Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kepala BKKBN Sebut Hubungan Toksik Salah Satu Pemicu Perceraian

Indriyani Astuti
09/8/2024 13:11
Kepala BKKBN Sebut Hubungan Toksik Salah Satu Pemicu Perceraian
Ilustrasi perceraian.(freepik)

KEPALA  Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyatakan hubungan toksik menjadi salah satu penyebab perceraian.

"Hati-hati apabila dalam keluarga terdapat anggota toksik atau megalonia yang merasa dirinya paling hebat. Megalonia termasuk gangguan mental emosional, keluarga menjadi enggak tenteram, masyarakat tidak mudah maju. Hubungan suami istri juga toksik dan akhirnya perceraian meningkat," kata Hasto Wardoyo dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat.

Ia menyampaikan hal tersebut saat menghadiri peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 Tahun 2024 di Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh, pada 7 Agustus 2024. 

Sejak tahun 2015 hingga saat ini, lanjutnya, perceraian terus meningkat pesat akibat semakin banyak orang-orang toksik. "Di dalam keluarga ada yang toksik, ketemu sama temannya yang toksik menjadi super toksik. Orang toksik ketemu yang waras, yang waras jadi toksik," ujar dia.


Ia juga mengapresiasi Aceh yang menjadi provinsi dengan Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) paling tinggi di antara provinsi lain di Indonesia dengan nilai 65,40.

"Setelah saya breakdown (rinci) dengan nilai ini saya lihat nilai tenteramnya 67, ternyata perkawinan dan perceraiannya bagus di Aceh, tidak banyak gonjang ganjing," ucapnya.

Berdasarkan data yang direkam dalam Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM), ia menyebutkan prevalensi stunting di Provinsi Aceh ada di bawah 20%.

"Saya titip agar stunting lebih diperhatikan, selain itu juga gangguan mental karena rata-rata anak-anak muda atau remaja yang mengalami gangguan mental sekitar 98,4 persen. Kalau ada 10 orang, kira-kira sembilan yang agak enggak jelas," paparnya.


Ia juga menyebutkan berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, usia remaja yang melakukan hubungan seksual pertama kali (15-19 tahun) sebesar 59% pada perempuan dan laki-laki sebesar 74%. Sedangkan perempuan usia 20-24 tahun 22% dan laki-laki 12%. (Ant/H-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya