Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Menepis Stigma, Jurusan Bahasa dan Sastra Terus Berkembang

Devi Harahap
26/10/2023 19:48
Menepis Stigma, Jurusan Bahasa dan Sastra Terus Berkembang
Festival Bahasa dan Sastra yang digelar Media Indonesia(MI/Adam Dwi)

JURUSAN Ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia sering kali dianggap sebelah mata dan dianak tirikan oleh sebagian orang. Hal itu kemudian menumbuhkan stigma negatif dan menjadikan bahasa Indonesia terpinggirkan.

Ada yang berkata bahwa bahasa dan sastra Indonesia tak sekedar dari prodi “buangan” sehingga menjadikannya sebagai pilihan terakhir saat tidak diterima pada Prodi yang diinginkan. Akan tetapi, stigma itu perlahan mulai terpatahkan oleh tingginya minat mahasiswa baru yang mendaftar jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Ketua Program Studi Indonesia dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, M. Umar Muslim mengungkapkan minat siswa yang mendaftar jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia cukup tinggi.

Baca juga : 5 Contoh Puisi tentang Lingkungan, Langkah-langkah Menulis Puisi yang Baik 

“Kalau di Universitas Indonesia, jurusan bahasa dan sastra yang tercakup dalam tiga bidang yaitu sastra indonesia, sastra lama dan linguistik, peminatnya cukup tinggi. Angka pendaftar bisa satu berbanding 25, artinya satu kursi diperebutkan oleh 25 pendaftar,” kata Umar dalam talkshow “Masihkan Jurusan Sastra Indonesia Diminati?” Festival Bahasa dan Sastra yang diselenggarakan Media Indonesia di Jakarta, Kamis (26/10).

Umar mengatakan, stigma pada jurusan tersebut memang menjadi pekerjaan rumah bagi para perguruan tinggi, khususnya para pendidik dan ekosistemnya untuk kembali memperkenalkan potensi jurusan sastra dan bahasa Indonesia kepada publik luas. Misalnya mengenai peluang kerja, prestasi hingga manfaat yang didapat dari proses belajar.

“Jika bicara stigma memang agak sulit, tapi saat ini sudah banyak Universitas di luar negeri yang membuka prodi bahasa Indonesia bisa menjadi peluang bahwa para pengajar bisa ke luar negeri. Lapangan kerja juga terbuka luas dan tidak akan ada habisnya karena bahasa indonesia itu terus digunakan,” jelasnya.

Baca juga : Forum Widyabasa Indonesia Dukung Iklim Kebahasaan yang Baik

Umar mengungkapkan, lulusan Bahasa tak hanya berkutat pada bidang kepenulisan dan menjadi sastrawan. Perkembangan industri dan digitalisasi juga turut membawa lulusannya mampu merambah pada bidang teknologi.

“Lulusan kami juga bisa bekerja pada ranah teknologi sebagai penerjemah bahasa untuk komputer, gim dan lain sebagainya. Potensi ini luas sekali untuk lulusan bahasa sastra karena saat ini semua serba digital, apalagi semua data sebelum dimasukan ke dalam komputer pasti harus melewati tahap penerjemahan bahasa Indonesia,” jelasnya.

Senada, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta Siti Ansoriyah percaya jurusan bahasa dan sastra Indonesia akan terus eksis selama Indonesia berdiri sebagai sebuah bangsa.

Baca juga : Humaniora Digital, Pendekatan Baru dalam Kajian Sastra di Era Digital

“Selama Indonesia masih berdiri, maka selama itu jurusan indonesia akan terus tumbuh. Adanya sumpah pemuda dan Undang-Undang Bahasa juga mengukuhkan berapa pentingnya eksistensi bahasa indonesia,” ungkapnya.

Hingga saat ini, Siti mengungkapkan bahasa Indonesia telah dipelajari dan menjadi program studi perguruan tinggi di 47 negara. Hal ini menjadi peluang untuk terus menggunakan bahasa Indonesia sebagai sebuah bahasa kebanggaan dan menuju bahasa Internasional.

“Di prodi kami, saat ini ada pertukaran mahasiswa dan praktek ke berbagai negara seperti Arab Saudi dalam hal ini Riyadh dan Mekkah, bahkan juga sampai ke Jerman dan Australia,” jelasnya.

Baca juga : Badan Bahasa Salurkan Bantuan Dana kepada Komunitas Sastra di Kerinci

Membentuk pola pikir kritis

Di beberapa perguruan tinggi, mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia akan difokuskan pada tiga aspek bidang yaitu sastra, linguistik, dan filologi. Untuk bidang sastra akan mengkaji secara detail mengenai genre karya sastra seperti cerpen, prosa, novel, puisi, ataupun teks drama.

Sementara pada bidang linguistik akan mempelajari seluk-beluk bahasa dari berbagai pendekatan. Selanjutnya, di bidang terakhir yaitu filologi akan mengkaji ilmu tentang sejarah, budaya, dan kehidupan suatu bangsa yang terdapat dalam naskah lampau.

Baca juga : Amnesia Budaya

Melalui dasar ilmu itu, mahasiswa tentunya akan dibekali dengan kemampuan menulis. Menurut Dosen PBSI Universitas Muhammadiyah Jakarta Khaerunnisa, menulis merupakan dasar paling penting yang akan dipelajari oleh seorang mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia.

“Sebagai seorang maahsiswa yang perlu dikembangkn adalah cara berpikir kreatif dengan cara mengajarkan keterampilan menulis, karena menulis sangat erat kaitannya dengan cara berpikir, prosesnya panjang sehingga mengajarkan kita berpikir,” jelasnya.

Diskusi yang dipantu oleh Editor Media Indonesia, Indrastuti itu juga mengemukakan wacana internasionalisasi Bahasa Indonesia. Sebagai sebuah bangsa, tentunya tersirat cita-cita untuk membuat bahasa Ibu menjadi bahasa internasional, begitu yang terus dicanangkan oleh Badan Bahasa Indonesia.

Baca juga : Kemendikbud Ristek Salurkan Pendanaan untuk Komunitas Sastra

“Wacana internasionalisasi bahasa Indonesia adalah tujuan yang baik. Tetapi kita harus berusaha untuk memajukan bangsa ini, karena bagaimanapun bahasa yang menjadi bahasa internasional itu, pasti ada kekuatan politik dan ekonomi yang mempengaruhinya,” tandasnya.

Mahasiswa jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta, Fauzan (22) yang menjadi penampil pada sesi pembacaan puisi di panggung Festival Bahasa dan Sastra Indonesia ini mengungkapkan, sudah seharusnya media membuka ruang dan kesempatan bagi para mahasiswa untuk menunjukkan minat dan bakatnya dalam memajukan bahasa Indonesia.

“Festival-festival seperti ini harus terus digalakkan, kita harus saling bekerja sama untuk memajukan bahasa Indonesia. Saya berharap festival yang diselenggarakan Media Indonesia ini bisa mendatangi kampus-kampus, supaya bisa menggali potensi mahasiswa dalam berbahasa dan bersastra,” jelasnya. (Z-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya