Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
SASTRAWAN, akademisi, dan kritikus Seno Gumira Ajidarma yang dikenal dengan karya-karya cerita pendeknya dan mampu menghipnotis banyak orang itu mengaku senang membaca sejak kecil. Kebiasaan itu tumbuh karena sang Ibu sudah memperkenalkannya pada buku dan aktivitas membaca.
“Membaca itu kemampuan dasar, dan sejak mampu membaca itu saya sering kali mempertanyakan banyak hal, termasuk tentang penyeragaman pemikiran yang sangat saya tolak,” jelasnya saat ditemui Media Indonesia di Jakarta pada Jum’at (27/10).
Saat masih berada di bangku sekolah dasar pada tahun 1974, Seno mengaku kerap kali protes kepada sang guru terkait pelajaran yang hanya bersifat formalitas dengan menghafal. Sebab bagi Seno, tak bisa memajukan pola pikir jika hanya lewat menghafal.
Baca juga: Jon Fosse, Sastrawan Berani Asal Swedia
“Sejak sekolah dasar saya protes kenapa harus belajar misalnya P4, tapi hanya untuk menghafal ya buat apa. Bukan itu yang seharusnya diajarkan di sekolah tapi bagaimana seharusnya kita memahami dan membaca,” jelasnya.
Menurut Seno, adanya intervensi dari pemerintah terhadap kebijakan sistem pendidikan nasional, hanya akan membatasi kebebasan dan mematikan kreativitas pelajar. Ia menyebut bahwa dalam sistem pendidikan saat ini berlaku suatu hegemoni terhadap kebijakan yang akan mematikan kebebasan pendidikan.
Baca juga: Sastrawan Nilai Parpol Bertanggung Jawab Tingkatkan Literasi Masyarakat
“Sistem pendidikan nasional secara umum, kapasitasnya cukup terbatas untuk menangkap kreatifitasnya, dengan adanya pelajaran-pelajaran menghafal seperti itu justru seolah-olah negara mau menyeragamkan dan mengintervensi pikiran kita,” tambah Seno.
Bagi Seno, saat ini salah satu kemampuan yang harus diasah oleh generasi muda adalah literasi membaca dan menulis. Khusus untuk membaca, Seno mengatakan hal itu harus dibangun menjadi sebuah kebiasaan dan kebutuhan.
“Orang yang senang membaca itu pasti hidupnya akan lebih berisi, walaupun misalnya keadaannya miskin atau kekurangan secara material, tapi ketika dia membaca pasti hidupnya tidak akan merasa sedih karena pikirannya penuh dan akan terus merasa bahagia karena dia mengetahui banyak hal,” jelasnya.
Pria kelahiran Boston, 19 Juni 1958 itu juga memberi beberapa langkah dan cara dasar bagi anak muda yang ingin mendalami sastra.
“Banyak baca buku apa saja harus dibaca, pertama coba kamu pilih bacaan yang kamu kuasai, atau kalau tidak ada yang kamu kuasai maka cari apa yang membuat kamu tertarik lalu kalau tidak ada juga maka cari bacaaan yang kamu sukai,” jelasnya. (Z-10)
KEMENTERIAN Kebudayaan menggelar Peringatan Hari Sastra Indonesia dan Peluncuran Buku 90 Tahun Taufiq Ismail di Kantor Kementerian Kebudayaan, Jakarta, Rabu (25/6).
Sapardi Djoko Damono, merupakan sastrawan besar Indonesia yang puisi-puisinya telah melintasi generasi dan diterjemahkan ke berbagai bahasa.
PBSIĀ Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kembali menghadirkan Pekan Apresiasi Sastra dan Drama (Pestarama).
Kenali sastrawan, tokoh penting pengukir sejarah sastra. Temukan karya monumental dan pengaruhnya dalam membentuk peradaban.
Jelajahi dunia sastra Indonesia! Temukan kisah inspiratif para sastrawan, pahlawan kata yang abadi dalam setiap karya.
Jelajahi dunia sastra Indonesia! Temukan kisah inspiratif para sastrawan, pahlawan kata yang abadi dalam setiap karya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved