Rabu 22 Maret 2023, 10:00 WIB

Waste4Change dan Bank DBS Indonesia Gelar Edukasi Literasi Keuangan untuk Mitra Informal

Joan Imanuella Hanna Pangemanan | Humaniora
Waste4Change dan Bank DBS Indonesia Gelar Edukasi Literasi Keuangan untuk Mitra Informal

MI/Joan Imanuella Hanna Pangemanan
Waste4Change bersama Bank DBS Indonesia mengadakan kegiatan edukasi literasi keuangan di Kantor Pusat Waste4Change di Bekasi, Jawa Barat

 

WASTE4CHANGE bersama Bank DBS Indonesia mengadakan kegiatan edukasi literasi keuangan di Kantor Pusat Waste4Change di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (21/3). Kegiatan itu dihadiri Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika dan Founder & CEO Waste4Change Bijaksana Junerosano.

Kegiatan tersebut merupakan bagian dari rangkaian strategi Bank DBS Indonesia dan Waste4Change untuk mengatasi masalah sampah di Indonesia. 

Waste4Change adalah salah satu wirausaha sosial penerima dana hibah DBS Foundation Social Enterprise (SE) Grant 2021. Dana hibah yang diterima digunakan untuk mendorong pengelolaan sampah plastik bernilai ekonomi rendah melalui jejaring pelapak. 

Baca juga: Acer dan Seasoldier Tanam Ratusan Bibit Mangrove dan Bersihkan Pantai

Dari April 2022 hingga Februari 2023, Waste4Change telah berhasil mengumpulkan 630 ton sampah plastik bernilai ekonomi rendah. Kerja sama Bank DBS Indonesia Partner Capacity Development Program ini akan berlangsung hingga November 2023.

Menurut data Bank Dunia, pada 2022, Indonesia menghasilkan 7,8 juta ton sampah plastik setiap tahun dan lebih dari setengahnya belum ditangani dengan tepat. Hal itu menjadikan Indonesia sebagai salah satu kontributor polusi sampah plastik laut terbesar di dunia yang mencapai 10% dari total sampah plastik di laut. 

Guna membantu menangani masalah sampah plastik, Indonesia sejauh ini masih mengandalkan keterlibatan pelaku persampahan di sektor informal dalam upaya daur ulang sampah plastik. Pelaku tersebut terdiri dari pemulung, pelapak dan pengepul sampah, hingga pengelola bank sampah. 

Baca juga: Kegiatan Bersih-Bersih Sampah Digelar di Kepulauan Seribu

Sebagai gambaran, Jurnal Teknik Lingkungan ITB Volume 21 Nomor 1 tahun 2015 menyebutkan, aktivitas pemanfaatan sampah bernilai ekonomis (recovery rate) oleh sektor informal di salah satu Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan Stasiun Peralihan Antara (SPA) di Kota Bandung dapat mencapai sekitar 29% dalam sehari. 

Hasil riset Sustainable Waste Indonesia di Jabodetabek pada Maret-Agustus 2021 menyatakan tingkat daur ulang (recycling rate) botol polyethylene terephthalate (PET) yang sering dikumpulkan oleh pemulung dapat mencapai sekitar 74%, galon PET 93%, dan gelas polypropylene (PP) 81%. Artinya, sektor informal dapat berperan penting dalam meningkatkan daur ulang sampah plastik.

Sayangnya, pelaku di sektor informal ini umumnya masih melakukan pencatatan transaksi dan tonase sampah terkumpul secara manual dan tidak teratur. 

Pelaku di sektor informal umumnya belum mengenal teknik pencatatan atau pembukuan transaksi yang dapat memudahkan operasional bisnisnya secara berkelanjutan. Padahal, pencatatan sampah yang rapi, teratur, dan teliti dapat membantu mereka melakukan evaluasi pengembangan usaha serta membantu pihak lainnya, seperti pemerintah dalam menghimpun data yang akurat terkait tonase sampah terkelola dan terdaur ulang. 

Oleh karena itu, Bank DBS Indonesia dan Waste4Change berkomitmen memberikan edukasi dan mendorong traceability atau sistem ketertelusuran yang baik dalam hal pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pelaku persampahan di sektor informal. 

Ke depannya, diharapkan riwayat dan sistem pencatatan aktual dapat terealisasikan dan dijadikan acuan di kemudian hari. Kerja sama ini pun sukses memberikan pemahaman baru terkait kegiatan pengolahan sampah dengan sebanyak 630 ton sampah plastik bernilai ekonomi rendah telah berhasil diolah.

Founder & CEO Waste4Change Bijaksana Junerosan mengungkapkan, “Menurut kami, kalau kita mau berhasil dalam sistem pengolahan sampah termasuk pengolahan dari sumbernya itu berhasil, menurut saya yang perlu kita ubah itu adalah hukum kita.” 

Meskipun pihak pemerintah maupun wirausaha sosial telah mengingatkan, mengajak masyarakat, seperti keluarga yang merupakan partikel masyarakat paling kecil, keputusan berada di tangan mereka. Mereka dapat mengikuti ajakan tersebut atau tidak sama sekali. 

“Kita sudah bicara dengan world bank dan beberapa lembaga internasional untuk membuat sebuah kajian berjudul ‘Tantangan Penegakan Hukum Kebijakan Resapan di Indonesia dan Opsi Solusinya yang Berbasis Kontekstual Indonesia.’ Maunya kita buat riset yang betul-betul scientific,” lanjutnya.

“Kami melihat bahwa sektor pengelolaan sampah informal belum terlindungi dan tercatat secara resmi oleh negara sebagai pihak yang berperan dalam meningkatkan daur ulang material, meskipun kinerja mereka terbukti signifikan dalam mengolah lebih banyak sampah plastik. Waste4Change sangat menghargai dan mendukung pengoptimalan peran sektor informal dalam membantu pengelolaan sampah melalui kemitraan yang terus diperkuat sehingga dapat tercipta alur dan operasional yang jelas untuk mendukung kegiatan mereka yang terintegrasi dalam pengelolaan sampah,” tutur Head of Recycling Business Unit Waste4Change Rizky Ambardi.

Waste4Change menggunakan dana hibah dari DBS Foundation untuk meningkatkan pencapaian dengan bekerja sama dan mendukung kinerja 300 bank sampah dan mitra informal seperti bandar atau lapak di area Jabodetabek, Jawa Barat, dan Jawa Timur. 

“Kami berencana meningkatkan penghasilan pekerja di daerah tersebut sembari meningkatkan jumlah material daur ulang yang terkumpul agar jumlah sampah yang tidak terolah semakin berkurang,” tutup Rizky.

Dengan komitmen menciptakan dampak positif di luar bisnis perbankan, Bank DBS Indonesia memosisikan diri sebagai bank yang berbeda dengan panduan tiga pilar keberlanjutannya, yakni Responsible Banking, Responsible Business Practice dan Impact Beyond Banking. 

“Kami senang bermitra dengan Waste4Change yang memiliki komitmen yang sama dengan Bank DBS Indonesia untuk mengatasi masalah sampah di Indonesia. Pengelolaan sampah seluruh kantor pusat dan cabang Bank DBS Indonesia oleh Waste4Change merupakan realisasi dari pilar kedua Responsible Business Practice, sedangkan Partner Capacity Development Program merupakan realisasi dari pilar ketiga Impact Beyond Banking,” ujar Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika.

Menerima dana hibah pada tahun 2021, Waste4Change merupakan salah satu dari 14 wirausaha sosial asal Indonesia yang dipilih oleh DBS Foundation. 

Kemudian, sejak 2018, Waste4Change secara bertahap mengelola sampah di kantor pusat dan cabang Bank DBS Indonesia di seluruh Indonesia. 

Pada 2022, penerapan sistem waste management ‘Zero Waste to Landfill’ di seluruh gedung operasional baik di kantor pusat maupun cabang berhasil menekan jumlah sampah 94,68 ton dari 120 ton atau terdapat penurunan yang signifikan sebesar 21,1%. Hasil tersebut termasuk dari sampah organik dan non organik (metal, plastik, kaca, dan kardus). (Z-1)

Baca Juga

Ist/DPR

DPR: Marketplace Guru Tak Selesaikan Akar Masalah Tenaga Pendidik Indonesia

👤Media Indonesia 🕔Minggu 04 Juni 2023, 09:57 WIB
Marketplace ini tidak menjawab bagaimana tenaga guru honorer bisa secepatnya diangkat menjadi ASN sehingga mereka mendapatkan kelayakan...
Ist

Ringankan Beban Penderita Thalasemia, KSP Sahabat Mitra Sejati Gelar Donor Darah

👤Media Indonesia 🕔Sabtu 03 Juni 2023, 22:55 WIB
Rangkaian kegiatan Hari Thalasemia sedunia tersebut diharapkan dapat memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran...
Dok. Pribadi

Ganjar Dorong Gen Z Rawat dan Kembangkan Seni Budaya Indonesia

👤Yakub Pryatama Wijayaatmaja 🕔Sabtu 03 Juni 2023, 22:16 WIB
“Maka tadi kita dorong aksesibilitas anak-anak muda, generasi z, agar mereka punya akses untuk mengembangkan seni dan budaya yang...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya