Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KEMATIAN pertama akibat virus Oropouche, penyakit kurang dikenal yang disebarkan melalui gigitan nyamuk dan agas yang terinfeksi ini, telah dicatat di Brasil.
Kementerian Kesehatan Brasil pada Kamis (25/7), menyatakan kasus kematian terjadi pada dua perempuan berusia di bawah 30 tahun dari negara bagian Bahia di timur laut Brasil. Dua perempuan ini menjadi orang pertama yang diketahui meninggal dunia karena virus tersebut.
Keduanya diketahui menunjukkan gejala yang mirip dengan demam berdarah, yaitu virus lain yang ditularkan melalui nyamuk, yang sering disalahartikan dengan Oropouche.
Baca juga : Korban Tewas Banjir Brasil Capai 55 Orang
Pihak berwenang saat ini pun sedang menyelidiki kematian lain yang diduga disebabkan oleh virus Oropouche di negara bagian selatan Santa Catarina, serta enam kasus kemungkinan penularan dari ibu ke anak yang menewaskan dua kematian janin.
Di samping itu, demam Oropouche pertama kali ditemukan di Brasil pada seekor kukang di tahun 1960an. Sejak itu, kasus-kasus lain telah tercatat, terutama di wilayah Amazon dan negara-negara Amerika Latin lainnya.
Pada tahun 2024, pemerintah Brasil juga mencatat terdapat 7.236 kasus infeksi virus Oropouche. Kasus tersebut mayoritas dilaporkan di negara bagian Amazonas dan Rondonia.
Baca juga : Satu Pasien DBD di Batam Meninggal Dunia
Virus Oropouche merupakan penyakit yang disebabkan oleh vektor yang ditularkan melalui gigitan serangga yang disebut nyamuk (Culicoides paraensis). Penyakit ini juga bisa disebarkan oleh nyamuk Culex quinquefasciatus.
Virus ini pertama kali terdeteksi di Trinidad dan Tobago pada tahun 1955. Virus ini telah dilaporkan terjadi di beberapa wilayah Amerika Selatan, Amerika Tengah, dan Karibia.
Dikutip dari Organisasi Kesehatan Pan Amerika (PAHO), mengatakan bahwa lebih dari 7.700 kasus virus Oropouche telah terdeteksi sejauh ini di tahun 2024 di lima negara, yaitu Brasil, Bolivia, Peru, Kuba, dan Kolombia.
Baca juga : Jumlah Kasus DBD di Cirebon Meningkat Capai 191 Kasus
Sementara menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, virus ini menyebabkan gejala yang mirip dengan demam berdarah, seperti demam, nyeri otot, sendi kaku, sakit kepala, muntah, mual, menggigil atau sensitif terhadap cahaya.
Bahkan kasus yang parah dapat mengakibatkan komplikasi yang mengancam jiwa seperti meningitis aseptik.
Saat ini, belum ada pengobatan khusus atau vaksin untuk virus Oropouche.
Baca juga : 9 Anak Meninggal Dunia akibat DBD di NTT
Perlindungan terbaik adalah menghindari gigitan nyamuk dan pengusir hama saat berada di area yang terkena dampak, termasuk menutupi kaki dan lengan, menggunakan obat nyamuk yang kuat dan kelambu bermata halus, karena pengusir hama dapat melewati kelambu tradisional.
Evaluasi oleh ahli kesehatan juga merupakan kunci untuk mengelola gejala dan perkembangan penyakit secara efektif.
Virus Oropouche sendiru memiliki gejala klinis serupa pada orang yang terinfeksi demam berdarah dengue dan arbovirus lainnya.
Oleh karena itu, penting bagi profesional kesehatan untuk mempertimbangkan diagnosis banding dan merawat pasien dengan baik. (Z-10)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali mengeluarkan epidemiological alert atau kewaspadaan epidemiologik akibat virus oropouche (OROV).
Pemerintah Brasil baru-baru ini mengumumkan kematian dua wanita di bawah usia 30 tahun akibat virus Oropouche.
Ancaman tersebut mulanya ada di wilayah tropis dan subtropis di Amerika. Bahkan pada tahun 2005 lebih dari 500 orang di wilayah tersebut terkena virus oropouche.
Lebih dari 8.000 kasus virus Oropouche telah tercatat pada tahun ini hingga 1 Agustus, terrmasuk puluhan kasus terkait perjalanan, yang telah dilaporkan di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
saat ini dunia sedang memberikan perhatian serius pada virus Lujo (LUJV) dan virus Oropouche (OROV). Untuk itu, pemerintah dan masyarakat perlu mewaspadai hal ini.
Muhadjir Effendy mengungkapan dua orang meninggal dunia, satu dalam proses evakuasi dan 22 korban luka akibat tabrakan kereta api KA Turangga-commuter line Baraya.
Jumlah korban jiwa kecelakaan KA Turangga (KA Plb 65A) dengan KA Commuterline Bandung Raya (KA 350) yang terkonfirmasi hingga Jumat, (5/1) pukul 15.00 Wib adalah sebanyak 4 orang.
Petugas yang meninggal dunia berasal dari Garut 2 orang, Sukabumi 1 orang, Tasikmalaya 1 orang dan satu orang PPS. Kemudian dua orang KPPS di Kabupaten Bogor.
Petugas tersebut sempat mendapat perawatan setelah kelelahan usai melaksanakan tugas.
SAMPAI Jumat (23/2), sebanyak 514 petugas pengawas pemilu di Jawa Barat mengalami gangguan kesehatan saat bertugas. Dari jumlah itu, 16 di antaranya meninggal dunia.
Mantan Gubernur Jawa Barat Solihin Gautama Purwanegara meninggal dunia saat menjalani perawatan di RS Advent, Bandung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved