ke Kalimantan Barat, Minggu (22/9), Kabupaten Sanggau juga tidak luput dari gempa bumi dengan kekuatan 4,4 magnitude. Seolah tidak cukup sampai di situ, Selasa (24/9), gempa bumi dengan magnitude 6,4 mengguncang Gorontalo selama beberapa detik, dengan titik gempa berada pada 74 km barat daya Gorontalo.
Baca juga : Pakar UGM Benarkan Adanya Ancaman Gempa Megathrust dan Tsunami
Terhadap gempa-gempa ini, Badan Geologi Kementerian ESDM telah menyatakan bahwa gempa yang terjadi di Kabupaten Bandung akibat dari patahan atau sesar Kertasari bukan karena aktivitas Sesar Garsela seperti yang diprediksi sebelumnya. Sesar Kertasari ini merupakan sesar baru yang berjarak 6,61 km ke arah Barat dan sejajar dengan arah umum sesar Garsela.
Sama halnya dengan gempa yang terjadi di segmen megathrust yang dapat menimbulkan dampak seismik serta tsunami, gempa sesar daratan dengan jarak lebih dekat ke permukaan juga dapat memberikan dampak kerusakan yang signifikan.
Susar Sulit Dipetakan
Baca juga : Rentetan Gempa Jabar dan Sesar Aktif yang Belum Terpetakan
Dari hal itu pakar Geologi UGM, Gayatri Indah Marliyani, mengungkap keberadaan sesar aktif sulit dipetakan karena kondisi wilayah Indonesia memiliki curah hujan yang tinggi sehingga tingkat erosi dan pelapukan batuan juga tinggi. Hal ini menyebabkan bukti-bukti keberadaan sesar aktif di permukaan menjadi sulit ditemui.
Ia menjelaskan kejadian gempa dengan magnitudo besar maupun kecil bisa menjadi petunjuk keberadaan sesar aktif dan bisa dijadikan fokus penelitian dan pemetaan yang lebih terperinci. Penelitian mengenai identifikasi sesar aktif harus terus dilakukan dan didukung oleh semua pihak.
“Untuk sesar yang sudah teridentifikasi, potensi dampak yang timbul harus dipetakan dengan baik sehingga area terdampak bisa mempersiapkan diri. Masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi sesar aktif juga harus meningkatkan kewaspadaan,” tuturnya saat dihubungi via daring, Selasa (24/9).
Baca juga : Pergerakan Lempeng Indo-Australia jadi Penyebab Rentetan Gempa di Awal 2023
Gayatri berujar, kejadian gempa yang terjadi sepanjang bulan September di Indonesia berasal dari sistem sesar dan mekanisme yang berbeda, atau dengan kata lain gempa-gempa tersebut tidak saling terkait. Perlu disadari bahwa Indonesia berada pada wilayah tektonik yang aktif dan berada pada pertemuan banyak lempeng bumi sehingga kejadian gempa di hampir seluruh wilayah Indonesia umum dijumpai. “Sumber gempa ada yg berada di zona subduksi di laut, dan ada yang berasal dari sesar aktif di darat. Kejadian gempa di kedua zona ini tidak saling mempengaruhi,” jelas Gayatri.
Meskipun dihimpit oleh banyak sesar aktif daratan dan zona megathrust, Gayatri menghimbau masyarakat untuk tidak panik dan menekankan pada pentingnya edukasi dalam beradaptasi dan memitigasi dampak dari bencana gempa. Langkah awal yang bisa dilakukan adalah selalu waspada di manapun berada dengan mengetahui ancaman gempa yang mungkin terjadi.
Kemudian, Gayatri meminta agar masyarakat melakukan perencanaan di berbagai level hingga ke lingkungan keluarga.
“Melakukan persiapan pribadi tentunya, jadi kita sudah paham, kalau terjadi gempa apa yang harus kita lakukan. Minimal kita sudah siap tas siaga bencana,” ujarnya. (Z-9)
Gempa ini terjadi akibat aktivitas deformasi batuan di dalam lempeng Indo-Australia yang tersubduksi ke bawah lempeng Eurasia.
Gunung Krasheninnikov di Kamchatka, Rusia, meletus untuk pertama kalinya sejak 1550, hanya beberapa hari setelah gempa bumi magnitudo 8,8.
BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat di wilayah pesisir untuk tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi gempa dan tsunami yang dapat terjadi kapan saja.
Gempa bumi di Kendal tersebut merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif, sehingga guncangan dirasakan di daerah Kendal.
Google berhasil mengubah lebih dari 2 miliar ponsel pintar Android menjadi jaringan peringatan dini gempa bumi yang efektif.
Pemerintah Jepang hingga saat ini masih belum mengakhiri peringatan tsunami imbas gempa Rusia dengan magnitudo 8,8 yang terjadi pada Rabu, 30 Juli 2025.
PT Perusahaan Gas Negara (PGN) berkomitmen mendorong pariwisata lokal demi menopang perekonomian daerah bahkan nasional.
DOSEN Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Yance Arizona menjelaskan ada beberapa negara yang sudah menerapkan regulasi tentang masyarakat adat seperti di Filipina hingga Australia.
Kisah Reni, Mitra ShopeeFood dari Yogyakarta, yang temukan keseimbangan antara peran ibu dan penghasilan demi wujudkan mimpi anak-anaknya.
Rektor UGM, menegaskan PIONIR bukan sekadar kegiatan seremonial tetapi ruang awal untuk membentuk karakter mahasiswa yang adaptif, kolaboratif, dan solutif.
Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan isi hatinya soal tuduhan ijazah palsu dalam acara reuni ke-45 Angkatan 80 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Potasium bisa dijadikan indikator baru dalam pemantauan aktivitas vulkanik, terutama untuk menilai potensi terjadinya letusan besar yang memicu pembentukan kaldera.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved