Headline
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
DOKTER mata subspesialis strabismus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Gusti G Suardana menyatakan mata juling (strabismus) merupakan sebuah kelainan pada mata yang bisa disembuhkan dengan metode pengobatan seperti pemakaian kacamata dan operasi.
"Bila kacamata tidak dapat menghilangkan juling sepenuhnya, maka operasi juling perlu dilakukan untuk menghilangkan juling yang belum terkoreksi," kata Gusti, dikutip Selasa (17/10).
Gusti menekankan meski kedua metode tersebut dapat dilakukan, proses tindakan tidak bisa langsung diputuskan karena pasien harus melakukan skrining mata terlebih dahulu.
Baca juga: Hari Penglihatan Sedunia: Tema, Sejarah, dan Tips Merawat Mata
Sebab, penggunaan kacamata hanya dapat diberikan jika juling pada mata disebabkan karena adanya kelainan refraksi (hiperopia atau miopia) yang tidak dikoreksi.
Kacamata dapat mengurangi juling atau menghilangkan kebutuhan akan operasi juling. Setelah pemakaian, setiap pasien harus diperiksa kembali keadaan mata dan kelainan refraksinya. Kacamata juga harus selalu dipakai dalam segala aktivitas untuk membantu meluruskan matanya.
Terkait dengan operasi, Gusti menjelaskan operasi juling sebaiknya dilakukan bila penglihatan pada kedua bola mata telah seimbang, sehingga penglihatan binokular dapat berkembang.
Baca juga: Kemenkes Imbau Masyarakat Lebih Peduli pada Kesehatan Mata
Sebaliknya, jika juling hilang timbul, operasi juling tidak harus dilakukan segera karena anak masih memiliki penglihatan binokular pada sebagian waktu.
"Pada orang dewasa, bila juling telah terjadi sedemikian lama atau sejak kecil dan tidak mungkin mendapatkan penglihatan binokular, maka operasi dilakukan untuk tujuan memperbaiki penampilan atau kosmetik," ujar dokter yang praktik di JEC Eye Hospital ini.
Walaupun demikian, Gusti tidak dapat menjamin pasien dapat pulih 100% dari juling pascaoperasi dijalankan. Hal itu disebabkan karena penyembuhan tergantung dari kondisi masing-masing pasien.
Ia juga meminta supaya masyarakat tidak termakan oleh pengetahuan palsu yang mengatakan mata juling tidak dapat disembuhkan, sehingga membentuk stigma bahwa 'kelompok juling' adalah orang-orang yang berbeda dan menyebabkan penderitanya mengalami penurunan kepercayaan diri hingga tekanan psikologis.
"Mohon dipahami bahwa mata juling terjadi akibat posisi kedua bola mata tidak sinkron dan terlihat menyimpang dari posisi yang seharusnya. Kondisi itu dapat terjadi pada berbagai macam usia, jenis kelamin, secara mendadak atau sejak lama, dengan berbagai potensi penyebabnya," katanya.
Dalam sebuah studi global pada 2021, diketahui prevalensi mata juling di seluruh dunia diperkirakan mencapai 1,93% atau lebih dari 148 juta individu.
Gejala mata juling berupa mata tidak sejajar ke arah yang sama, gerakan mata tidak terkoordinasi, kehilangan penglihatan atau persepsi kedalaman dan memiringkan kepala selama berbagai kegiatan.
Akibatnya, penderita mata juling berpotensi terkena gangguan penglihatan lainnya seperti mata malas (ambliopia).
Gusti menambahkan pergerakan mata untuk fokus membutuhkan koordinasi yang diatur oleh 12 otot mata. Jika terkena juling, salah satu mata seseorang akan mengarah ke arah yang berlainan dengan mata yang lain.
"Garis penglihatan tidak pararel sehingga kedua bola mata tidak bisa berfokus pada objek yang sama," pungkasnya. (Ant/Z-1)
Masalah mata kering jika memang ada penyebabnya berkaitan dengan penyakit sistemik kesehatan tidak diobati dengan baik bisa berkomplikasi terhadap bagian-bagian tubuh yang lainnya.
Mata kering bukan berarti matanya tidak punya air mata sama sekali, bisa saja volumenya cukup, tetapi memang kualitasnya atau komponen yang ada di dalam lapisan itu yang berubah
Mata kering adalah kondisi umum yang terjadi ketika mata tidak dapat menghasilkan cukup air mata, atau saat air mata menguap terlalu cepat.
Penelitian terbaru mengungkap gangguan visual bisa menjadi tanda awal demensia, bahkan 12 tahun sebelum diagnosis.
Terapi ini menggunakan lensa khusus yang dipakai saat tidur dan hasilnya memungkinkan anak melihat jelas keesokan harinya tanpa perlu pakai kacamata.
Penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan atau ujian mata yang sederhana dapat segera mewujudkan deteksi parkinson lebih awal.
Skrining mata anak bisa dilakukan sejak bayi apalagi ada riwayat keluarga yang memiliki mata juling.
"Fase kritis itu nol hingga delapan tahun, dengan tiga tahun pertama itu adalah fase yang paling kritis."
Strabismus terjadi akibat gangguan atau kelemahan pada kontrol otak terhadap otot mata sehingga bola mata tidak berada pada posisi yang sejajar satu sama lain (neuromuscular weakness).
"Bayi 3 sampai 6 bulan bisa diberikan rangsangan agar tidak juling. Ini supaya saraf-sarafnya dapat bekerja dengan baik dan bekerja normal."
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved