Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Gamelan Menghubungkan Asia Tenggara

AT
31/7/2016 06:30
Gamelan Menghubungkan Asia Tenggara
(DOK YGF)

ALUNAN gamelan silih berganti menggema di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardja Soemantri, Universitas Gadjah Mada, menandai pergelaran Yogyakarta Gamelan Festival (YGF) ke-21. Pada 22-24 Juli, penampil gamelan dari dalam dan luar negeri berpentas, berkolaborasi, menghibur, dan merawat kultur gamelan dengan aneka gaya. Ada yang memilih setia pada pakem, sebagian memadukannya dengan musik lantai dansa yang dioperasikan di antara gong dan saron, hingga tampil dalam formasi duo. Gamelan dirayakan dan dieksplorasi tanpa batas.

Jagad Melian Tejo Ndaru, 16, dan Prajnya Dewati Restuku Anjampangi, 12, tampil duo. Mereka memainkan kombinasi pukulan bonang barong, bonang penerus, dan gender menghasilkan alunan dinamis dalam komposisi Gemilang, Tak Lelo-Lelo Ledung, dan Gending Buko.

Bukan cuma di Tanah air, gamelan juga telah akrab dengan telinga publik di berbagai belahan dunia. Pedro R Abraham Jr dari Department of Arts Studies, College of Arts and Letters, University of the Philippines, mengaku akrab dengan gamelan karena tradisi musik itu selalu menjadi topik diskusi yang hangat bahkan wahana praktik yang atraktif di kalangan akademisi ataupun penyuka musik dunia.

“Saya menciptakan musik kontemporer bernama kontra gapi, kependekan dari kontemporaryong gamelan pilipino dengan 10 alat musik,” kata Pedro yang membawa serta 10 pemain lainnya.

Kerja keras mereka berlatih hingga mengangkut alat, kata Pedro, menjadi bagian dari keyakinan bahwa gamelan dapat mengoneksikan Asia Tenggara, membalut persamaan, melahirkan karya-karya indah yang menguatkan persahabatan, serta memperkayanya dengan instrumen kekinian. (AT/M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya